Keterlibatan Dan Partisipasi Perempuan Dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera Di Kota Tangerang Selatan–Banten

(1)

WANITA KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DI KOTA

TANGERANG SELATAN–BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

NURUL MUTMAINAH

NIM. 1 1 1 0 0 5 2 0 0 0 0 0 3

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 14 September 2014


(5)

i

dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan – Banten. Di bawah bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si.

Pentingnya keterlibatan dan partisipasi perempuan tercantum dalam perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan di Indonesia yaitu dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Sejalan dengan itu upaya peningkatan peran perempuan dalam pembangunan diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan kemandirian, serta kemajuan SDM, mendorong dan meningkatkan peran swadaya masyarakat secara aktif. Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan yaitu melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) tujuannya untuk mengembangkan SDM dan mewujudkan keluarga sehat sejahtera dengan perempuan sebagai penggeraknya.

Teori gender dan pembangunan merupakan suatu pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan dalam semua aspek kehidupan. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi namun juga pada peningkatan kualitas diri perempuan. Dengan teori ini peneliti mencoba untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana keterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program terpadu P2WKSS.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari lembaga BPMPPKB bidang pemberdayaan perempuan, koordinator P2WKSS serta warga binaan P2WKSS. Adapun teknik pengambilan informan untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Teknik Analisis Domain (Domain Analysis) yang digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut atau yang biasa disebut juga dengan eksplorasi.

Hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa keterlibatan pada perencanaan program P2WKSS masih belum maksimal, masih kurangnya informasi yang didapatkan oleh warga binaan tentang arti dan tujuan program P2WKSS. Sedangkan untuk partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program P2WKSS sudah terlaksana dengan baik, terlihat dari sudah banyaknya perempuan warga binaan yang berpartisipasi mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan keterampilan, seperti pelatihan keterampilan menjahit, menyulam, tata boga, dan lain-lain. Hal tersebut menimbulkan adanya motivasi dalam diri perempuan untuk lebih maju, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan, meningkatkan peran aktif perempuan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi perempuan, sesuai dengan tujuan program terpadu P2WKSS.

Kata kunci: Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan, serta Program Pembangunan Nasional


(6)

ii

Bismillahirahmannirrahiim

Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini berjudul “Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan – Banten”.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang ditemui penulis, namun tidak sedikit pula bantuan, perhatian dan dorongan berupa saran dan kritikan hingga terselesaikannya skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Hilman Azhari dan Ibunda Hj. Nurlaeli, yang senantiasa mendokan penulis agar menjadi anak yang sukses dan berbakti pada kedua orang tua. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga penulis ucapkan pula kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, MA., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan, Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.


(7)

iii

Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Helmi Rustandi, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik, serta segenap Dosen Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dengan tulus dan ikhlas bagi penulis selama ini.

5. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB), serta Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM, selaku Ketua Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan, yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi dan data pada pelaksanaan penelitian.

6. Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta Ibu Dr. Sururin., Ibu Miftachur Rosyidah, M.Pd., Ibu Siti Nurul Azkiyah, Ph.D, Ibu Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi., Ibu Dr. Fahriany., Pak Alimin Mesra, Mas Ali dan Ka Uspan atas ilmunya di Kelas


(8)

iv

untuk penulis.

7. Kakak-kakakku Nadrotun Nufus., M. Pd., Ahmad Khotib, Aminatus Sa’adah., S.S., dan Ismawati., S. Pd., serta adikku Abdul Hamid Alfi. Juga keponakan-keponakan tersayang (Nadya Safira, Agnia Khairunnisa, M. Bintang Fauzi Hasan dan Qisya Aqila) yang selalu memberikan doa, dorongan dan motivasi yang luar biasa bagi penulis. 8. Ka Ahmad Jauharuddin, M. Psi, terimakasih atas bimbingan, dorongan

dan motivasinya yang membangun dan sangat berharga bagi penulis. 9. Kosan Kece Semanggi 2 Pondok Mawar Kamar 2B (Tri Isniarti Putri

dan Nurfajria). Kenangan indah di kosan pasti tidak akan pernah terlupakan, baik suka dan duka pernah kita lalui bersama. Kalian sudah seperti saudara dan sahabat yang tak pernah tergantikan.

10. Temanku Ii Suryani dan Nuraman, terimakasih atas kebaikan dan bantuannya yang sangat berarti sekali bagi penulis.

11. Keluarga BPI 2010 teman-teman seperjuangan (Ali, Islam, Ayu, Janah, Annisa, Haula, Deuis, Sajida, Husein, Haris, Sri, Mela, Fitri, Najmul, Heri, Rif’ah, Putri, St. Nurlaila, Nurul Fatimah, Ria, Amini, Sefti, Yeni, Titi, Arfiana, Icha Choirunisa, Muis, Yudha, Mukhtar, Ridwan, Syarif, Ismail). Beserta kakak-kakak dan adik-adik kelas BPI (Jamal, Rahmi, Yashinta, Ananda Putri, dll). Kebersamaan suka dan duka dengan kalian sungguh sesuatu yang sangat dirindukan.

12. Keluarga LAPMI HMI Cabang Ciputat (Ka Akmal, Ka Khuluk, Ka Icha, Ka BL, Tanto Fadli, Choir, Ahmad Firdaus, M. Thoha, Haeriyah,


(9)

v

Mengenal kalian sungguh suatu keberuntungan dan kenangan akan kebersamaan di LAPMI tidak akan pernah terlupakan.

13. Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC) Jakarta (Teh Iim, Teh Nisa, Kang Miftah, Umam, Saiful, Sayuti, Anis, dll). Semoga tali shilaturahmi kita tetap terjaga dan semoga kita dapat membangun daerah kita tercinta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut memberikan bantuannya, baik secara moril maupun spiritual. Semoga menjadi amal ibadah dan Allah yang akan membalasnya. Aamiin.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

.

Ciputat, Agustus 2014


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Teori Gender ... 16

a. Pengertian Sex dan Gender ... 16

b. Indikator Kesenjangan Gender ... 18

c. Kesetaraan Gender... 21

B. Keterlibatan ... 28

a. Pengertian Keterlibatan... 28

b. Aspek Keterlibatan Perempuan ... 29

C. Partisipasi ... 32

a. Pengertian Partisipasi ... 32

b. Macam-macam Partisipasi ... 32

D. Perempuan Dalam Pembangunan ... 35

a. Pendekatan Perempuan Dalam Pembangunan ... 35

b. Pembangunan Masa Orde Baru ... 39

c. Pembangunan Masa Reformasi ... 41

d. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

1. Model Penelitian ... 47

2. Desain Penelitian ... 48

3. Lokasi Penelitian ... 49

4. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

5. Teknik Pengantar Sampel ... 51

6. Teknik Pengambilan Data... 53

7. Fokus Analisis ... 55

8. Indikator Fokus Gender ... 56

9. Asumsi Peneliti ... 57


(11)

vii

Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB)... 60

1. Profil Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) ... 60

2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi ... 61

a. Visi dan Misi ... 61

b. Tugas Pokok dan Fungsi ... 62

3. Program P2WKSS ... 70

a. Latar Belakang ... 70

b. Ruang Lingkup ... 71

c. Landasan Hukum ... 72

d. Tujuan ... 73

e. Kebijakan... 74

f. Jenis Kegiatan ... 74

4. Profil Lokasi Binaan ... 77

a. Profil Kelurahan Jombang ... 77

b. Profil Kelurahan Sawah Baru ... 78

B. Hasil Penelitian ... 79

1. Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan ... 79

2. Program P2WKSS di Lokasi Binaan ... 99

3. Analisis Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan pada Program P2WKSS ... 118

BAB V PENUTUP ... 145

A. Kesimpulan ... 145

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 147 LAMPIRAN


(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketimpangan relasi dan peran gender antara laki-laki dan perempuan terjadi karena adanya aturan, tradisi dan hubungan sosial timbal balik yang menentukan batas antara feminitas dan maskulinitas. Semua ini mengakibatkan adanya pembagian kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, yang selanjutnya berimbas dalam kehidupan sosial.1

Dalam kehidupan sosial, berkembang mitos bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya daripada perempuan karena laki-laki dipandang lebih cerdas, kuat dan tidak emosional. Mitos tersebut mempengaruhi perilaku orang tua dalam mendidik anak. Selain itu penafsiran ayat-ayat agama yang menafsirkan perempuan secara tradisional dan subjektif, serta budaya patriarki yang memandang kekuasaan berada di tangan laki-laki juga menyebabkan kerugian terhadap perempuan.2

Nilai-nilai pembagian kerja yang menekankan bahwa dunia rumah tangga sepenuhnya milik perempuan menyebabkan tugas-tugas perempuan hanya terfokus pada sumur, dapur dan kasur. Kondisi ini menyebabkan kiprah perempuan di dunia publik tertinggal dari laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam dunia publik diminimalisir. Peran perempuan hanya sebatas merawat rumah,

1

Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian Gender,

(Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. vii

2


(13)

sementara dunia publik sepenuhnya milik laki-laki.3 Dominasi laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan perempuan mengalami beragam diskriminasi baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, politik, maupun keagamaan.

Data BPS tahun 2010 menunjukan angka melek huruf laki-laki adalah 95,65 persen sedangkan perempuan 90,52 persen. Jumlah tersebut menunjukan bahwa jumlah laki-laki yang melek huruf lebih tinggi dibandingkan perempuan. Selain itu, di tahun 2010 rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8,34 tahun sementara perempuan yaitu 7,5 tahun, yang artinya laki-laki menikmati pendidikan lebih lama dibandingkan perempuan.4

Sama halnya dengan kelompok usia tertentu, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011 menunjukan bahwa angka melek huruf bagi laki-laki berumur 18 tahun ke atas sekitar 95,31 persen sedangkan perempuan mencapai 89,36 persen pada umur yang sama. Angka melek huruf tersebut lebih rendah bila dibandingkan laki-laki pada umur 18 tahun ke atas (Profil Perempuan

Indonesia, 2012:43). Dengan rendahnya tingkat pendidikan perempuan bisa

berimplikasi pada rendahnya kapasitas perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.5

Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 28.55 juta orang (11,47 persen), bertambah sebanyak 0,48 juta orang

3

Ida Rosyidah dan Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 16.

4

Ibid., h. 16.

5


(14)

dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebanyak 28.07 juta orang (11,37 persen).6

Selama periode Maret-September 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,30 juta orang (dari 10,33 juta orang pada Maret 2013 menjadi 10,63 juta orang pada September 2013). Sementara di daerah pedesaan naik sebanyak 0,18 juta orang (dari 17,74 juta orang pada Maret 2013 menjadi 17.92 juta orang pada September 2013). Selama periode Maret-September 2013 tersebut, presentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 8,39 persen, naik menjadi 8,52 persen pada September 2013. Sementara presentase penduduk miskin di daerah pedesaan meningkat dari 14,32 persen pada bulan Maret 2013 menjadi 14,42 persen pada September 2013.7

Keterangan di atas menunjukan bahwa diperlukan adanya pembangunan nasional bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional tersebut merupakan serangkaian proses perubahan yang diupayakan pemerintah Indonesia bersama seluruh warga atau masyarakat negara Indonesia, dengan mengharapkan terwujudnya masyarakat Indonesia menuju kualitas hidup yang lebih baik. Pembangunan tersebut harus ditopang oleh seluruh anggota masyarakat, baik pria dan wanita, yang meliputi seluruh bidang kehidupan.8

Sejalan dengan itu upaya peningkatan peran wanita juga diarahkan antara lain pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan kemandirian serta kemajuan sumberdaya manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia, serta

6

BPS Indonesia, “Kemiskinan”, diakses pada tanggal 6 Mei 2014 dari www.bps.go.id

7

Ibid., BPS Indonesia www.bps.go.id.

8

Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Modul Latihan Manajemen dan Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan, Potensi dan Peranan Wanita dalam Pembangunan,


(15)

mendorong dan meningkatkan peran secara aktif dan swadaya seluruh masyarakat.9

Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan di Indonesia tecantum dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres No. 9 Tahun 2000 dengan jelas menginstruksikan pelaksanaan pengarusutamaan gender kedalam seluruh proses pembangunan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah.10

Indonesia juga telah menyepakati Komitmen Internasional seperti CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against

Women) dan Landasan Aksi Beijing, maka pembangunan pemberdayaan

perempuan merupakan komitmen nasional yang dijadikan sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia, dimaksudkan untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki.11

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009 mengamanatkan, bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan perlu dibentuk satu lembaga yang mampu mengemban kebijakan nasional dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.12

9

Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan Bangsan Berwawasan Kemitrasejajaran yang Harmonis antara Pria dan Wanita dengan Pendekatan Jender. (Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1996), h. 1-2.

10

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Panduan Pelatihan Regional Pengarusutamaan Gender Di Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan,

(Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001), h. 1.

11

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id.

12


(16)

Program pemberdayaan perempuan merupakan program lintas bidang, maka diperlukan koordinasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemberdayaan perempuan.13

Salah satu upaya pemerintah bersama masyrakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan adalah melalui Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS). Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dan bahagia untuk pembangunan masyarakat dengan perempuan sebagai penggeraknya.14

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Kota Tangerang Selatan dalam rangka pembangunan nasional, tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan15. Melalui PERDA tersebut, maka dibuatlah badan-badan yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah untuk menangani permasalahan sosial kemasyarakatan di Kota Tangerang Selatan.

13

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id.

14

Ibid, Pedoman P2WKSS, www.menegpp.go.id

15

Faisal Rizal, Kota Tangerang Selatan Out Look 2013 Pencapaian Pembangunan 2011-2013. (Tangerang Selatan: Smart Ide Indonesia, 2013) h. 63.


(17)

Pemberdayaan masyarakat tersebut dalam proses perencanaannya dilakukan oleh unit kerja pemerintah atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan, maka dibuatlah sebuah lembaga yang bernama Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB).

BPMPPKB memiliki tiga jenis bidang. Masing-masing mengenai Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, dan Bidang Keluarga Berencana.16 Dalam pelaksanaan pemberdayaan tersebut maka dibuatlah daerah-daerah binaan program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang berada di kelurahan-kelurahan Kota Tangerang Selatan. Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) adalah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas.17

Pada tahun 2014 lokasi binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan bertempat di 14 lokasi yaitu di Kelurahan Cipayung, Serua, Sawah Baru, Cempaka Putih, Pamulang Barat, Pondok Cabe Ilir, Pondok Aren, Jurangmangu Barat, Pondok Betung, Serpong, Jelupang, Kranggan, Muncul, Jombang. Dengan dua prioritas yaitu di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru. Lokasi

16

BPMPPKB Kota Tangerang Selatan, “Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana”, diakses pada 16 September 2013 dari http://bpmppkb.tangerangselatankota.go.id

17

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id


(18)

tersebut dipilih berdasarkan daerah termiskin di Kota Tangerang Selatan.18 Perempuan-perempuan yang berada di lokasi binaan P2WKSS tersebut dibina dan diberikan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan edukasi pangan lokal, pelatihan tataboga, pelatihan daur ulang sampah, pelatihan menjahit, menyulam dan lain-lain.

Dengan dibentuknya Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan tersebut, diharapakan adanya peningkatan produktifitas atau kemandirian yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan khususnya kaum perempuan. Peningkatan peran serta partisipasi perempuan dalam pelaksanaan pembangunan sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, membantu meningkatkan kesejahteraan sosial keluarga dan lain sebagainya.

Maka selanjutnya berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dan menuangkannya ke dalam sebuah skripsi berjudul: “Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan - Banten”.

18

Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku ketua bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB. (Tanggal, 21 Maret 2014).


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penulis agar lebih fokus dalam melakukan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu: Batasan pada keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan – Banten, dilihat dari aspek reproduksi, produksi dan kemasyarakatan.

Selanjutnya, batasan pada program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) meliputi program pelatihan menjahit, menyulam, tataboga, yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana keterlibatan dan partisipasi perempuan pada program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)? b. Apa indikator keberhasilan dari program Peningkatan Peran Wanita

Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kerterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan – Banten.


(20)

b. Untuk mengetahui apa saja indikator keberhasilan dari program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori bimbingan dan penyuluhan serta kajian gender dan pembangunan.

b. Sebagai kontribusi yang dapat dijadikan bahan acuan penelitian bagi Universitas dan Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. c. Sebagai konstribusi yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan

tambahan bagi praktisi yang melakukan penelitian masalah pembangunan.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan bagi pengambil kebijakan, lembaga atau instansi terkait dalam upaya pemberdayaan perempuan pada pelaksanaan pembangunan.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis perlu melakukan tinjauan pustaka untuk memastikan tidak ada tulisan karya ilmiah yang sama dengan skripsi yang penulis susun. Tinjauan pustaka penulis lakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, dengan mengambil beberapa referensi skripsi:

1. Skrispsi karya Dhany Permadi, Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang diberi judul:


(21)

“Analisis Perencanaan Kebijakan Sosial Terhadap Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Tangerang Selatan”.

Pembahasan dalam skripsi tersebut mengenai perencanaan kebijakan dan program pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat di Kota Tangerang Selatan. Di dalamnya meliputi SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB), dan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra).

Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkapkan kebijakan-kebijakan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tangerang Selatan. Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut, penulisnya hanya menguraikan program-program pemerintah daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan serta siapa yang mempengaruhi kebijakan dari program tersebut, tanpa menjelaskan secara rinci pelaksanaan program satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bagi masyarakat Kota Tangerang Selatan sendiri.

2. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering Di Kelurahan Pasar Minggu” oleh Siti Habibah, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan oleh Ibu-ibu


(22)

Kelompok Lingkungan (I2KL) yang berdomisili di Kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu. Kegiatan dari pemberdayaan tersebut adalah pengolahan daur ulang sampah dengan cara mengumpulkan sampah yang dibuang oleh warga pada bank sampah, setelah itu dipilah oleh warga dan pemulung berdasarkan jenisnya, lalu dijual kembali kepada warga untuk di daur ulang untuk dijadikan barang kerajinan seperti payung, tas dan lain-lain. Selanjutnya akan dijual kembali pada konsumen seperti perusahaan atau warga setempat.

Kelebihan dari skripsi tersebut mengungkapkan adanya:

a) Penciptaan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga dengan membuat keterampilan dari bahan-bahan daur ulang sampah. b) Peningkatan penghasilan pada masyarakat sekitar untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan kesejahteraan sosial di dalam keluarga maupun di lingkungan sosial.

c) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman dalam menjaga lingkungan agar terlihat indah, bersih dan rapi.

Kekurangan dari skripsi tersebut adalah:

a) Kurangnya melibatkan peran serta laki-laki untuk mencapai kemitrasejajaran karna penyelenggara kegiatan tersebut adalah Ibu-ibu Kelompok Lingkungan (I2KL) yang tergabung dalam Ibu-ibu-Ibu-ibu PKK.


(23)

3. Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Di Kelurahan Manggarai Selatan” oleh Hafiz Kurnia, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut membahas tentang Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), PPMK adalah suatu model pembangunan Kelurahan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan ditingkat Rukun Warga (RW), dimana masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri program pembangunan yang ada di kelurahan masing-masing. Program ini meliputi pembinaan tiga bidang pembangunan, yakni bina ekonomi berupa pinjaman bergulir, bina sosial berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina fisik lingkungan berupa pembangunan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kelebihan dari skripsi tersebut mengungkapkan:

a) PPMK merupakan sebuah sistem dan pola proses perubahan yang dikehendaki dan direncanakan secara konseptual untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan daya saing anggota masyarakat, meningkatkan peran serta lembaga


(24)

kemasyarakatan, meninkatkan kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat. b) Program tersebut dapat meningkatkan ekonomi serta

pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.

Kekurangan skripsi tersebut mengungkapkan:

a) Bantuan pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah DKI langsung diarahkan pada masyarakat (RW) tanpa melalui unit kesatuan atau lembaga SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) milik Pemerintah.

b) Program pemberdayaan masih belum variatif.

4. Skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Studi Terhadap Tap Meneg KPP&PA No 08/2010 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Ketenaga Kerjaan dan Ketransmigrasian)”, oleh Endang Tri Santi, Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut membahas tentang kebijakan dan implementasi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) dalam Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Ketenaga Kerjaan dan Ketransmigrasian.


(25)

a) Membahas tentang teori gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender.

b) Mengungkapkan permasalahan gender.

c) Membahas Program Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam setiap periode Kabinet dan Kepemimpinan.

d) Membahas tugas Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) yang berkaitan dengan Pemberdayaan Perempuan.

Kekurangan:

a) Pada tahap analisis, hanya membahas kebijakan dalam tataran bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.

Berbeda dengan keempat penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan pada keterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang merupakan sebuah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi. Dalam pelaksanaannya di Kota Tangerang Selatan, dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan. Kajian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah teori gender dan pembangunan (Gender and Development) dengan menggunakan metode kualitatif prespektif gender analisis deskriptif.


(26)

E. Sistematika Penulisan

Untuk mencapai pembahasan skripsi yang sistematis, penulisannya dibagi kedalam V BAB yang terdiri dari sub-sub bab, sehingga menjadi kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN: Isi dari Bab Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori: Dalam bab ini, penulis membahas tentang teori

gender, pengertian keterlibatan, pengertian partisipasi, dan perempuan dalam pembangunan.

BAB III Metodologi Penelitian: Berisi model penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengantar sampel, fokus analisis, indikator fokus gender subjek, asumsi penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV Temuan dan Analisa Data yang terdiri dari:

a. Gambaran umum lembaga, profil lembaga, sejarah singkat lembaga, struktur, visi misi, program BPMPPKB dan P2WKSS b. Temuan dan Analisa tentang deskripsi masyarakat di lokasi binaan P2WKSS, metode dan materi program P2WKSS, analisis data, temuan lapangan.

BAB V Penutup: Berisi kesimpulan penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(27)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Gender

a. Pengertian Sex dan Gender

Kata seks berasal dari bahasa inggris sex, yang berarti jenis kelamin (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1983). Pemahaman ini diperjelas dalam kamus lainnya bahwa “sex is the characteristics which distinguish the male from the

female”, yakni ciri-ciri yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan yang bersifat biologis. Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of words into masculine, feminine and neuter,

according as they are regarded as male, female or without sex”; artinya,

gender adalah kelompok kata yang mempunyai sifat maskulin, feminin, atau tanpa keduanya, netral. (Hornby, 1965).1

Di dalam Encyclopedia of Feminism dikatakan untuk seks dan gender bahwa2:

Gender is a term for the socially imposed division between the sexes. Whereas sex refers to the biological, anatomical, differences between male and female. Gender refers to the emotional and psychological attributes wich a given culture exspects to coincide with physical maleness or femaleness.

Gender adalah sebuah istilah yang menunjukan pembagian peran sosial antara laki-laki dan perempuan dan ini mengacu kepada pemberian ciri emosional dan psikologis yang diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara biologis dan anatomis antara laki-laki dan perempuan (Tuttle, 1987).

1

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 53.

2


(28)

Mosse (1993) mengemukakan bahwa konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis; laki-laki atau perempuan merupakan pemberian dari Tuhan. Akan tetapi, jalan yang menjadikan maskulin atau feminin adalah gabungan antara blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur sosial. Gender adalah seperangkat peran yang dimainkan laki-laki dan perempuan agar tampak dari diri mereka dan dilihat oleh orang lain bahwa seseorang itu adalah feminin atau maskulin.3

Perbedaan antara sex dan gender adalah:

Sex Gender

1. Bersifat Kodrati

2. Tidak dapat dipertukarkan 3. Berlaku sepanjang masa 4. Berlaku dimana-mana

1. Bukan kodrat 2. Dapat dipertukarkan

3. Tergantung musim atau masa 4. Tergantung budaya

Arief Budiman (1981) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan pembagian peran atau kerja laki-laki dan perempuan yakni

pertama, faktor sosial ekonomi yang didasarkan pada kebutuhan nyata dari

sistem masyarakat itu. Kedua, faktor ideologi atau sistem patriarki yang bukan hanya sebuah sistem kepercayaan abstrak belaka akan tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyebarkan, mengembangbiakan dan melestarikan.4

3

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 54.

4


(29)

Ada dua sistem budaya yang selama ini dianggap menyudutkan posisi perempuan di dalam masyakat, yakni budaya patrilinial dan patriarki. Budaya patrilinial adalah budaya di mana masyarakatnya mengikuti garis laki-laki seperti anak bergaris keturunan ayah. Sedangkan patriarki dipahami secara harfiah yang berarti “kekuasaan bapak” (role of the father) atau “patriarkh”

(patriarch) yang digunakan untuk menyebut “keluarga yang dikuasai kaum

laki-laki”. Secara istilah kata patriarki digunakan untuk menyebutkan kekuasaan laki-laki, hubungan kekuasaan dengan apa laki-laki menguasai perempuan, serta sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai melalui bermacam-macam cara (Bashin, 1996).5

Patriarki cendrung pada penerapan pandangan hidup yang didominasi oleh laki-laki (male-dominated), ditentukan oleh laki-laki (male-identified), dan berpusat pada laki-laki (male-centered). Ciri khas dari budaya tersebut ditopang dan dilembagakan, sehingga menjadi landasan dan pandangan hidup secara umum (Johnson, 1997).6

b. Indikator Kesenjangan Gender

Peran gender (gender role) yang tidak seimbang menyebabkan ketimpangan sosial atau ketidakadilan gender yang bersumber dari perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan dan ini sangat merugikan posisi perempuan dalam berbagai komunitas sosial. Adanya ketidakadilan gender ini menurut Mansour Faqih (1997) disebabkan oleh perilaku dan perlakuan sosial sebagai berikut7:

5

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 58.

6

Ibid., h. 60.

7


(30)

1. Marginalisasi perempuan

Marginalisasi secara umum berarti proses penyingkiran. Alison Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai macam bentuk marginalisasi yakni 1). Proses pengucilan, 2). Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins), 3). Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki saja, 4). Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk di antaranya perbedaan upah (Saptari dan Holzner, 1997).8

Marginalisasi ini merupakan proses pemiskinan perempuan terutama pada masyarakat lapisan bawah yang sangat memperihatinkan kesejahteraan keluarga mereka. Demikian pula marginalisasi dalam lingkungan keluarga biasa terjadi dilingkungan kita. Misalnya, anak laki-laki memperoleh fasilitas dan kesempatan pendidikan, sedangkan saudara perempuannya tidak.9

2. Subordinasi

Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan dianggap lebih penting dan lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Sebuah pandangan yang tidak adil terhadap perempuan dan dasar anggapan bahwa perempuan itu irasional, emosional dan lemah, menyebabkan penempatan

8

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 73-74.

9


(31)

perempuan dalam peran-peran yang dianggap kurang penting atau subordinat.10

3. Stereotipe perempuan

Stereotipe adalah pelabelan terhadap kelompok, suku, bangsa tertentu yang selalu berkonotasi negatif, sehingga sering merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Misalnya label perempuan sebagai ibu rumah tangga (domestik) dan laki-laki sebagai pencari nafkah (publik), perempuan lemah, laki-laki kuat dan lain-lain.11

4. Kekerasan/Violence

Salah satu bentuk ketidakadilan gender adalah tindak kekerasan terhadap perempuan, baik yang berbentuk kekerasan fisik maupun psikis. Kekerasan tersebut timbul akibat adanya faktor-faktor di atas, termasuk anggapan bahwa laki-laki pemegang supermasi dan dominasi terhadap berbagai sektor kehidupan.12

5. Beban kerja yang tidak proporsional

Pekerjaan domestik yang dibebankan kepada perempuan, menyebabkan posisi perempuan sarat dengan pekerjaan yang beragam, dalam waktu yang tidak terbatas dan dengan beban yang cukup berat. Misalnya; memasak, mencuci, menyetrika, menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, mengurus anak dan sebagainya. Pekerjaan domestik yang berat tersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, haid, hamil, melahirkan, menyusui. Belum lagi jika perempuan harus bekerja pada peran publik untuk

10

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 76.

11

Ibid., h. 76-78.

12


(32)

meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga, maka semakin berat beban yang ditanggung.13

c. Kesetaraan Gender

Untuk mengikis konstruksi budaya yang tidak berkeadilan gender, tentu saja memahami dahulu konsep kesetaraan. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan lebih dimaknai dengan berkeadilan, berkeseimbangan dan lahir keharmonisan akibat dari eksistensi kedua belah pihak.14

Prinsip kesetaraan dan keadilan gender diungkap dalam Profil Gender dan Anak 201-yakni, antara lain: 1) Menghargai hak setiap individu namun mengakui adanya perbedaan (unity and equal in diversity). Hak-hak perempuan dan anak perempuan dijamin dalam Hak-hak Asasi Manusia Universal, 2) Kesamaan tanggung jawab (shared responsibility) antara laki-laki dan perempuan, 3) Kemitraan yang harmonis (harmonious partnership) dalam pengambilan keputusan mulai dari keluarga, 4) Pelaksanaan gender harus bersifat menyeluruh dan terpadu (holistic and integrity), karena itu diperlukan adanya pendekatan yang multidisipliner untuk perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang lebih setara gender.15

Kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia tecantum dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang menginstruksikan pelaksanaan pengarusutamaan gender kedalam seluruh

13

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 80.

14

Ibid., h. 81.

15

Ida Rosyidah dan Hermawati, Pengantar Kajian Gender dalam Agama-Agama,


(33)

proses pembangunan.16 Kesetaraan yang berkeadilan gender adalah kondisi yang dinamis, di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan, dan kesempatan yang dilandasi sikap dan perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, dan saling mengisi di berbagai sektor.17

Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an antara lain: 1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai Hamba.

Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al- Zariyat/51: 56.18





“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S Al-Zaariyat/51:56).

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama dan yang membedakan diantara keduanya adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. Al-Hujurat/49:1319.

16

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Panduan Pelatihan Regional Pengarusutamaan Gender Di Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan,

(Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001), h. 1.

17

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 82.

18

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,

(Jakarta: Paramadina, 2001), h. 248.

19


(34)

















“Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia

di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa”. (Q.S

Al-Hujurat/49: 13).

Dalam kapasitas sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan akan mendapat penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya masing-masing, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Nahl/16: 97.20











“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-Nahl16/: 97).

2. Laki-laki dan perempuan keduanya sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al-ardl).

Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, di samping penciptaan sebagai hamba (a’bid) yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah SWT., juga untuk menjadi khalifah di bumi ditegaskan di dalam Q.S. Al-An’am/6: 16521.

20

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,

(Jakarta: Paramadina, 2001), h. 249. 21


(35)











“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian.” (QS 6/Al-An’aam:165).

Dalam ayat lain disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 3022.























“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 30). Kata khalifah dalam kedua ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.

22

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,


(36)

3. Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial dari Tuhan.

Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia lahir, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A’raf/7: 17223.













“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS 7/Al-A’raaf:172).

Menurut Fakhr al-Razi, tidak ada seorang pun anak manusia lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat.

4. Laki-laki dan perempuan memiliki berpotensi meraih prestasi.

Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus di dalam empat ayat, yaitu:

23

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,


(37)

a. Q.S. Ali-Imran/3: 19524



































“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kalian, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kalian adalah keturunan bagi sebagian yang lain” (QS 3/Ali Imran:195).

b. Q.S. An-Nisa/4:124.25









“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

c. QS. an-Nahl/16: 97.26











24

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,

(Jakarta: Paramadina, 2001), h. 263.

25

Ibid., h. 264.

26


(38)

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” d. QS. 40/Gaafir:40. 27

















“Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” Ayat-ayat tersebut di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dikuasai oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal. Salah satu obsesi Al-Qur’an ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur’an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.28

27

Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,

(Jakarta: Paramadina, 2001),h. 264.

28


(39)

B. Keterlibatan

a. Pengertian Keterlibatan

Keterlibatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keadaan terlibat. Terlibat sendiri berarti adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap ataupun emosi individu dalam situasi tertentu.29

Memperluas cakrawala keterlibatan sosial perempuan merupakan penegasan kondisi perempuan yang mengalami peningkatan dalam masyarakat. Hal tersebut didorong oleh kesadaran mendalam terhadap peran perempuan dalam upaya membangun dan mengembangkan masyarakat.30 Perlunya perluasan cakrawala keterlibatan sosial perempuan, yaitu dengan menggabungkan urgensi keterlibatan politik perempuan ke dalam aspek kehidupan sosial, sehingga tidak hanya membatasinya dalam hal-hal yang berhubungan dengan politik, namun bisa mencakup bidang-bidang yang lebih luas. Artinya, keterlibatan tersebut merambat kepada kehidupan umum dan perhatian terhadap masalah-masalah nasional secara menyeluruh.31

Keterlibatan perempuan tersebut berarti ikut memberikan solusi bagi masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik, juga memperluas peran perempuan di berbagai asosiasi dan organisasi nasional serta berbagai bentuk kerjasama, di samping lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lepas dari sisi-sisi aktivitas politik.32

29

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 668.

30

Dr. Jaber Asfour, Membela Perempuan, Antara Hak, Peran & Tanggung Jawab,

(Depok: NOHA Publishing House, 2008), h. 131.

31

Ibid., h. 131.

32


(40)

b. Aspek Keterlibatan Perempuan

Moser framework menganggap bahwa dikebanyakan masyarakat, perempuan yang berpendapatan rendah memiliki tiga peran: perempuan mengurusi kegiatan-kegiatan reproduktif, produktif dan pengaturan masyarakat; sedangkan laki-laki terutama mengurusi kegiatan-kegiatan produktif dan politik dalam masyarakat.33

1. Kerja Reproduktif

Melibatkan kepedulian dan pelestarian rumah tangga dan keluarganya termasuk melahirkan dan merawat anak-anak, mempersiapkan makanan, mengambil air dan bahan bakar, berbelanja, merawat rumah dan kesehatan keluarga. Kerja reproduktif sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pelestarian reproduksi angkatan kerja, tetapi hal itu jarang dianggap sebagai “pekerjaan yang benar-benar pekerjaan”. Di masyarakat miskin, pekerjaan reproduktifnya adalah – dibanyak wilayah – kerja kasar yang intensif dan menyita waktu. Hal-hal tersebut hampir selalu menjadi kewajiban para perempuan dan anak-anak perempuan.34

2. Kerja Produktif

Melibatkan produksi barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan/dijual (pertanian, perikanan, ketenagakerjaan dan mempekerjakan diri sendiri). Ketika orang ditanya apa pekerjaan mereka, jawaban yang diberikan paling sering mengacu pada kerja-kerja produktif, terutama pekerjaan yang mendapatkan bayaran dan menghasilkan pendapatan. Baik perempuan maupun laki-laki dapat terlibat dalam

33

Tati Hatima dkk, Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000.

(Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19.

34


(41)

kegiatan-kegiatan produktif, tetapi seringkali fungsi dan tanggung jawab mereka berbeda. Pekerjaan produktif perempuan seringkali lebih tidak terlihat dan lebih tidak dihargai dibandingkan pekerjaan produktif laki-laki35.

3. Pekerjaan kemasyarakatan

Melibatkan pengorganisasian kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas sosial secara bersama: upacara-upacara dan peringatan-peringatan, kegiatan-kegiatan peningkatan masyarakat, partisipasi dalam kelompok dan organisasi, kegiatan-kegiatan politik lokal dan sebagainya. Jenis pekerjaan ini jarang dipertimbangkan atau dilihat dalam analisis ekonomi suatu masyarakat. Tetapi jenis pekerjaan ini melibatkan jumlah waktu yang cukup besar yang diberikan secara suka rela dan penting bagi perkembangan spiritual dan budaya masyarakat dan merupakan suatu kendaraan untuk pengaturan dan penentuan nasib masyarakat. Baik perempuan maupun laki-laki terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, meskipun suatu pembagian kerja berdasar gender juga berlaku disana.36 Moser membagi pekerjaan kemasyarakatan menjadi dua jenis pekerjaan yang berbeda.37

35

Tati Hatima dkk, Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000.

(Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19.

36

Ibid., h. 20.

37


(42)

a. Pekerjaan pengaturan masyarakat:

Kegiatan-kegiatannya ditangani terutama oleh perempuan di tingkat masyarakat, sebagai perluasan dari peran reproduktif mereka untuk menjamin ketersediaan dan pelestarian sumber-sumberdaya konsumsi kolektif yang jarang, seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Ini adalah pekerjaan sukarela yang tak dibayar, dijalankan di “waktu senggang”.

b. Politik kemasyarakatan

Kegiatan-kegiatan ini ditangani terutama oleh laki-laki pada tingkat masyarakat, pengaturan pada tingkat politik formal yang seringkali berada dalam suatu kerangka politik nasional. Pekerjaan seperti ini biasanya dibayar, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui pemberian status atau kekuasaan.

Wanita, laki-laki, anak-anak laki-laki dan peremuan sepertinya terlibat dalam ketiga bidang pekerjaan. Laki-laki terlihat lebih sedikit terlibat dalam pekerjaan reproduktif. Dibanyak masyarakat, perempuan mengerjakan hampir semua pekerjaan reproduktif dan banyak pekerjaan produktif.


(43)

C. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu, perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. Sedangkan berpartisipasi yaitu, melakukan partisipasi; berperan serta (dalam suatu kegiatan), ikut serta.38

b. Macam-macam Partisipasi

Macam-macam partisipasi menurut Jules, 1996, yaitu 39: 1. Partisipasi manipulatif

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat atau wakil masyarakat terlibat dalam suatu kegiatan atau lembaga, namun keberadaan mereka terjadi tanpa proses pemilihan dan tidak memiliki kekuatan berupa dukungan warga atau keabsahan.

2. Partisipasi Pasif

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat diperintah untuk melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kondisi ini keputusan dilakukan searah oleh pemerintah atau administrator kegiatan tanpa memperdulikan pendapat masyarakat. Informasi hanya milik para ahli yang berasal dari luar masyarakat.

38

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 831.

39

Makalah Pungky Sumadi. Perencanaan Partisipatif. Gender Mainstreaming dalam Perencanaan Partisipatif. Kumpulan Makalah Hasil Workshop Instruktur Gender dalam Rangka Perencanaan Partisipatif di Aceh, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 2-5.


(44)

3. Partisipasi berdasarkan konsultasi

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta melalui proses konsultasi, atau dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Para ahli (pihak luar) mendefinisikan masalah dan proses pengumpulan informasi, dan dengan demikian mengendalikan analisa masalah. Proses konsultatif seperti ini tidak memungkinkan terjadinya keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan para ahli tidak berkewajiban untuk mengajukan/membela pandangan masyarakat.

4. Partisipasi untuk intensif material

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi melalui imbalan berupa makanan, uang atau insentif material lainnya. Warga dapat menyumbangkan lahan dan tenaga dalam suatu kegiatan, namun tidak terlibat dalam proses eksperimen/pembelajaran/pengambilan keputusan. Dalam kondisi ini masyarakat tidak punya kepentingan lagi untuk mempertahankan partisipasi/keahliannya pada saat insentif tersebut tidak lagi tersedia.

5. Partisipasi Fungsional

Adalah suatu kondisi dimana pihak luar memandang partisipasi sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek, terutama penghematan biaya proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dapat berbentuk interaktif (timbal balik) dan umumnya melibatkan proses pengambilan keputusan secara bersama, yang cenderung dilakukan setelah arahan keputusan


(45)

ditentukan oleh ahli dari pihak luar. Ada kemungkinan masyarakat masih terkooptasi demi pencapaian tujuan yang ditentukan oleh pihak luar. 6. Partisipasi Interaktif

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam analisa secara bersama, pengembangan langkah-langkah kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Proses ini melibatkan berbagai pendekatan untuk mencari keragaman pandangan, dan menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur. Pada saat kelompok masyarakat mengambil alih keputusan lokal akan dimanfaatkan, mereka berkepentingan untuk mempertahankan struktur kelembagaan dan praktek-praktek pelaksanaan pembangunan yang baik. 7. Mobilisasi diri

Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi dalam berinisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka menjalin hubungan dengan pihak luar untuk memperoleh sumber daya dan pendapat teknis yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali atas bagaimana sumber daya itu akan digunakan. Mobilisasi diri dapat berkembang luas jika pemerintah dan LSM memberikan dukungan konstruktif.


(46)

D. Perempuan dalam Pembangunan

Konferensi internasional pertama perempuan, puncak dari Tahun Perempuan Internasional, yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (1975) di Mexico City, bertajuk “Konferensi Sedunia Tahun Perempuan Internasional” (World Conference of the International Women’s Year), berhasil mengidentifikasikan tiga isu pokok, yaitu: penyetaraan gender dan penghapusan diskriminasi gender, pengintegrasian dan partisipasi penuh kaum perempuan dalam pembangunan, serta peningkatan kontribusi perempuan dalam perdamaian dunia.40

Partisipasi perempuan dalam pembangunan mensyaratkan restrukturisasi di setiap institusi. Kesetaraan gender hanya bisa diraih melalui perubahan struktural di seluruh institusi masyarakat, termasuk relasi perempuan dan laki-laki dalam ranah privat. Dikotomi ranah publik dan privat adalah pokok analisis cukup signifikan, terutama bila dikaitkan dengan proses pembangunan ekonomi yang dijalankan suatu negara. Negara menyusun dan mengembangkan ideologi gender yang dipakai untuk mendukung dan menjalankan model-model pembangunan ekonomi dan politik. Bila sistem ekonomi dan politik berubah maka peran-peran gender yang selama itu diidealkan akan turut bergeser seiring dengan terjadinya perubahan pada ideologi gender.41

a. Pendekatan Perempuan dalam Pembangunan 1. Pendekatan Antikemiskinan

Pendekatan antikemiskinan terhadap perempuan dalam pembangunan lebih mengambil kemiskinan sebagai pangkal tolaknya dan dibangun untuk memperbaiki pendapatan kaum perempuan miskin. Pendekatan ini

40

Liza Hadiz., dkk, Jurnal Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: pilihan artikel Prisma, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. x.

41


(47)

mencerminkan prioritas Bank Dunia ILO maupun “strategi kebutuhan pokok”, dengan tujuan utamanya memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Perempuan yang berpendapatan rendah diidentifikasi sebagai kelompok sasaran khusus, setidaknya bukan dikarenakan peran sentralnya dalam menyediakan kebutuhan pokok ini bagi keluarganya. Pendekatan antikemiskinan menitikberatkan perhatian guna menghasilkan pendapatan bagi perempuan melalui akses yang lebih baik terhadap sumberdaya produktif, seperti tanah dan kredit.42

2. Perempuan dalam Pembangunan (WID)

WID (Perempuan dalam Pembangunan) diciptakan pada awal 1970-an oleh Women’s Committee of the Washington DC Chater of the Society for

International Development sebagai bagian dari strategi cermat untuk

membawa pemikiran baru Boscrup dan lain-lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan di Amerika. WID digunakan sebagai steno bagi pendekatan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebagian besar di dasarkan pada paradigma modernisasi. Pendekatan WID difokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan teknologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekankan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan-khususnya penghasil pendapatan- dengan mengabaikan sisi reproduktifnya.43

42

Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 202-203.

43


(1)

Kiri Ibu Kusmiati (Ibu Darso), Kanan Ibu Triyani (Ibu Agus) Koordinator P2WKSS Kelurahan Jombang

Ibu Marmilah (Ibu Asep) Koordinator P2WKSS Kelurahan Sawah Baru

Kegiatan menyulam

Hasil pelatihan menyulam minggu sebelumnya

Kegiatan Pelatihan Menyulam bertempat di Rumah Ibu Darso

Kelompok Binaan P2WKSS Kelurahan Jombang

Instruktur atau pelatih sedang memberikan pengarahan


(2)

Contoh hasil jadi sulaman

Contoh hasil jadi sulaman

Bahan Dasar dan Pola Menyulam

Ibu-ibu Kelompok Binaan Sedang Menyulam dan Instruktur

Memperhatikan kelompok binaan

Ibu-ibu Kelompok Binaan

Memperhatikan Instruktur Menyulam

Ibu-ibu Kelompok Binaan Sedang Mengerjakan Sulaman


(3)

Tabel Posyandu

Ibu-ibu PKK pengurus Posyandu Kelurahan Jombang

Ibu-ibu PKK sedang melakukan rapat

Seorang ibu sedang menuliskan contoh penulisan data Posyandu

Rapat PKK di Kelurahan Jombang


(4)

Rapat PKK di Kelurahan Jombang Sekaligus Penyuluhan dari Dinas Kesehatan

Rapat PKK di Kelurahan Sawah Baru Sekaligus Penyuluhan dari Dinas Kesehatan

Dr. Rully dari Dinas Kesehatan sedang memberikan penyuluhan tentang BPJS

Seorang ibu PKK sedang bertanya tentang kegunaan BPJS

Rumah yang akan di Renovasi atau bedah rumah tampak belakang

Rumah ibu Mardiyah yang akan di Renovasi atau bedah rumah tampak depan


(5)

Mesin untuk menggiling sampah dan membuat pupuk kompos di lokasi binaan Kelurahan Sawah Baru

Petugas kebersihan sedang

memperlihatkan pisau mesin untuk menggiling sampah yang akan dijadikan pupuk

Pembakaran sampah-sampah

Tempat pemisahan antara sampah plastik dan sampah untuk pupuk

Kendaraan angkutan sampah di lokasi binaan Kelurahan Sawah Baru


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

1 96 170

Perbandingan Partisipasi Politik Perempuan di Partai Nasdem (Nasional Demokrat) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kabupaten Batubara

2 76 172

Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan (Persoalan, Hambatan, dan Strategi)

2 49 137

Peran Aktivitas Perempuan Pesisir Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Keluarga Kasus di Kabupaten Tangerang

0 2 123

Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan

12 90 101

ASPIRASI WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DI KELURAHAN TANAH MERAH KECAMATAN BINJAI SELATAN BINJAI.

0 2 24

Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan

0 2 11

Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan

0 0 1

Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan

0 0 28

IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA (P2WKSS) DI KELURAHAN CIKERAI KECAMATAN CIBEBER KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository

0 1 235