commit to user
xix Makna di sini berupa penginterpretasian oleh sutradara dengan benda-benda
atau unsur pementasan yang digunakan dalam penyampaian pesan tersebut. Sebuah pementasan teater merupakan penyampaian pesan, begitu juga
dengan pementasan teater berjudul Wajah Sebuah Vagina yang mengandung makna kompleks dan kaya akan tanda-tanda dan simbol mengenai kekerasan
terhadap perempuan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana kekerasan
terhadap perempuan digambarkan melalui tanda-tanda dalam pementasan teater Wajah Sebuah Vagina?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan terhadap perempuan yang digambarkan melalui tanda-tanda dalam pementasan teater
Wajah Sebuah Vagina.
D. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Sampai saat ini telah banyak penelitian yang meneliti tentang teater. Hal ini disebabkan oleh sekup dan ruang lingkup teater sendiri yang amat luas, mulai
dari penelitian akademik yang bersifat sastra sampai pada penelitian mengenai kehidupan sosial dalam komunitas teater. Teater bisa diartikan sebagai sarana
apresiasi proses berkesenian namun juga menjadi sebuah wadah tempat
commit to user
xx berkumpulnya orang-orang yang mempunyai kesamaan visi dan membentuk
sebuah komunitas maupun organisasi teater. Salah satu penelitian terhadap teater pernah dilakukan oleh Yudho
Wahyanto pada tahun 2006 yang meneliti makna pesan dalam naskah teater berjudul “Aib” karya Putu Wijaya. Dalam karya skripsinya yang berjudul
KEBOBROKAN BANGSA DALAM NASKAH TEATER, Yudho Wahyanto menggunakan analisis semiotik Roland Barthes untuk meneliti lambang-lambang berupa teks
yang terdapat dalam naskah teater tersebut. Dalam pandangan peneliti, naskah karya Putu Wijaya tersebut mengandung makna yang kompleks dan kaya akan
konstruksi tanda-tanda simbol dan lambang serta tersirat makna kebobrokan yang digambarkan melalui tokoh-tokoh dan adegan. Selain itu naskah teater
“Aib” mempunyai kekuatan dalam menggambarkan kondisi bangsa Indonesia Yudho Wahyanto, 2006: 5.
Naskah tersebut menceritakan keadaan sebuah negara yang sedang mengalami kemunduran moral seperti menggambarkan keadaan negara
Indonesia pada saat ini yang sedang dilanda kebobrokan. Dalam penelitiannya, Wahyanto menentukan beberapa korpus yang digunakan sebagai fokus
penelitian yang dipandang sebagai representasi keadaan Bangsa Indonesia. Terdapat 7 buah korpus yang ditemukan dalam naskah ini, yaitu: 1. Tentang
karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk, 2. Tentang kebobrokan moral, 3. Ketidakdisiplinan sebagai cermin masyarakat Indonesia, 4. Kesejahteraan dan
kepentingan rakyat yang kurang diperhatikan pemerintah, 5. Saling melempar
commit to user
xxi tanggung jawab sebagai bentuk lemahnya mental masyarakat Indonesia, 6.
Penyelesaian masalah menggunakan kekerasan, dan 7. Perlawanan rakyat sebagai bentuk usaha dalam mencari keadilan. Korpus-korpus tersebut diteliti
dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yaitu signifikasi 2 tahap melalui makna denotasi dan konotasi. Korpus yang telah ditentukan tersebut
masing-masing diinterpretasi dengan penarikan makna denotatif kemudian makna konotatif untuk mengetahui apa makna yang terkandung dalam korpus
tersebut. Dalam kajian Yudho Wahyanto yang berlatar belakang Ilmu Komunikasi ini, dia menyebutkan bahwa sebuah naskah teater merupakan media penyampai
pesan kepada masyarakat yang memungkinkan adanya distribusi sebuah ideologi teks naskah teater ke khalayak yang lebih luas maupun sebagai alat propaganda
penyebaran ideologi nasionalisme kapada masyarakat. Dalam penelitian lain yang ditulis oleh Muchlis Daroini 2007 sedikit
banyak juga mengupas tentang kekuatan pesan dalam sebuah naskah teater. Dalam skripsinya yang berjudul PESAN DAKWAH DALAM NASKAH PROFETIK
TEATER ESKA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA tersebut, Muchlis Daroini mengambil 3 judul naskah teater Eska yang menurutnya sarat akan pesan
dakwah yaitu Hingga Perbatasan Hari, Berdiri di Tengah Hujan dan Togh-Out. Dalam penelitiannya tersebut, peneliti menggunakan analisis isi untuk mengupas
makna pesan profetik yang ada dalam ketiga naskah teater tersebut. Penelitian ini menemukan ada 3 jenis pesan etik profetik yang terkandung
dalam setiap naskah, 1. Pesan Akhlaqul Karimah yang merupakan bagian dari
commit to user
xxii unsur profetik yaitu humanisasi. Di dalamnya mengandung ajaran-ajaran
humanisme yaitu pentingnya ilmu bagi manusia, kesabaran, amanah, keikhlasan dan kekuasaan yang adil serta berpihak kepada rakyat, 2. Pesan Syariah yang
dimaknai sebagai penegakan hukum dan keadilan sosial Liberasi seperti dihapuskannya diskriminasi terhadap perempuan, terhapusnya kesewenang-
wenangan, terhapusnya hegemoni budaya dan anjuran dihentikanya perang karena hanya akan menyengsarakan masyarakat sipil, dan 3. Pesan Aqidah
Transendensi yaitu perdamaian yang berakar pada essensi ketauhidan, pluralisme dalam beragama dan bermasyarakat.
Menurut peneliti, media seni seperti naskah teater bukan hanya sebagai sarana penyaluran ekspresi berkesenian saja namun bisa menjadi sarana dakwah
penyampaian pesan kebaikan. Di sisi lain, Teater ESKA merupakan komunitas seni di sebuah universitas Islam yang tentu saja tetap mengemban misinya
sebagai sarana dakwah. Berkaitan dengan dakwah tersebut jika memakai teori Kuntowijoyo; seni dalam konteks ini naskah teater sebagai karya sastra
diposisikan bukan hanya sebagai alat dakwah tetapi proses berkesenian – yang bukan sekedar hasil, tapi adalah simbol dari sebuah peradaban. Sehingga pesan
dakwah dari sebuah karya seni dapat ditangkap karena merupakan ekspresi dari keislaman itu sendiri Daroini, 2007: 42.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pesan yang dikaji dari beberapa peneliti sebelumnya hanya sebatas teks saja,
sedangkan pesan yang terkandung dalam teater baru bisa tersampaikan apabila
commit to user
xxiii telah dipentaskan. Selain itu pesan teater dapat lebih mudah ditangkap dalam
pementasan dibanding pada saat masih berupa teks naskah.
2. Kajian Teori