Islam dan PDIP : studi terhadap aktivitas politik dan pandangan keagamaan baitul muslim Indonesia

(1)

ISLAM DAN PDIP

(Studi terhadap Aktivitas Politik dan Pandangan Keagamaan Baitul Muslimin Indonesia)

Oleh Ahmad Sa'di NIM: 204033203116

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ABSTRAK

Ahmad Sa'di ISLAM DAN PDIP

(Studi terhadap Aktivitas Politik dan Pandangan Keagamaan Baitul Muslimin Indonesia)

Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI) adalah lembaga sayap Islam di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Partai yang sejak berdirinya tercitra sebagai rumah bagi kelompok nasionalis dan kelompok abangan kini mulai melihat Islam tidak lagi dengan sebelah mata, karena partai besar ini menyadari bahwa pemilih atau konstituennya mayoritas beragama Islam. PDIP sebenarnya mendapat dukungan yang besar dari masyarakat dengan sikap politiknya yang selama ini didengungkan dan terus menjalin kedekatan dengan wong cilik yang notabene adalah masyarakat Islam.

Dalam perjalanannya PDIP menjadi terbuka dan memasukkan unsur Islam sebagai warna baru di tubuh partai besar ini. Islam di tubuh PDIP tidak menjadi asas yang harus tertuang secara formal dan memasukkan syariah yang terkandung di dalam ajaran Islam. Akan tetapi Islam dijadikan sebagai gerakan moral yang akan mewarnai PDIP, khususnya di dalam organisasi masyarakat BAMUSI yang merupakan bentukan PDIP.

Penelitian ini ingin mengetahui kapan sayap Islam BAMUSI ini dideklarasikan, hubungan dengan PDIP sendiri, visi dan misi, dan juga aktivitas politik, kerakyatan serta keagamaan yang diperjuangan di BAMUSI. Penelitian ini akan menjadi gambaran tentang pemahaman baru terhadap bagaimana kiprah yang dimainkan oleh BAMUSI.

BAMUSI didirikan sebagai langkah strategis untuk menghilangkan dikotomi yang tajam antara islamisme dan nasionalisme. BAMUSI adalah lembaga seasas dengan PDIP yaitu asas Pancasila. BAMUSI dalam kiprahnya akan mengusung suatu pemahaman tentang keagamaan yang cinta tanah air, memadukan islamisme dan nasionalisme.

Salah satu kerja BAMUSI yang terpenting adalah membangun ekonomi kerakyatan yang dimulai dari desa-desa terpencil, karena dengan program ini Indonesia akan maju secara ekonomi, dan dapat menjadikan masyarakat makmur. Di sisi lain program ke depan BAMUSI akan melakukan dakwah islamiyah dan lebih menitikberatkan kepada pendidikan keagamaan. Dan yang menjadi tujuan utama adalah menciptakan masyarakat makmur yang berkebangsaan religius.


(3)

ISLAM DAN PDIP

(Studi terhadap Aktivitas Politik dan Pandangan Keagamaan Baitul Muslimin Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Ahmad Sa'di NIM: 204033203116

Di bawah bimbingan Pembimbing,

Idris Thaha, M.Si NIP: 150317723

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ISLAM DAN PDIP (Studi terhadap Aktivitas Politik dan Pandangan Keagamaan Baitul Muslimin Indonesia) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 2 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. A. Rifqi Muchtar, M.A

NIP: 150232921 NIP: 150282120

Anggota:

Penguji I, Penguji II,

Drs. Agus Nugraha, M.Si Dr. Hamid Nasuhi, M.A

NIP: 150299932 NIP: 150241817

Pembimbing:

Idris Thaha, M.Si NIP: 150317723


(5)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang terindah dan patut untuk diucapkan selain kata puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT atas nikmat iman dan Islam yang diberikan oleh-Nya kepada kita, khususnya bagi penulis yang telah digerakkan hatinya untuk merampungkan tugas akhir dalam bangku kuliah S1 yaitu menyusun skripsi. Tidak lupa, shalawat dan salam semoga tetap tercurah ke haribaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membangun perubahan terhadap budaya-budaya jahiliyah di negeri Arab menuju budaya yang penuh dengan percikan iman yaitu budaya Islam yang sempurna. Dan semoga Allah selalu memberikan curahan rahmat kepada para keluarga dan sahabatnya.

Berangkat dari keinginan yang kuat untuk mengetahui apa itu politik dan apa itu dinamika politik, terutama yang terjadi di Indonesia. Penulis menetapkan untuk kuliah di kajian Pemikiran Politik Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Yang pada akhirnya, setelah menjalaninya, ternyata politik itu indah dan begitu luhur ajarannya jikalau makna dasar dan pengertiannya secara sederhana benar-benar dilakukan dan diimplementasikan oleh para elite atau petinggi politik.

Penulis adalah manusia biasa yang bisa khilaf dan tidak luput dari kesalahan, sehingga penulis tidak mungkin mampu menuntaskan penulisan skripsi ini tanpa adanya dorongan dari semua pihak untuk menyelesaikannya. Baik mulai dari bimbingan khusus skripsi yang ditentukan oleh Ketua Program, dan juga pihak terkait yang ikut membantu memberikan informasi yang utuh tentang wacana yang penulis tulis dalam skripsi ini. Penulis merasa terlalu pintar kalau tidak ada yang terlibat dan membantu memberikan arahan dan bimbingan serta bersedia meluangkan waktunya untuk proses penyelesaian skripsi ini. Dengan penuh hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:


(6)

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amin Nurdin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M. Fils. dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M.Ag., selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Idris Thaha, M.Si., Selaku Pembimbing Skripsi penulis, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta kritik dalam penulisan skripsi ini. Dan juga telah memberikan ruang untuk berdiskusi dengan penuh rasa kekeluargaan. Juga kepada istrinya yang telah dengan ramah menerima kunjungan penulis ketika menjalani proses bimbingan di rumahnya.

5. Kepada semua jajaran dosen di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat khususnya dosen pada Jurusan Pemikiran Politik Islam. Yang telah menuangkan ilmunya kepada penulis dan memberikan ruang pencerahan intelektual dalam berdiskusi pada saat jam kuliah.

6. Kepada semua jajaran pengurus perpustakaan pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga kepada jajaran pengurus perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan senyum dan keramahan serta bersedia memberikan informasi yang penulis butuhkan ketika dalam masa perkuliahan.

7. Kepada pengurus dan jajaran Redaksi Majalah Bulanan Baitul Muslimin Indonesia, terutama kepada Bapak Zuhairi Misrawi, Lc., selaku Wakil Pemimpin Redaksi, dan Bapak Alex M., selaku Koordinator Liputan, yang


(7)

telah bersedia meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya sebagai wartawan untuk memberikan bahan-bahan referensi atau tulisan terkait dengan skripsi yang penulis tulis. Dan sedikit ruang, juga waktu untuk sejenak berdialog tentang keberadaan Baitul Muslimin Indonesia.

8. Kepada Pengurus Pusat BAMUSI, khususnya Bapak Budi yang telah bersedia memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh penulis, di sela-sela kesibukannya berkampanye politik ke daerah Jawa Timur, ia masih bisa menyempatkan diri untuk memberikan bahan-bahan referensi berharga, seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia dan Buletin Jum'at Baitul Muslimin Indonesia. Dan lebih khusus lagi kepada Bapak Zuhairi yang telah mempertemukan penulis dengan Bapak Budi, Kepada Bapak Zuhairi selaku Ketua Bidang Hub. Antar Agama di Baitul Muslimin Indonesia. Terimakasih atas diskusinya dan dorongan serta pinjaman bukunya untuk segera menyelasaikan skripsi ini.

9. Kepada kedua orangtuaku H. Ghazalie dan Ibunda tercinta Hj. Hamidah, kedua orang inilah yang selalu memberikan dorongan moril dan materil untuk bisa menimba ilmu di perguruan tinggi, dan juga kepada Kakakku yang tak kalah memberikan dukungan, Khoiriyah, Alif Laila, dan adikku Tini Ghazalie. Dan kakak iparku Khoiruddin, Hamdi, dan adik Iparku Darussalam. Semuanya telah memberikan dukungan sehingga penulis menjadi seperti sekarang ini. 10.Kepada teman-teman satu jurusan PPI angkatan 2004. Iskak, Yusuf, Supyan,

Khudori, Iin Solihin, Yulita, Saiman, Indra, Tsani, dan semuanya yang tidak penulis sebutkan dalam skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih dengan semua dinamika pemikirannya yang dituangkan di saat berdiskusi dalam perkuliahan.


(8)

11.Kepada teman-teman di MMS (Moderate Moslem Society), Zuhairi Misrawi, Lc., Agus Muhammad, Very Verdiyansyah, S. Th.I, Hasibullah Satrawi, Lc., Mahalli Sutikno, Ust. Imam Ghozali dan cak Mun. Yang telah bersedia menjadi teman untuk sekedar rileks dan minum kopi bareng serta berdiskusi tentang kebangsaan dan keislaman, dan terimakasih juga atas canda dan tawanya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada teman-teman kerja di Yayasan Pendidikan Islam Amelia Bintaro, yang telah mendorong dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. Khususnya kepada Bapak Drs. Bambang Hernowo, BSc, selaku Kepala Sekolah, yang telah dengan bijak dan penuh pengertian memberikan izin pulang lebih awal pada setiap Rabu dan tidak masuk kerja satu hari setiap Kamis selama dua bulanan guna penyelesaian skripsi ini. Lebih khusus kepada Bapak Carly Hernoto, selaku wakil ketua I Yayasan Pendidikan Islam Amelia. Kepadanya penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Akhirnya, saran dan kritik penulis harapkan dari pembaca, karena dengan kritik yang membangun akan memberikan suatu pemikiran yang utuh tentang karya yang masih jauh dari kesempurnaan. Semoga karya ini bisa memberikan wacana pemikiran baru dan ikut mengisi ruang dinamika pemikiran politik Indonesia dalam isu kebangsaan dan keislaman.

Ciputat, 20 Mei 2009 M


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Munculnya gagasan untuk membentuk Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI) di tubuh PDIP merupakan langkah strategis yang penuh dengan pertimbangan matang yang digulirkan oleh para elite PDIP, mengingat partai ini adalah partai nasionalis, yang pada awal berdirinya menghilangkan kesan dan pernak-pernih serta warna yang berbau agama. Gagasan ini muncul dikarenakan geliat keagamaan (Islam) di tubuh PDIP bertambah dan meningkat terutama setelah munculnya stigmatisasi bahwa PDIP merupakan partai yang melekat dengan Islam abangan. Keberadaan Islam abangan di PDIP menjadi pecut dan pukulan tersendiri untuk merubah haluan, pola dan sistem politiknya, sehingga keberadaan organisasi baru (BAMUSI) yang merupakan sayap kanan PDIP, yang bernuansa islami ini niscaya untuk dibentuk dan dibangun. BAMUSI merupakan terobosan baru bagi PDIP untuk mengembalikan stigmatisasi negatif yang diarahkan kepada PDIP selama ini.

BAMUSI akan hadir untuk membangun citra baik terhadap PDIP yang selama ini hanya mendengungkan dan mengusung nasionalisme untuk penyatuan bangsa dalam bingkai NKRI. Islam seakan dinafikan dan tidak dijadikan ruh dalam sebuah perjuangan, melupakan agama (Islam) sebagai salah satu kekuatan dan penggerak mesin dalam pembangunan Indonesia. BAMUSI dengan konsep ajaran dasarnya dalam Islam, akan melakukan gerakan terhadap pemahaman keislaman yang rahmatan lil 'alamin bagi bangsa.1 Memahami Islam sebagai agama yang penuh

1

Wawancara Hamka Haq, "BAMUSI Memperjuangkan Islam Yang Substansial," Majalah Bulanan Baitul Muslimin, (Keberagamaan, Kebangsaan & Kebhinekaan, No. 02 Agustus 2008. h.23.


(10)

dengan ajaran kemanusian dan kasih sayang untuk kepentingan bersama sebagai anak bangsa yang mencitai tanah airnya.

Dalam konstelasi politik Indonesia peran agama menjadi penting ketika dihadapkan pada realitas dinamika politik Indonesia. Isu agama berperan penting dalam menentukan suara ketika ajang pemilu tiba. Agama menjadi isu empuk bagi yang berkepentingan. Peran agama sebenarnya memberikan ruang pembebasan terhadap ruang politik yang luas dengan tetap mengindahkan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Agama seharusnya dimerdekakan dari negara, sebab manakala agama dipakai dalam pemerintah atau dalam politik, maka agama hanya akan menjadi alat politik saja bagi yang berkepentingan. Urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan spiritual sehingga agama menempati satu singgasana yang maha kuat dalam kalbunya yang percaya.2 Agama tidak lagi menjadi pedang tajam yang siap menjatuhkan lawan politiknya. Tetapi agama seharusnya menjadi lokomotif pembangunan dalam satu bingkai yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ini yang terjadi di Indonesia.

Tidak berlebihan jika agama disebut sebagai fenomena abadi yang bersifat kompleks. Ia telah hadir sejak awal keberadaan manusia dan tetap bertahan hingga zaman sekarang. Dengan begitu seakan-akan agama tidak mengenal perubahan zaman, kerena berbagai peristiwa sosial yang dialami manusia tidak sampai menghilangkan eksistensinya. Agama bagaimanapun akan selalu berperan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.3

Manuver isu agama dalam politik tidak akan pernah berhenti selama kedewasaan dan pendidikan berpolitik masyarakat masih kurang dan minim sekali

2

Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi (Jakarta: Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi, 1965), h. 404.

3

Bahtiar Effendy & Hendro Prasetyo, ed., Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM IAIN, 1998), h. vii.


(11)

terhadap pengetahuan tentang seharusnya bagaimana berperan aktif dalam pemilihan umum. Karena bagaimanapun isu agama sangatlah riskan dan berpengaruh terhadap kedewasaan berpolitik.

Sebuah tantangan besar bagi PDIP, mengingat ia adalah partai besar yang pada pemilu 2004 menjadi partai pemenang dan sebagian besar pemilihnya adalah kaum Islam. Melihat fenomena ini tentunya PDIP menilik kilas dan lebih serius lagi bahwa kepentingan Islam seharusnya diwadahi dan dimediasi dalam bentuk yang lebih formal dan lebih memperhatikan serta memberikan sumbangsih kepada kepentingan Islam. Dengan tentunya tetap pada prinsip nasionalisme. Karena nasionalis bukan berarti tidak islamis dan islamis bukan berarti tidak nasionalis.

Saatnya PDIP menjadi partai yang mengusung kepentingan bersama dalam satu komitmen memajukan Indonesia baik itu dari kalangan Islam dan nasioanalis. Karena partai politik ke depan yang akan menjadi pelabuhan bagi masyarakat Indonesia bukanlah partai yang mengatasnamakan kepentingan tertentu, melainkan untuk kepentingan bersama dan tujuan bersama membangun kebangsaan yang kuat dan berpijak kepada satu bangunan di bawah bendera keutuhan NKRI.

Yang terjadi sekarang perubahan itu muncul pada diri PDIP yang tertuang dalam sayap Islam-nya yaitu BAMUSI. Para petinggi PDIP berkeinginan untuk tetap menjunjung NKRI dan menyelamatkan keutuhan Indonesia dangan pendekatan agama. Mengingat para founding father Indonesia telah bersusah payah dalam penyatuan bangsa yang tentunya berbeda ras, suku dan agama. Seharusnya bangsa berkaca pada mereka para pendiri Indonesia dalam segala tindakannya dan tidak seenaknya. Akan tetapi ada yang lebih penting dari semuanya, yaitu menjaga kebersamaan dan menguatkan tali toleransi antar sesama bangsa yang plural.


(12)

Bagi PDIP pendirian BAMUSI merupakan keharusan, karena ini realitanya yang mau tidak mau harus dihadapi. BAMUSI menepis anggapan bahwa partai di Indonesia sekarang bukan partai pada masa ORLA atau ORBA yang masih kental dengan karakter politik aliran. Sekarang, partai aliran bukanlah partai yang akan diminati mengingat kedewasaan berpolitik sekarang mulai terbangun akibat dari banyaknya bangsa Indonesia yang terdidik.

Dikotomi politik masih sangat kentara dan terasa di Indonesia antara Islamisme dan Nasionalisme. PDIP yang dalam hal ini secara asas adalah nasionalisme mencoba untuk tampil lebih religius yang kemudian melahirkan pemikiran tentang pembentukan BAMUSI yang merupakan sayap kanan Islam, yang nantinya akan berkiprah secara real akan dirasakan oleh masyarakat Islam. PDIP bukan berarti partai Islam, akan tetapi menganut konsep nasionalisme kerakyatan yang tentunya berhadapan dengan rakyat yang memiliki keberagaman budaya dan agama.4

PDIP, selama ini dikenal dengan tempat bercokolnya orang-orang abangan yang anti dengan Islam. Penuh dengan orang-orang preman dan perusuh pada setiap akan mengadakan kampanye politik. Tetapi kemudian seiring bergulirnya waktu dan dalam proses demokrasi, kini PDIP menjadi partai yang berbeda dan membangun kesadaran serta merubah pandangan negatif masyarakat yang sudah lama dicitrakan, dengan membentuk organisasi masyarakat yaitu, BAMUSI yang akan berperan sebagai lembaga yang nantinya akan merubah pencitraan itu menuju lebih baik, bahwa PDIP sekarang berbeda dengan PDIP kemarin. PDIP sekarang konsern

4

Budiman Sujatmiko, "Tak Ubah Prinsip PDIP," artikel diakses pada 6 Pebruari 2009 dari http://pdi-perjuangan.blogspot.com/2007/02/budiman-sudjatmiko-tentang-baitul.html


(13)

terhadap persoalan keislaman karena memang realitas masyarakat Indonesia mayoritas Islam.

Upaya terbentuknya BAMUSI bukan hanya menepis isu negatif saja yang diarahkan kepada PDIP. Akan tetapi karena hal penting bahwa kalangan petinggi PDIP mulai untuk berbenah, membangun semangat baru dan mulai bergairah untuk lebih memahami tentang Islam, karena selama ini tudingan sebagai Islam abangan begitu melekat pada diri tubuh PDIP ini.5 Niat baik ini merupakan langkah maju bagi PDIP untuk tetap eksis dan berperan lebih jauh di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas Islam.

Realitas masyarakat Indonesia tentunya menjadi bahan renungan bagi PDIP yang kemudian menggagas organisasi sayap Islam BAMUSI yang bagi Megawati merupakan bentukan sayap Islam dalam partai, yang natinya akan berfungsi bersama-sama dalam menyiarkan Islam yang lebih toleran, inklusif dan tidak menggunakan kekerasan setiap melakukan aksinya dan BAMUSI juga akan menjalin hubungan yang kuat dan selalu bekerjasama dengan ormas-ormas Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah.6 Karena bagi Megawati ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah memiliki basis yang kuat sehingga BAMUSI yang merupakan ormas Islam baru bentukan PDIP ini menjadi niscaya untuk membangun hubungan dan silaturrahim yang kuat.

Karakter politik yang dipraktikkan di Indonesia yang masih mengandalkan kekuatan agama dalam menentukan pilihan politiknya membuat posisi para elite Islam mudah diorientasikan ke dalam politik kekuasaan dengan iming-iming posisi politik

5

"Bentuk Baitul Muslimin, PDIP lamar Tokoh NU," atikel diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://www.gp-ansor.org/berita/bentuk-baitul-muslimin-pdip-lamar-tokoh-nu.html

6

Antara News, "Megawati Lantik Pengurus Baitul Muslimin PDIP," artikel diakses pada 6 Pebruari 2009 dari http://74.125.47.132/search?q=cache:DNscCQLfkzMJ:www.antara.co.id/arc


(14)

strategis, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif dengan bergelimang harta kekayaan. Tidak heran jika PDIP sadar betul bahwa untuk memenangkan Pemilu 2009, mau tidak mau, harus mendekati ormas Islam secara intensif. Maka lahirlah BAMUSI sebagai perpanjangan tangan PDIP untuk meraup suara kelompok Islam.

Dalam dinamika perpolitikan PDIP konsep nasionalisme sangatlah mengakar dan tidak akan mengubah haluan konsepnya dalam berpolitik. PDIP tetap menjadi partai nasionalis dan tetap mengusung Pancasila sebagai asasnya dalam bernegara. PDIP dengan lahirnya BAMUSI tidak akan merubah haluannya sebagai partai yang berbasis agama.7

Manuver politik yang dilakukan PDIP untuk merangkul dua organisasi massa (ormas) Islam terbesar; NU dan Muhammadiyah tentu saja memiliki arah yang jelas untuk mempersiapkan Pemilu 2009. PDIP ingin memaksimalkan kekuatan politik umat Islam melalui dua ormas Islam terbesar di Indonesia. Dalam asumsinya jika NU dan Muhammadiyah berhasil didekati, maka mayoritas umat Islam akan memilih kandidat dari PDIP8

Bagi umat dan kelompok Islam sendiri, hadirnya BAMUSI juga masih menjadi pertanyaan, benarkah nantinya lembaga itu benar-benar bisa menampung aspirasi umat Islam? Ini adalah pertanyaan besarnya yang kemudian harus ditelaah secara mendalam bagi umat Islam. Bisa jadi dari sebagian kelompok politik Islam melihat ini sebagai intrik politik dan akal-akalan semata demi mendulang suara dari umat Islam.9

7

Tempo Interaktif, " Pramono Anung: PDIP Tak Akan Berbasis Agama," artikel diakses pada 6 Pebruari 2009 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/11/10/brk,20061110-87428,id.html

8

Khamami Zada,"Baitul Muslimin dan Ormas," artikel diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://khamamizada.multiply.com/journal/item/36

9

Ardi Winangun,"Baitul Muslimin, antara Harapan dan Kenyataan," artikel diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=164250


(15)

PDIP, partai yang identik sebagai wadah asprirasi kaum abangan ini tampak sedang berusaha mencitrakan dirinya sebagai saluran politik yang siap menampung aspirasi kaum santri, dan menepis jauh-jauh stigma nasionalis-sekularistik, dengan mendeklarasikan sebuah organisasi sayap politik baru, bernama Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI).10

Penulis menganggap ini isu penting mengingat problematika perpolitikan di Indonesia sangat fenomenal dan penuh intrik untuk bisa bermain dan menjadi pemenang dalam pemilu. Pemilu 2009 ini merupakan ajang dimana partai-partai politik memulai dengan pendekatan berbeda mengingat masyarakat Indoensia sekarang sudah bisa membaca dinamika politik atau partai-partai yang siap bertarung dan akan berlaga di pentas Pemilu 2009.

PDIP, khususnya BAMUSI menjadi kajian menarik bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana perhelatan dan dinamikanya dalam berperan sebagai lembaga sayap kanan Islam yang ada dalam tubuh PDIP. Apakah ini memang menjadi naungan yang real akan dirasakan dan dinikmati oleh kaum Islam atau hanya menjadi lipstik belaka untuk meraup massa Islam. Karena massa Islam bagaimanapun menjadi suara penentu untuk pendulangan suara yang signifikan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

BAMUSI merupakan gerakan sayap Islam dalam tubuh PDIP. Dan ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis, karena ini merupakan lembaga gerakan baru dan patut untuk dijadikan kajian politik yang menarik dalam kancah politik Indonesia. 10"Baitul-Muslimin PDIP: Siluet hijau dalam Kanvas Merah?" artikel ini diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://muhsinlabib.wordpress.com/2007/04/15/baitul-muslimin-pdip-siluet-hijau-dalam-kanvas-merah/


(16)

Yang mana BAMUSI bagi PDIP sendiri merupakan langkah tepat bahwa untuk menjadi partai yang pluralis, dan seharusnya untuk tetap berada pada prinsip nasionalismenya yang melekat pada diri PDIP.

Saat inilah dimana mata masyarakat Indonesia terbelalak melihat lahirnya sayap partai yang bernafaskan Islam yang tertuang dalam gerakan BAMUSI. Dalam hal ini penulis bermaksud menulis skripsi seputar sejarah terbentuknya, kapan deklarasinya dan juga aktivitas politik keagamaan PDIP serta analisa terhadap pandangan keagamaan BAMUSI itu sendiri.

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apa keterkaitan dan hubungan organisatoris BAMUSI dengan PDIP serta aktivitasnya dalam politik keagamaan PDIP? Selanjutnya, penulis juga akan menulis pemahaman keagamaan perspektif BAMUSI tentang isu-isu keislaman kontemporer seperti fundamentalisme, gender, nasionalisme, terorisme, kemiskinan, dan lain-lain.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperkaya dinamika dan khazanah pemikiran politik di Indonesia.

2. Untuk memberikan gambaran tentang sejarah terbentuknya BAMUSI dalam tubuh PDIP.

3. Untuk memberikan gambaran tentang aktivitas politik dan aktivitas keagamaan BAMUSI dalam tubuh PDIP.

4. Untuk memberikan gambaran tentang konsep pemikiran keislaman dalam tubuh PDIP dalam pandangan BAMUSI.


(17)

5. Untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan studi Srata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan library research (penelitian kepustakaan) yang menggunakan buku, bulletin, majalah, dan penelusuran dari media internet yang tentunya terkait dengan penelitian penulis. Dan penelitian ini lebih kepada penelitian deskriptif-analitis terhadap aktivitas politik dan aktivitas keagamaan BAMUSI dalam dinamika perpolitikan di Indonesia khususnya menghadapi pemilu 2009.

Tidak hanya melalui media tulis dan elektronik saja, tetapi penulis akan menemui salah satu tokoh yang terlibat dalam kepengurusan BAMUSI untuk melakukan wawancara dan interview langsung seputar pendirian BAMUSI dan visi-misi ke depan serta aktivitas politik keagamaannya dan juga pandangannya terhadap isu-isu kontemporer tentang keislaman.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari sistematika penulisannya. Dalam hal ini penulis seperti biasa dalam penulisan skripsi dimulai dari pendahuluan yang ada pada bab I, yang meliputi latar belakang masalah yang berisi tentang dinamika dan problematika tentang pembahasan yang akan ditulis oleh penulis.

Agar pembahasan dan penulisan skripsi ini tidak melebar terlalu jauh, maka penulis melakukan pembatasan dan perumusan masalah. Kemudian penulis menulis tentang tujuan dan metode penelitian yang ditutup dengan sistematika penulisan. Pada


(18)

bab II, berisi tentang sejarah terbentuknya dan kapan dideklarasikannya BAMUSI dan juga bagaimana pandangan tokoh-tokoh Islam tentang didirikannya sayap partai di PDIP yang menaungi kaum Islam.

Untuk mengenal lebih lanjut kemudian penulis menuliskan pada bab III tentang BAMUSI dan aktivitasnya, baik aktivitas keagamaan, kemasyarakatan dan politik dalam kancah politik Indonesia. Lebih mendalam lagi bagaimana Islam dan PDIP penulis tuangkan dalam bab IV yang berisi tentang bagaimana pandangan BAMUSI tentang Islam dan isu-isu kontemporer seperti Islam dan gender, Islam dan fundamentalisme, Islam dan nasionalisme, dan lain-lain.

Pada bab yang terakhir kemudian ditutup dengan bab V, yang berisi jawaban dan kesimpulan dari permasalahan yang ditulis oleh penulis dan ditutup dengan saran-saran yang bertujuan untuk kepentingan bersama demi tujuan ke depan Indonesia tercinta.


(19)

BAB II

SEJARAH TERBENTUKNYA BAITUL MUSLIMIN INDONESIA (BAMUSI)

A. Deklarasi Terbentuknya BAMUSI

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan lembaga baru bernama Baitul Muslimin Indonesia, disingkat (BAMUSI). Deklarasi dipimpin langsung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di markas DPP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Kamis, 29 Maret 2007.11

Pada waktu itu, hadir sejumlah tokoh Islam antara lain Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Pascasarjana UIN Jakarta Azyumardi Azra, dan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma’arif.

Acara deklarasi berlangsung sangat islami. Hampir semua kader perempuan yang hadir mengenakan kerudung.12 Megawati datang disambut shalawat Badar13 yang dilantunkan oleh grup nasyid Snada. Sekitar 500 orang juga hadir sesaat mengheningkan cipta.

11

NU Online "PDIP Deklarasikan Baitul Muslimin Indonesia," artikel ini diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8788

12

Kain penutup kepala (muka); cadar, dipakai oleh muslim perempuan. Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. h. 491.

13

Shalawat ini pertama kali didengungkan oleh para sahabat Anshar ketika menyambut kedatangan Nabi Muhammad setelah mendapat kemenangan besar. Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. h. 73.


(20)

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Surat yang dibacakan oleh qari’14 adalah Surat Ali Imron [3] ayat 104-105 yang berisikan perintah kepada umat Islam untuk tidak saling berpecah-belah. Acara dilanjutkan dengan penampilan grup Snada15 membawakan sejumlah lagu-lagu islami.

Disinyalir pendirian BAMUSI itu untuk menampik kesan bahwa PDIP adalah partai merah alias abangan. Sebelumnya, Taufiq Kiemas, suami Megawati, sowan ke kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Taufiq menawarkan beberapa "orang penting" di NU untuk ditempatkan sebagai pengurus BAMUSI.

Dalam deklarasinya, Megawati mengatakan bahwa berdirinya BAMUSI merupakan jawaban atas kekhawatiran yang pada akhir-akhir ini muncul gerakan "garis keras" dan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Baginya kekerasan merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab sehingga seharusnya ditindak secara hukum yang berlaku.

Selanjutnya juga Megawati mengatakan bahwa BAMUSI merupakan ajang atau ormas yang nantinya akan memberikan sumbangsih besar mampu bekerjasama dan bisa bersama-sama membangun komitmen dan silaturrahim yang kuat dengan ormas-ormas Islam yang moderat seperti NU dan Muhammadiyah.16

Bagi Taufiq Kiemas, BAMUSI terbentuk dari persoalan bangsa yang mengerucut kepada perpecahan bangsa Indonesia lebih-lebih ketika persoalan yang lagi hangat muncul ke permukaan tentang RUU Pornografi, sehingga baginya perlu

14

Pembaca al-Qur'an (laki-laki). Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. h. 491.

15

Nama grup musik yang melantunkan nyanyian islami.

16

Antara News, "Megawati Lantik Pengurus Baitul Muslimin." artikel diakses pada 12 Pebruari 2009 dari http://74.125.47.132/search?q=cache:DNscCQLfkzMJ:www.antara.co.id/arc


(21)

tokoh Islam yang ikut berbicara muncul ke permukaan sebagai pemersatu umat untuk tetap berada dalam kesatuan NKRI. BAMUSI merupakan bentukan dari tokoh Islam sendiri yang sama-sama memiliki konsern dengan tetap menjunjung nilai-nilai nasionalisme sebagai dasar dalam berbangsa dan bernegara. Karena jelas bahwa negara Indonesia yang berideologikan Pancasila sudah menjadi pengejawantahan dari negara yang religius dan nasionalis.17

Dengan hadirnya beberapa tokoh dari kelompok ormas Islam Indonesia, diaharapkan BAMUSI bisa memberikan warna baru dalam bingkai kebangsaan yang beragam. BAMUSI yang di dalam kepengurusannya ada sebagian dari warga NU, ke depannya diharapkan bisa memerankan sebagai ormas yang lebih mementingkan kerakyatan dan lebih membangun keseriusan dalam membina umat lebih-lebih umat Islam yang belum terakomodir di dalam ormas-ormas yang sudah ada.

B. Pemaknaan Logo BAMUSI

BAMUSI berlogo kubah masjid warna hijau dengan latar berwarna merah dengan tulisan "Baitul Muslimin Indonesia" melingkari kubah masjid ini. Lembaga sayap Islam PDIP ini memungkinkan untuk menjadikan BAMUSI sebagai ruang dan media membangun Islam di PDIP dan memberikan perubahan terhadap kinerja di

17

Wawancara: Taufik Kiemas, "Tidak Bisa Sendiri Menyelesaikan Persoalan Bangsa," artikel diakses pada 12 Februari 2009 dari http://www.wartasenayan.co.id/index_files/Page1169.


(22)

tubuh PDIP. Dan memiliki semangat perubahan menuju lebih baik dengan kembali ke masjid sebagai central dalam membangun Islam.

Di samping itu juga, lambang BAMUSI dimaknai sebagai terobosan baru untuk melebarkan massa Islam yang secara real mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim.18 Logo BAMUSI juga dimaknai sebagai rumah kebangsaan sekaligus tempat dan media berekspresi bagi kaum Islam dalam membangun kebangsaan yang tetap mengacu kepada pemahaman keagamaan yaitu Islam.

Logo yang ada dalam BAMUSI berangkat dari torehan cat yang dilahirkan oleh tangan Bung Karno, dan itu merupakan sebuah refleksi dari kecintaan dan kedekatannya dengan Islam.19 Seperti dalam banyak tulisannya yang terangkum dalam bukunya, Islam Pancasila NKRI.20 BAMUSI menarik kembali dengan pemaknaan logo-nya bahwa Islam dan kebangsaan sebenarnya dibangun selaras dan bersinergi guna menciptakan suatu pemerintahan yang terus berlangsung dengan menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan keislaman.

Kubah masjid merupakan bangunan kokoh yang selalu berada di atas dan dimaknai akan memberikan kedamaian bagi kaum Islam. Kubah masjid juga merupakan tempat untuk membangun ukhuwah Islamiyah yang kuat di antara kaum Islam itu sendiri. Dan juga menjadi roh pengembangan terhadap semua aktivitas kaum Islam baik itu politik, ekonomi, budaya dan lain-lainnya.

18

NU Online, "PDIP Deklarasikan Baitul Muslimin Indonesia," artikel diakses pada 9 Pebruari dari http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8788

19

Lihat, BAB Lampiran Skripsi ini untuk mengetahui logo Baitul Muslimin Indonesia.

20

Buku ini berisi artikel-artikel keislaman Bung Karno di surat kabar, ceramah-ceramah hari besar, dan amanat kepada parpol dan ormas. Diterbitkan oleh Komunitas Nasional religius Indonesia, 2006.


(23)

Jelas, bahwa logo kubah masjid yang terdapat dalam BAMUSI memiliki makna untuk membangun kekuatan sinergis antara islamisme dan nasionalisme. Karena kedua kekuatan ini memiliki sejarah yang tidak bisa dipisahkan, keduanya memiliki andil dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. BAMUSI dengan logo kubah masjid-nya mempunyai cita-cita besar yaitu menyatukan kelompok Islam dan nasionalis dan bersama-sama membangun kebangsaan yang kokoh.

Kubah masjid yang dipilih BAMUSI untuk menjadi logonya, otomatis menandakan bahwa PDIP sekarang menjadi pengayom bagi kepentingan Islam. PDIP dengan BAMUSI-nya akan mengakomodir kepentingan dan suara Islam.21 Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, sehingga PDIP dengan penuh kesadaran untuk membuka diri menerima Islam sebagai bagian yang penting untuk ikut andil dalam proses kebangsaan ke depan menuju Indonesia yang lebih baik.

C. Asas Jati Diri dan Watak BAMUSI

BAMUSI dalam membangun eksistensinya tidak terlepas dari asas, jati diri dan watak di dalamnya. Dalam sebuah organisasi apapun asas menjadi penting dan jantung yang akan memompa jalannya organisasi itu, begitu juga di dalam organisasi Islam bentukan PDIP ini. Asas BAMUSI yaitu Pancasila 1 Juni 1945.22 Asas Pancasila inilah yang menjadi dasar dan jantung bagi BAMUSI dalam berkiprah di Indonesia yang plural masyarakatnya.

Sedangkan jati diri BAMUSI, yang menjadi ciri utamanya yaitu islami, baru kemudian kebangsaan dan keadilan sosial. Jati diri ini menunjukkan bahwa pertama

21

"Baitul Muslimin PDIP Untuk Rangkul Kaum Muslimin, artikel diakses pada 9 Pebruari 2009 pada http://www.kapanlagi.com/h/0000136420.html

22

Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI), Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012 (Jakarta: BAMUSI. 2007), h. 24.


(24)

kali yang akan dibangun oleh BAMUSI yaitu kedekatan dengan kelompok Islam. Bukan hanya itu, ruh Islam di dalam organisasi ini juga akan menjadi mesin penggerak yang akan mewarnai setiap langkah dalam kebijakan politik, sosial dan keagamaannya.

Selain asas dan jati diri BAMUSI , ada juga watak yang terkandung di dalamnya yaitu, religius, demokratis, nasionalis, terbuka dan kekeluargaan.23 BAMUSI yang merupakan sayap Islam PDIP, memiliki watak yang juga religius alias islami. BAMUSI memiliki karakter yang mengedepankan religiusitas Islam untuk membangun langkah-langkahnya ke depan di tubuh organisasi bentukan bentukan PDIP.

Watak demokratis, nasionalis, terbuka dan kekeluargaan juga menjadi ruh dan penting, mengingat bangsa Indonesia adalah plural. Kelima watak itulah yang akan mengisi setiap langkah BAMUSI ke depan dalam melakukan kerja dan aktivitasnya di tengah-tengah bangsa Indonesia yang plural.

D. Bentuk dan Status BAMUSI

BAMUSI dibentuk sebagai organisasi kemasyarakatan yang berbasis keagamaan dan berwawasan kebangsaan. Basis keagamaan merupakan target baru BAMUSI untuk melakukan aktivitasnya dengan tetap menyerukan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai kebangsaan. BAMUSI dibentuk untuk membangun keagamaan yang kuat dan tetap memiliki rasa kebangsaan, cintai akan tanah air Indonesia.

23

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 24.


(25)

Sedangkan status BAMUSI merupakan organisasi yang seasas, seideologi dan seaspirasi dengan PDIP.24 BAMUSI tetap menjadikan PDIP sebagai rujukan penting dan utama tentang hal-hal yang berkenaan dengan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Paham keislaman dan kebangsaan menjadi barometer dalam menggerakkan organisasi masyarakat Islam ini. Keislaman dan kebangsaan harus menjadi kekuatan yang utuh dalam pembangunan Indonesia di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.

E. Tujuan Fungsi dan Tugas BAMUSI

Di dalam BAMUSI terdapat tujuan umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sesuai dengan yang dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. BAMUSI sendiri lebih menekankan kepada pembangunan masyarakat yang religius, karena masyarakat yang memahami agamanya dengan baik, pasti akan memiliki pemahaman yang lebih tentang nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam agama.

Dalam konteks Indonesia, jiwa pancasilais merupakan modal utama ketika dihadapkan kepada persoalan bangsa di negeri ini. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan membutuh masyarakat yamg memiliki pemahaman tentang Pancasila. Karena di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur agama yang harus diimplementasikan dalam bentuk real di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Adapun tujuan khususnya adalah, mewujudkan masyarakat muslim Indonesia yang berwawasan kebangsaan, memperjuangkan aspirasi masyarakat muslim

24

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 24-25.


(26)

Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan asas, jati diri dan watak PDIP. Dan yang lebih penting yaitu membentuk masyarakat muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian, dan menjunjung tinggi kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial.25

BAMUSI tentunya mempunyai fungsi di dalam membangun masyarakat Indonesia. Karena fungsi sendiri merupakan sarana dalam pembangunan yang diusung oleh BAMUSI. Fungsi itu adalah, bahwa BAMUSI sebagai sarana membentuk dan membangun masyarakat muslim Indonesia yang sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa. Di samping itu ikut andil dalam mendidik dan mencerdaskan masyarakat muslim Indonesia agar bertanggungjawab melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Selain fungsi di atas juga BAMUSI berfungsi untuk menghimpun dan menggerakkan masyarakat muslim Indonesia untuk membangun masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945.

Selain tujuan dan fungsi, BAMUSI juga mempunyai tugas yang harus dilaksanakan yaitu mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAMUSI juga berfungsi dalam melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai pandangan hidup bangsa di kalangan masyarakat muslim Indonesia dan ikut membina masyarakat muslim yang demokratis, menghargai kebhinekaan dan toleransi terhadap sesama. Dan yang terpenting menghimpun dan memperjuangkan aspirasi masyarakat muslim Indonesia melalui kebijakan PDI Perjuangan serta mendukung dan mengamankan perjuangan politik dan kebijakan PDI Perjuangan.26

25

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 25-27.

26

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 27.


(27)

Dari tujuan, fungsi dan tugas BAMUSI di atas bisa dilihat bahwa cita-cita untuk membangun Islam terwakili dan terwadahi dalam bentuk bagunan sebuah organisasi besar ini. BAMUSI ingin melakukan kerja nyata yang nantinya akan dirasakan oleh kelompok Islam yang merupakan kelompok mayoritas di Indonesia. Tujuan, fungsi dan tugas BAMUSI akan menjadi pedoman dari semua aktivitasnya dan akan didengungkan ke seluruh daerah-daerah yang merupakan basis-basisnya, mulai dari pusat, daerah, cabang, sampai ranting.27

BAMUSI akan melakukan sebuah perjuangan yang real, yang akan dirasakan oleh kelompok Islam di nusantara. BAMUSI menjadikan Islam sebagai tujuan untuk membangun karakter bebangsaan yang berdaulat dan bermartabat. BAMUSI dengan semangat Islam-nya akan menjadi kekuatan baru yang akan mewarnai perjalanan Indonesia secara moral dan kebangsaan yang religius dan kokoh. BAMUSI akan melangkah pasti dengan membawa bendera baru dengan menjadikan Islam sebagai ruh perjuangannya.

F. Struktur Keorganisasian BAMUSI

Para pejabat struktural di tubuh BAMUSI merupakan suatu tinjauan yang menarik, karena BAMUSI akan dilihat sebagai organisasi Islam. Bagaimana dengan komposisi dan personalia yang ada dalam BAMUSI. Di dalam SK Penyempurnaan DPP No. 053/TAP/DPP/III/2008 tgl: 18 Maret 2008.28 BAMUSI adalah suara Islam yang berkebangsaan. Karena dilihat dari Dewan Pembina BAMUSI terdapat tokoh kharismatik Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dari NU dan dan juga seorang tokoh bangsa Prof. Dr. Syafi'i Ma'arif dari Muhammadiyah. Kedua tokoh besar ini sebagai 27

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 61-75.

28

BAMUSI,Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Baitul Muslimin Indonesia; Periode 2007-2012, h. 17.


(28)

representasi dari suara Islam. Mengingat kedua tokoh ini adalah tokoh yang berperan di dalam ormas Islam NU dan Muhammadiyah.

Sedangkan yang menjabat sebagai Dewan Penasehat, ada pejabatnya yang sudah mencapai gelar doktoral, di antaranya Dr. Faisal Basri, Prof. Dr. H. Muiz Kabri, Dr. H. Marwah M. Diah. MPA. dan lainya yang sudah mencapai gelar master (S2). Dilihat dari personalia Dewan Penasehat BAMUSI, menandakan bahwa para pejabat di BAMUSI memiliki kapabilitas dan menguasai secara keilmuan pada bidang sosial, politik dan ekonomi seperti salah satunya adalah Dr. Faisal Basri.

Ketua Umum Pengurus Pusat BAMUSI dinahkodai oleh seorang akademisi dan ulama yaitu Prof. Dr. Hamka Haq. Ia juga memiliki pemikiran moderat dan konsern dengan persoalan keislaman. Ia melihat umat Islam sebagai beban yang tidak ringan, dan persoalan ini menjadi tanggungjawab seorang akademisi dan ulama untuk membina dan memperbaiki sesama umat manusia.29 Hamka juga mengatakan bahwa dunia politik tak ubahnya sebagai sebuah laboratorium sosial dan sebagai seni, karena politik itu sendiri mangandung unsur yang berbeda sehingga perlu untuk sebuah perpaduan atas perbedaan dalam bingkai harmoni dan menghilangkan perbedaan.

Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat juga merupakan seorang akademisi yang sudah mencapai gelar doktoral, yang kapabilitas keilmuannya tidak diragukan lagi. Secara umum komposisi di dalam kepengurusan BAMUSI memiliki kepabilitas keilmuan yang mumpuni sehingga eksistensi BAMUSI akan membawa angin segar yang akan dirasakan oleh kelompok Islam secara khusus dan semua masyarakat Indonesia secara umum.

BAMUSI memiliki banyak bidang yang harus dikembangkan yang dinahkodai oleh para ahlinya masing-masing. Ada Moh. Said Abdullah, SH, selaku Ketua Bidang

29


(29)

Dakwah, KH. Hasib Wahab, selaku Ketua Bidang Fatwa, Zuhairi Misrawi, Lc., selaku Ketua Bidang Hubungan Antar Agama, dan yang lainnya.30

Dengan banyaknya bidang dalam kepengurusan di BAMUSI terutama yang terkait dengan pengembangan keagamaan, BAMUSI menjadi sebuah organisasi yang benar-benar memiliki tekad untuk memajukan Indonesia dan umat Islam khususnya di dalam bingkai NKRI yang religius.

G. Hubungan Keorganisasian Baitul Muslimin Indonesia dan PDIP

BAMUSI merupakan sayap Islam dalam tubuh PDIP. Dengan sendirinya BAMUSI merupakan organisasi di bawah naungan PDIP secara struktural. BAMUSI ini dibangun dan dibentuk seasas dan seaspirasi dengan PDIP. Sebagai organisasi seasas dan seaspirasi dengan PDIP, BAMUSI berperan penting dan sebagai alat partai untuk mengadakan pengembangan di bidang keagamaan, khususnya di bidang keislaman.

BAMUSI dibentuk dengan tujuan untuk membangun relasi ideologis yang positif antara nasionalisme dan islamisme yang selama ini belum terbangun secara struktural formal di tubuh PDIP. Di samping itu, kehadirannya juga diharapkan dapat semakin meningkatkan nilai-nilai religiusitas yang bersifat kultural dalam tubuh PDIP.

Di sinilah kemudian BAMUSI menjadi inspirasi tersendiri bagi kelompok Islam yang berada di bawah naungan PDIP dengan tetap berpegang teguh kepada perjuangan semula yang terdapat di tubuh PDIP, yaitu membangun suatu kebangsaan

30


(30)

yang kokoh sesuai dengan cita-cita para founding fathers Indonesia dan sesuai dengan cita-cita Pancasila.

BAMUSI merupakan mesin penggerak di tubuh PDIP, dan BAMUSI diharapkan untuk memberikan sumbangsih yang real bagi masyarakat Islam dengan sama-sama bergerak dan melakukan perubahan sosial masyarakat menuju lebih baik ke depan khususnya umat Islam. BAMUSI dalam melakukan aktivitasnya, baik itu aktivitas politik, aktivitas keagamaan maupun aktivitas kemasyarakatan, BAMUSI tetap menjadikan PDIP dasar untuk membangun semua aktivitasnya. PDIP menjadi rujukan utama bagi BAMUSI, karena PDIP itu sendiri merupakan rumusan awal bagi BAMUSI untuk berkiprah dan berperan dalam kebangsaan dan juga membangun kualitas Islam di Indonesia.31

Bangunan BAMUSI di PDIP merupakan gerakan penyatuan emosional kelompok Islam di tubuh PDIP. Yang selama ini masih belum terakomodir secara profesional di dalam partai. PDIP mencoba mewadahi kelompok Islam dengan sayap partainya, dengan memberikan ruang gerak memajukan Islam di Indonesia. BAMUSI dan PDIP sudah maju selangkah membangun kesamaan dan sinergi dalam proses pengembangan masyarakat yang demokratis, nasionalis, dan religius.

BAMUSI dalam tugas keorganisasiannya menjadi lembaga tersendiri di bawah bendera PDIP dan mandiri, dalam artian mengembangkan organisasi sesuai dengan karakternya yaitu memajukan kebangsaan terutama di bidang keagamaan. Yang sekarang menjadi salah satu agenda besar di PDIP bahwa kemajuan Islam juga kemajuan bangsa Indonesia, sehingga gerak laju organisasi BAMUSI ini menjadi sinergi yang selalu berjalan bersamaan demi tercapainya cita-cita bersama Indonesia

31

Pramono Anung, "PDIP Tak Akan Berbasis Agama," artikel diakses pada 9 Pebruari 2009 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/11/10/brk,20061110-87428,id.html


(31)

tercinta. BAMUSI mempunyai tangan besar yaitu PDIP, yang nantinya juga akan mampu menjadi besar dengan tujuan mulianya sebagai organisasi masyarakat Islam, yang memikul tanggung jawab besar di PDIP, yaitu merekatkan dan menguatkan silaturrahim kelompok Islam Indonesia khususnya di internal partai.

H. Pandangan Tokoh Islam terhadap Baitul Muslimin Indonesia

Berdirinya BAMUSI mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak dan elemen masyarakat, baik itu yang datangnya dari tokoh politik maupun tokoh agama. BAMUSI menjadi perhatian dan menarik untuk dikaji dengan kacamata politik karena momentum berdirinya mendekati Pemilu 2009. Tidak sedikit kalangan yang memberikan pandangan negatif dengan munculnya sayap Islam PDIP (BAMUSI). Ada yang memaknai munculnya BAMUSI hanya sebagai bumper alat pendulang suara kaum Islam dan ada juga yang memaknai positif dengan munculnya BAMUSI di tengah hiruk-pikuk politik di Indonesia menjelang Pemilu 2009. BAMUSI merupakan jalan tengah yang nantinya akan mempertemukan kebuntuan dalam kekuatan islamisme dan nasionalisme. Islamisme dan nasionalisme tidak lagi dilihat sebagai kekuatan parsial akan tetapi menjadi kekuatan integral dalam satu kekuatan di bawah bendera NKRI.

Dalam tulisan ini, penulis menghadirkan sedikit pandangan yang disikapi oleh para tokoh Islam yang terkait langsung dengan berdirinya BAMUSI di PDIP. Di antaranya, Din Syamsuddin sebagai tokoh Islam, intelektual muslim dan juga sebagai ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah. Penulis juga menulis pandangan tokoh NU Hasyim Muzadi yang juga dikenal sebagai tokoh Islam dan menjabat Ketua Umum PBNU, Abu Bakar Baasyir yang merupakan tokoh Islam garis keras dan juga sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki dan yang tidak kalah menarik adalah pandangan


(32)

yang datang dari fungsionaris PDIP sendiri, yaitu Taufiq Kiemas, yang merupakan penggagas berdirinya BAMUSI dan ia juga memiliki latar belakang yang kuat tentang pemahaman Islam.

Dari pandangan tokoh-tokoh Islam di atas, setidaknya pandangan kelompok Islam terwakili secara keseluruhan tentang keberadaan BAMUSI. BAMUSI mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, lebih-lebih di masyarakat Islam yang cinta akan kebangsaan dan keutuhan NKRI yang merupakan mayoritas di Indonesia.

a. Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah)

Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin merupakan salah satu penggagas didirikannya BAMUSI di sayap kanan PDIP. Menurutnya sangat penting membangun jembatan ini, islamisme dan nasionalisme di Indonesia dibangun dan dimulai oleh para founding fathers Indonesia. Pada awal-awal Indonesia dibangun memang mengalami perdebatan yang serius ketika ingin merumuskan dan akan dibawa ke arah mana Indonesia ini. Namun, masih bisa disatukan dalam semangat kebangsaan. Bangunan Indonesia yang sedari awal memang dasarnya terbentuk oleh berbagai kalangan suku, agama, ras dan lain-lain. Menjadi renungan bagi founding fathers untuk membangun Indonesia berdiri di atas dasar kebangsaan bukan lagi mengatasnamakan suku, agama, ras dan golongan tertentu.

Di tubuh PDIP, dalam pandangan Din Syamsuddin merupakan partai yang memiliki basis konstituen yang merakyat, dan dikenal bahwa ruang dan jarak dengan Islam sangat kentara bagai air dan minyak. Islamisme dan nasionalisme menjadi dikhotomis dan tidak bertemu dan singkron dalam memajukan Islam ke depan. Padahal Islam adalah mayoritas sebagai pemilih di PDIP. Kenapa ini terjadi? Ini pertanyaan besar bagi seorang Din Syamsuddin sebagai ketua salah satu ormas Islam


(33)

terbesar yaitu Muhammadiyah. Untuk itu, perlu dibangun jembatan guna mempertemukan kembali antara ruh Islam dan nasionalisme dan ruh nasionalisme dan Islam. Bagi Din Syamsuddin, dengan berdirinya BAMUSI di tubuh PDIP, kaum Islam yang setia dengan PDIP bisa membangun Indonesia secara bersama-sama guna memajukan Indonesia sebagai bangsa yang nasionalis dan religius.

Bagi Din Syamsuddin, BAMUSI juga menjadi langkah strategis untuk membangun citra PDIP selama ini yang melekat sebagai partai yang anti terhadap persoalan agama Islam. Kini dengan BAMUSI setidaknya bisa dan mampu menghilangkan stereotip negatif itu dan melihat bahwa PDIP juga konsern dengan persoalan Islam. Dan baginya, stigma lama juga harus dihilangkan yaitu membangun dikhotomi antara Islamisme dan nasionalisme. Islamisme dan nasionalisme sekarang harus merapatkan barisan menuju islamis yang nasionalis dan nasionalis yang islamis. Baginya, Bung Karno, Megawati dan Taufiq Kiemas adalah warga Muhammadiyah dan perlu untuk menjembataninya dengan rumusan strategis untuk menuju PDIP baru yang juga konsern dengan keagamaan.32

b. Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)

Tokoh Islam yang satu ini, menyambut baik dengan diberdirikannya BAMUSI sebagai sayap Islam di tubuh PDIP. Baginya keberadaan BAMUSI sebagai langkah untuk menghindari formalisme agama dan tetap memakai payung pluralitas, kebhinekaan dan nasionalisme dalam membangun Indonesia ke depan. Karena bagaimanapun diakui bahwa BAMUSI tempat orang Islam yang juga memahami arti

32


(34)

penting dalam membangun Indonesia, sebagai satu kebangsaan yang harus dikedepankan.

Baginya, BAMUSI sebuah angin segar yang dihembuskan oleh PDIP, bahwa PDIP juga memiliki semangat perubahan mengingat bangsa Indonesia ke depan memerlukan peleburan dan menghilangkan dikhotomi yang tajam antara Islam dan PDIP. Islam yang selama ini sangat jauh, dalam artian bahwa PDIP tidak merangkul Islam, kini semangat merangkul Islam lebih mendalam itu muncul dan dengan kesadaran bahwa Islam merupakan satu kesatuan Indonesia yang tidak bisa dipungkiri sebagai warga bangsa yang mayoritas di Indonesia.

Indonesia ada dan terbangun karena adanya semangat Islam dan kebangsaan yang kuat, meskipun pada awal kemerdekaan Indonesia bersitegang dalam menyatukan formulasi negara Indonesia, antara tokoh Islam dan nasionalis. Tapi kemudian keduanya dapat tersenyum dan bersama-sama membangun sinergi antara kaum Islam dan nasionalis. Bagi Hasyim secara pribadi tidak mengatasnamakan NU, hanya dapat memberikan dukungan dan saran kepada PDIP dengan sayap Islamnya untuk mewujudkan nasionalisme dalam politik ekonomi dan budaya yang mendukung kebangsaan dan nasionalisme Indonesia.33

Tidak hanya itu saran dari tokoh Islam ini, banyak harapannya, yaitu agar produk sayap Islam ini (BAMUSI) menjadi lembaga yang nantinya dapat dan bisa menyantuni umat Islam, dan agar BAMUSI tersebut bisa mengembangkan Islam secara kultural teologis dan ritual agar dapat memperbaiki moral keagamaan dan kebangsaan masyarakat. Baginya juga, BAMUSI harus memiliki ruang untuk menyapa budaya dan lintas agama karena langkah-langkah itu lah yang nantinya akan

33

"Bentuk Baitul Muslimin; PDIP Lamar Tokoh NU," artikel diakses pada 6 Februari 2009 dari http://www.gp-ansor.org/berita/bentuk-baitul-muslimin-pdip-lamar-tokoh-nu.html


(35)

memperkuat kebangsaan Indonesia dengan semangat toleransi dan membangun bangsa untuk tetap berada dalam kesatuan NKRI.34

Lebih lanjut Hasyim Muzadi mengatakan, bahwa untuk mengembangkan Islam di Indonesia, khususnya ditujukan pada BAMUSI dalam menjalankan dakwahnya untuk menghindari betul yang namanya formalisme agama, dan payungnya harus mengedepankan pluralitas, kebhinekaan dan nasionalisme itu sendiri.35

c. Abu Bakar Baasyir (Tokoh Islam dan Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki)

Abu Bakar Baasyir lain lagi. Tokoh yang dibebaskan pada masa Presiden Megawati dari tuntutan hukum dalam kasus terorisme yang dulu menghebohkan ini, tidak menyangsikan keislaman Taufiq Kiemas karena secara kultural layaknya orang Sumatera mewarisi nilai-nilai itu. Namun, tokoh kharismatis Pondok Pesantren Ngruki, Solo, itu mengingatkan, merupakan sebuah kekeliruan bila Baitul Muslimin Indonesia yang kelahirannya berkat dorongan Taufiq Kiemas hanya dijadikan kendaraan politik PDI Perjuangan.

36

Baginya, BAMUSI atau Islam tidak dijadikan sebagai kendaraan berpolitik dalam tubuh PDIP. Warna dan semangat Islam benar-benar menjadi ruh, dan semangat untuk membangun kebangsaan terus berkobar dan tidak pernah berhenti. Dan diharapkan juga ke depannya PDIP tidak mendeskriditkan Islam dalam kebijakan-kebijakan politiknya. Dikhawatirkan olehnya Islam hanya sebagai tameng

34

"Bentuk Baitul Muslimin; PDIP Lamar Tokoh NU."

35

M. Rizal Maslan,"Baitul Muslimin Tutupi Kekurangan PDIP Soal Islam Abangan," artikel diakses pada 19 Februari 2009 dari http://movie.detikhot.com/read/2006/12/27/182057

36

Afnan Malay,"Taufiq Kiemas di Mata Tokoh Islam," artikel diakses pada 12 Februari 2009 dari http://pdi-perjuangan.or.id/content/view/733/102/


(36)

atau lip-stick belaka untuk kemudian hanya sekedar meraup simpati Islam dengan tujuan-tujuan politis. Ini yang sungguh-sungguh dikhawatirkan oleh tokoh Islam yang satu ini. Ia juga mengatakan bahwa dengan adanya BAMUSI PDIP menjadi wadah dan media yang akan mengantarkan kelompok Islam ke situasi yang lebih baik dan harus benar-benar manyuarakan suara Islam yang sudah memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia ini.

d. Taufiq Kiemas (Ketua DPP PDI Perjuangan)

Tokoh yang satu ini sebagai ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP, mengatakan tidak main-main dengan terbentuknya BAMUSI sebagai sayap kanan PDIP. Organisasi ini merupakan bukti bahwa Islam dan Nasionalis harus dibangun, dan ini bukan hanya sekedar wacana saja yang mengelinding di PDIP. BAMUSI akan bekerja keras demi pembangunan Indonesia dengan mensinergikan kelompok Islam dan Nasionalis. Dalam artian bahwa kelompok Islam dan Nasionalis harus disatukan dalam bingkai kebangsaan demi pembangunan Indonesia ke depan.

Baginya, BAMUSI nantinya diharapkan bisa berikhtiar menghimpun semua kelompok Islam yang sejauh ini direpresentasikan melalui personel pengurusnya. Kalaupun tidak semua organisasi Islam tertampung, tidak atau belum mau bergabung. aktivitasnya ditujukan menjadi perekat. Agar Islam tidak mudah dijebak perspekstif yang sempit dan melupakan bahwa mereka berada dalam rumah besar yang sama yaitu Indonesia. Dalam konteks itulah posisi Taufiq Kiemas layak ditempatkan. Dalam peta Islam-Nasionalis ia menjadi semacam mata rantai atau penghubung.37

Bagi Taufiq Kiemas, BAMUSI merupakan terobosan baru guna melekatkan tokoh-tokoh politik yang ada di PDIP dengan Islam. PDIP tidak akan berdiri dan

37


(37)

berjalan sediri untuk memajukan Indonesia ke depan menuju lebih baik secara kebangsaan, melainkan membutuhkan mitra dan teman untuk perumusan sebuah langkah strategis demi tercapainya cita-cita founding-fathers.

Indonesia tidak akan menjadi besar kalau masih terkotak-kotak dalam bangunan tertentu dan tidak disatukan dalam bingkai kebangsaan yang kuat. Di sinilah, di dalam BAMUSI Indonesia satu mulai dibangun demi mencapai Indonesia yang kokoh dengan semangat Islamnya. Bahwa dalam ajaran Islam juga terdapat ajaran cinta akan tanah air. Tanah air harus diperjuangkan walau harus ditebus dengan nyawa. Dalam Islam memperjuangkan tanah air ditempatkan di tempat yang mulia karena itu sebagai bagian dari iman.

Taufiq Kiemas menambahkan, bahwa keberadaan BAMUSI lebih

diperuntukkan kepada kebutuhan masyarakat. Selain itu juga BAMUSI dibentuk untuk memperbaiki citra PDIP selama ini. Yang hingga 2006 PDIP dinilai sebagai partai preman, partai non-Islam, dan juga partai yang berisikan kaum komunis.38 Diharapkan dengan BAMUSI PDIP menjadi partai yang dekat dan selalu melakukan kemitraan yang kuat dengan Islam demi Indonesia satu yaitu satu kebangsaan yang kokoh.

Sungguh sebuah pemikiran yang cerdas yang dilakukan oleh seorang Taufiq Kiemas, yang mampu membaca kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak terealisasi di internal PDIP. Meskipun sudah lama di internal PDIP ada organisasi kepemudaan dan juga pengajian, tetapi BAMUSI ini menjadi sesuatu yang lebih formal dan terorganisir secara rapi dan juga tertuang dalam sebuah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BAMUSI.

38

Sinarharapan,"PDIP Luncurkan Rumah Perempuan," artikel diakses pada 19 Februari 2009 dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0808/26/pol03.html


(38)

Taufiq Kiemas berpandangan bahwa dengan adanya BAMUSI, hubungan kelompok Islam dan nasionalis akan menjadi cair dan bisa melakukan kerjasama dalam pembangunan di segala bidang, baik itu politik, ekonomi maupun budaya. Kedua kelompok besar ini tentunya bisa bersatu, jikalau mempunyai suara yang sama yaitu satu kebangsaan Indonesia, kokoh dalam kesatuan NKRI.

Tentunya, mempertemukan kelompok Islam dan nasionalis ini adalah tujuan kita bersama sebagai anak bangsa, karena keduanya merupakan tiang kokoh yang harus dijaga demi mneyelamatkan Indonesia dari rongrongan luar yang tidak senang dengan kuatnya persatuan Indonesia, dan ingin membelah NKRI.


(39)

BAB III

AKTIVITAS BAITUL MUSLIMIN INDONESIA DALAM KANCAH POLITIK INDONESIA

A. Visi dan Misi BAMUSI

Ide membentuk sayap Islam di PDI Perjuangan diprakarsai oleh Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai ini, Taufiq Kiemas. Secara formal, gagasan ini diumumkan pada hari kedua Ramadhan 1427 H., usai acara buka puasa bersama di kediaman Megawati, Kebagusan, Jakarta Selatan. Pada acara tersebut, Dr. Din Syamsuddin tampil memberikan tausyiah. Hadir dalam acara itu antara lain Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung, Prof. Dr. Hamka Haq, Adang Ruchiyatna, Daryatmo Mardianto dan sejumlah tokoh PDI perjuangan lainnya.

Setelah gagasan ini digulirkan, PDI Perjuangan kemudian membentuk tim formatur yang bertugas untuk menuntaskan berdirinya BAMUSI. Tim formatur terdiri atas tujuh orang, diketuai oleh Prof. Dr. Hamka Haq. Sementara para anggotanya adalah Arif Budimanta Sebayang, Irmadi Lubis, Said Abdullah, Zainun Ahmadi, Ahmad Baskara dan Nova Andika. Selanjutnya tim formatur dipandu oleh Taufiq Kiemas serta seorang tokoh non-Islam Sabam Sirait SH, melakukan konsultasi dan pendekatan kepada berbagai organisasi dan tokoh Islam dalam rangka mematangkan pembentukan BAMUSI. Konsultasi dilakukan oleh tim formatur dengan menghadap langsung para ketua umum organisasi Islam, di antaranya KH. Hasyim Muzadi (PBNU), Asri Harahap (KAHMI). Anjangsana serupa juga dilakukan kepada tokoh-tokoh Islam ternama, di antaranya KH. Said Aqil Siradj, Dr. Syafi'i Ma'arif dan Ir. Akbar Tanjung.


(40)

Pada akhirnya, organisasi ini dideklarasikan pada 29 Maret 2007, dengan nama Baitul Muslimin Indonesia. Nama "Baitul Muslimin Indonesia" yang kini dipakai oleh organisasi ini hingga sekarang awalnya diusulkan kepada Taufik Kiemas setelah didiskusikan oleh H. Cholid Ghozali dengan H. Erwin Moeslimin Singajuru melalui konsultasi kepada Dr. Din Syamsudin (Ketua Umum PP Muhammadiyah). Lambang organisasi ini menggambarkan silhouette dua kubah masjid di mana Bung Karno menjadi arsiteknya pada 1938 di Bengkulu. Lambang ini mengabadikan "rasa cinta Bung Karno terhadap Islam". Sekaligus mencerminkan nuansa Islam pada organisasi ini.

Dengan demikian, sebenarnya BAMUSI dibentuk dengan dua tujuan strategis, internal dan eksternal. Secara internal, harus digarisbawahi dulu bahwa BAMUSI adalah organisasi sayap PDI Perjuangan. Karena itu, tujuan organisasi ini harus melekat secara inheren sekaligus sejalan dengan tujuan PDI Perjuangan. Sebagai konsekuensi logisnya, ciri utama organisasi ini harus bertumpu kepada penghayatan terhadap wawasan kebangsaan, sense of nasionalism yang tinggi, berasas Pancasila, penghargaan terhadap pluralisme dan cinta kepada tanah air, yang ujungnya bermuara kepada utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam konteks ini, menjadi kewajiban BAMUSI untuk dapat memaknai asas-asas yang tersebut di atas, sesuai dengan cara pandang yang religius dan islami. Sejalan dengan kewajiban ini, BAMUSI dituntut untuk meningkatkan kualitas keislaman bagi semua pemeluk Islam di dalam tubuh PDI Perjuangan sehingga pada gilirannya partai ini harus dapat dicitrakan sebagai partai kebangsaan yang religius.

Sedangkan tujuan eksternalnya, BAMUSI harus sejalan dengan tujuan PDI Perjuangan. Dalam konteks outward looking, semua tujuan utama BAMUSI sebagai sayap Islam PDI Perjuangan harus tercermin pada pelaksanaan tugas, kewajiban,


(41)

gerakan-gerakan dan kiat-kiat yang semuanya bernuansa islami seiring dengan asas perjuangan PDI Perjuangan. Sebagai contoh, manakala PDI Perjuangan memandang bahwa memenangkan pemilu dan pilpres 2009 merupakan tujuan strategisnya, maka BAMUSI harus "all out" dalam mendukung kemenangan PDI Perjuangan itu. Dalam tingkat yang paling praktis, dengan tujuan eksternalnya ini Baitul Muslimin Indonesia harus dapat merangkul semua eksponen Islam yang selama ini berada di luar PDI Perjuangan untuk bersama-sama memberikan andil bagi kemenangan PDI Perjuangan.

Mengapa membangun nasionalisme menjadi penting dilakukan oleh umat Islam di Indonesia? Di kalangan umat Islam dikenal qaul ulama bahwa "cinta tanah air adalah bagian dari iman (hubbul wathan minal iman)". Berangkat dari motto ini, sejarah membuktikan bahwa di banyak negara berpenduduk Islam, jiwa patriotisme setiap insan Muslim berkobar membela negeri mereka dan pada gilirannya memberikan makna positif bagi tumbuhnya semangat kebangsaan. Dari sinilah kemudian terpancar wawasan kebangsaan yang dicita-citakan oleh kaum muslimin, tepatnya wawasan kebangsaan yang dipagari oleh kaidah-kaidah religius.

Sejarah mencatat bahwa membendung sense of nationalism adalah pekerjaan yang tidak mudah dan kadang berujung pada kebanggaan diri berlebihan. Contoh aktualnya dapat dilihat dari kisah runtuhnya Federasi Uni Soviet. Negeri ini terpecah menjadi 15 negara berbasis bangsa, masing-masing tiga negara berbasis bangsa Slav (Rusia, Ukrania dan Bela Rus/Rusia Putih), tiga negara Baltic (Latvia, Lithunia dan Estonia) enam negara berbasis bangsa Islam (Azerbayan, Uzbekistan, Kazkhstan, Turkmenistan, Kyrghistan dan Tajikistan), satu negara berbasis bangsa Rumania (Moldavia) dan dua sisinya berbasis bangsa kuno (Armenia dan Georgia).


(42)

Contoh kontemporer lain adalah pecahnya negara federal Yugoslavia menjadi enam negara berbasis bangsa (Serbia, Kroasia, Bosnia, Montenegro, Macedonia, dan Slovenia). Saat ini, negara Serbia sendiri masih diamuk ketegangan yang panas dengan akan lepasnya Kosovo (berbasis mayoritas bangsa Albania). Sedangkan provinsi lain di belahan barat laut Serbia (berbatasan dengan Hongaria) masih ada Wojvodina yang sebagian penduduknya adalah etnis Magyar/Hongaria. Kalau negeri ini tidak dikelola secara hati-hati, emosi kebangsaan di provinsi ini juga akan meledak seperti yang terjadi di provinsi Kosovo. Pengalaman serupa juga pada negara bekas Cekoslovakia, yang sekarang terbelah menjadi dua negara berbasis bangsa, yakni negara Ceko dan negara Slovakia.

Jika kasus-kasus di atas adalah contoh negara-negara yang pecah karena berbasis bangsa, di belahan dunia lain juga ada fenomena lain bahwa bangsa-bangsa yang semula bercerai-berai kemudian bersatu kembali. Bersatunya kembali Jerman Barat dengan Jerman Timur, misalnya, atau Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan adalah contoh menarik dari fenomena itu.

Dari berbagai contoh di atas, umat Islam sebagai mayoritas penduduk serta komponen penting di Indonesia harus dapat menangkap dan memberikan makna esensial terhadap semangat wawasan kebangsaan yang pada gilirannya akan bermuara pada tumbuhnya semangat nasionalisme yang tangguh. Karena itu, dalam lingkup PDI Perjuangan, sudah pada tempatnya bila Baitul Muslimin Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memaknai semangat tersebut. Singkat kata, Baitul Muslimin Indonesia harus dapat memberikan makna yang bernuansa religius kepada asas-asas perjuangan bagi tumbuhnya nasionalisme di tanah air yang diusung oleh PDI Perjuangan. Di sisi lain, para aktivis dan fungsionaris Baitul Muslimin Indonesia juga tidak menghindar dari konstelasi para pendukung PDI Perjuangan yang


(43)

pluralistik. Di sinilah kemudian fenomena kebhinekaan yang ada dalam bangsa dan di atas bumi Indonesia harus dilihat sebagai suatu keniscayaan, bahkan sebuah mozaik kebhinekaan yang indah.

Dalam mozaik yang indah itu, peran umat Islam yang merupakan mayoritas di dalam konfigurasi kebangsaan di Indonesia harus terlihat jelas, dengan menceburkan diri ke dalam kancah kebhinekaan dan memberikan warna religius kepada konfigurasi tersebut. Dalam konteks ini, muncul esensi lain dari berdirinya BAMUSI, yakni hendaknya organisasi ini memberikan makna positif bagi heterogenitas dalam kebhinekaan yang ada dengan cara berkiprah dinamis dalam lingkungan pluralistik dan heterogen itu. Karenanya, kaum muslimin hendaknya tidak sampai larut menjadi objek proses pewarnaan, tapi justeru menjadi aktor aktif dan dinamis dalam memberikan warna religius kepada konfigurasi kebangsaan yang penuh warna-warni.

Kini bagaimana seharusnya BAMUSI memandang Indonesia, yang diyakini sebagai sebuah entitas bangsa yang satu dan tidak terpisah-pisahkan? Dari sejarah dan pengalaman masa lalu, kita perlu menyimak pentingya tonggak-tonggak sejarah perjuangan di dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu tonggak sejarah yang sangat penting adalah berikrarnya pemuda-pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, saat digulirkannya sumpah pemuda-pemuda. Peristiwa ini kemudian disusul dengan tonggak sejarah penting lainnya, yakni Proklamasi Kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus 1945. dari semua peristiwa itu, kita meyakini bawa bangsa Indonesia adalah sebuah entitas yang utuh. Dalam konteks inilah, BAMUSI seharusnya memandang bahwa bangsa Indonesia secara keseluruhan memiliki sebuah negara kesatuan yang tidak dapat dicerai-beraikan oleh siapapun. Dengan cara pandang ini, BAMUSI sebagai bagian dari PDI Perjuangan bertekad akan selalu all-out dan bekerja tanpa reserve untuk menegakkan dan menjayakan


(44)

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetap dan terus-menerus menghargai pluralisme dan berada pada koridor yang religius dan islami.39 PDIP akan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan mengetengahkan wacana yang mengedepankan kepentingan bangsa Indonesia. Karena Indonesia merupakan bangsa yang plural dan membutuhkan pemikiran yang serius agar tetap bisa menjaga keutuhan NKRI.

B. Aktivitas Keagamaan BAMUSI

BAMUSI dalam aktivitas keagamaan, menjadikan dakwah sebagai salah satu aktivitasnya yang harus dibangun dan didengungkan. Karena ini adalah sebuah lembaga sayap Islam dalam tubuh PDIP. Maka dakwah islamiyah menjadi sebuah keharusan. Sehingga apa yang menjadi tujuan umum dari terbentuknya BAMUSI ini, yaitu membangun masyarakat Indonesia yang religius dan Pancasilais terlaksana secara baik.

Dalam wawancaranya dengan ketua umum Pengurus Pusat BAMUSI, Prof. Dr. Hamka Haq, ia mengatakan bahwa ada dua strategi dakwahnya yaitu menjadikan pesantren-pesantren kecil di pedesaan untuk menjadi basis dakwah dan basis ekonomi. Dakwah BAMUSI ke masyarakat tidak hanya melalui dakwah lisan, tabliq40 atau pidato, BAMUSI akan juga mengembangkan dakwah bilhal atau dakwah konkrit untuk perbaikan dan kesejahteraan rakyat.41

39

Hidayat, Helmi. ed. Bunga Rampai Pemikiran Islam Kebangsaan (Jakarta: Baitul Muslimin Press, 2008), h. 1-8.

40

Penyiaran ajaran agama Islam. Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. h. 987.

41


(45)

Sesuai dengan visi dan misi diberdirikannya, bahwa BAMUSI bertujuan akan membangun wawasan kebangsaan di kalangan masyarakat Islam Indonesia melalui pendekatan keagamaan yang bersifat kultural. Sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. BAMUSI dibentuk dan diamanatkan oleh PDIP sebagai lembaga dakwah islamiyah yang dalam aktivitasnya selalu melakukan pendekatan dan turun ke masyarakat guna mendakwahkan Islam dan ajarannya yang lurus.42

PDIP dengan BAMUSI-nya melakukan langkah-langkah besar demi membangun masyarakat nasionalis-religius yang tentunya sesuai dengan harapan Bapak Proklamator Indonesia Bung Karno. Di mana Bung Karno semasa melakukan perjuangannya sangat dekat dengan Islam. Bukti nyatanya adalah tulisan-tulisan Bung Karno yang dekat dengan Islam, dia mengatakan bahwa "Islam adalah agama kehidupan dan perjuangan". Bagi Bung Karno, perjuangan yang dimaksud ketika itu adalah melawan dan menggempur imperialisme dan kolonialisme. Dan ini merupakan perintah Islam dan perintah Nabi Muhammad SAW. yaitu melawan dan memerangi segala kezaliman di dunia ini.43

Bagi Pramono Anung, BAMUSI dalam aktivitasnya ke depan akan mengadakan aktivitas keagamaan dan memberikan perhatian yang lebih kepada pendidikan keagamaan. Pada awalnya, memang ada di internal PDIP, sudah ada yang namanya Majelis Muslimin Indonesia,44 tetapi ini tidak terorganisir secara baik. Dengan BAMUSI sebagai sayap PDIP nantinya akan memberikan kemudahan dalam hal penanganan, seperti yang dikatakan bahwa nantinya akan mendirikan posko haji

42

"Ikut Kembangkan Keagamaan, PDIP Bentuk Baitul Muslimin," artikel diakses pada 19 Februari 2009 dari http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=137248

43

Rahardjo, Imam Toto K. & Sudarso, Suko. Bung Karno Islam Pancasila NKRI. Jakarta: Komunitas Nasionalis Religius Indonesia. 2006. h. 340

44

Organisasi ini dijadikan sebagai wadah ibu-ibu muslimah yang ada di PDIP untuk mengadakan pengajian tentang keislaman.


(46)

atau komisariat haji di Saudi Arabia sebagai bentuk kepedulian guna memberikan pelayanan yang baik bagi warga Indonesia yang melakukan ibadah haji dengan memberikan kemudahan dalam memberikan informasi seputar pelaksanaan ibadah haji dan juga memberikan pengobatan bagi yang melaksanakan ibadah haji.45

Sungguh merupakan langkah yang patut diapresiasi oleh segenap kaum Islam di tanah air, karena tekad membangun umat Islam ke depan sudah menjadi tujuan bagi oraganisasi sayap Islam di tubuh PDIP. Terobosan ini merupakan strategi besar yang dilakukan oleh PDIP bahwa umat Islam seharusnya dirangkul, diperhatikan, dan diperjuangkan hak-haknya, karena tidak bisa dipungkiri keterlibatan Islam dalam mengantarkan bangsa, menuju kemerdekaan Indonesia mempunyai andil besar sehingga kemerdekaan Indonesia dapat diraih.

BAMUSI tetap melakukan cita-citanya yang besar, seperti yang dikatakan Bung Karno, bahwa Islam mempunyai cita-cita. Islam mempunyai macam-macam cita-cita. Yaitu cita-cita mengenai ketatanegaraan dan kehidupan rohani.46 Apa yang menjadi cita-cita rohani menjadi dasar bagi BAMUSI untuk melakukan aktivitas rohani dan keagamaan yang real untuk masyarakat. Langkah ini seharusnya mendapat dukungan yang besar dari semua elite PDIP dan Juga dari semua pengurus BAMUSI secara keseluruhan.

Islam memiliki semangat perubahan yang harus ditanamkan pada jiwa setiap generasi muslim. Cita-cita Indonesia sesuai denga cita-cita Islam, yaitu membangun kehidupan masyarakat yang cinta tanah air dan religius. Samangat religius inilah yang menjadi dasar dalam langkah BAMUSI ke depan.

45

Pramono Anung, "PDIP Tak Akan Berbasis Agama," artikel diakses pada 9 Februari 2009 http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/11/10/brk,20061110-87428,id.html

46

Suara Bung Karno, "Negara Nasional dan Cita-cita Islam," Majalah Bulanan Baitul Muslimin, (Keberagamaan, Kebangsaan & Kebhinekaan, No. 06 Januari 2009. h.31.


(47)

C. Aktivitas Kemasyarakatan BAMUSI

BAMUSI merupakan sebuah lembaga yang nantinya akan melakukan langkah-langkah kongkrit untuk membangun masyarakat dengan melakukan kegiatan sosial yang melibatkan sebanyak mungkin umat Islam tanpa kecuali. Yang menjadi sasaran BAMUSI adalah umat Islam yang ada di pedesaan dan lemah secara ekonomi. Bahwa intinya, semua umat Islam yang selama ini tidak digarap oleh ormas atau partai yang sudah ada akan di-take-cover. Ke depannya, BAMUSI akan bekerjasama dengan komunitas "Tumbuh Bersama", badan pelatihan ekonomi rakyat. Fokus garapannya adalah masyarakat pedesaan yang memiliki potensi ekonomi, tapi belum tergarap secara intensif sehingga kondisi perekonomian mereka bisa berubah lebih baik.47

Komitmen pada kebangsaan pada hakikatnya adalah komitmen terhadap orang-orang miskin. Sebab, salah satu masalah besar yang sudah lama mengganjal kemajuan Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan adalah persoalan pelik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Problem kemiskinan dapat mengancam nilai-nilai kebangsaan kita, jika tidak diselesaikan dengan baik oleh pemerintah. Bahkan, masalah kemiskinan dapat memicu munculnya disintegrasi bangsa jika sengaja dipelihara.

Persoalan kemiskinan kembali menjadi sorotan saat ini karena hampir semua calon angota legislatif di semua tingkatan, DPD, calon presiden dan partai-partai politik membicarakannya. Memerangi kemiskinan sejatinya merupakan wujud cinta dan komitmen pada nilai-nilai kebangsaan, sekaligus menjadi tuntunan agama, yang secara teologis berkaitan dengan tingkat keimanan, dan kemiskinan juga menjadi

47


(48)

ancaman yang menyebabkan terjadinya prilaku kafir.48 Sungguh naif apabila masyarakat muslim di Indonesia yang sudah terbangun kokoh keimanannya tentang Islam, kemudian goyah dan hancur akibat dari sulitnya ekonomi di Indonesia. Fenomena inilah yang kemudian ditakutkan oleh MH. Said Abdullah yang termaktub sebagai salah satu Pengurus Pusat BAMUSI. Bagi Said juga ini merupakan persoalan serius dan tantangan di depan mata. Mulut-mulut yang lapar karena menganggur dan miskin membuthkan makanan untuk hidup sehari-hari.49 Ini harus dicarikan solusinya agar masyarakat tidak larut dalam kubangan kemiskinan.

Komitmen ini pada hakikatnya merupakan sebuah bagian terpenting dari komitmen kita terhadap Pancasila dan UUD 1945. Jika keadilan sosial merupakan sila yang terakhir dalam Pancasila, maka pesan yang tersirat di dalamnya, bahwa keadilan sosial dan keluar dari perangkap kemiskinan merupakan muara dari seluruh kebijakan politik. Jika negara mengamanatkan perlindungan bagi kalangan fakir miskin, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, maka tugas kenegaraan yang paling luhur yaitu memastikan negara telah melindungi dan memberdayakan orang-orang miskin.

Hanya saja, patut disayangkan karena komitmen terhadap orang-orang miskin hanya menjadi slogan politik daripada kerja politik. Manakala genderang pemilu ditabuh, maka komitmen untuk kaum miskin seolah-olah menjadi program utama, tetapi jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya pemilu, komitmen tersebut terlihat sunyi-senyap, tidak ada gemanya. Inilah kemudian yang dikuatirkan, dengan ramainya para calon politisi maupun politisi dan partai-partai politik menyuarakan kemiskinan menjelang pemilu 2009.

48

MH. Said Abdullah, "Salam; Komitmen untuk Orang Miskin"Majalah Bulanan Baitul Muslimin, (Keberagamaan, Kebangsaan & Kebhinekaan, No. 07 Februari 2009. h.3.

49


(49)

Maka dari itu, komitmen terhadap orang-orang miskin selama ini hanya menjadi kampanye dan bukan program kerja. Di sinilah awal masalah dari komitmen kita terhadap orang-orang miskin. Rasanya tidak ada ketulusan dan kesungguhan untuk menjadikan upaya pengentasan kemiskinan sebagai cita-cita bersama menuju keadilan dan kesejahteraan sosial.

Pada satu sisi, harus diakui ada semacam pengabaian terhadap visi dan cita-cita utama dalam berbangsa dan bernegara, dan di sisi lain ada semacam pembiaran yang bersifat sistematis untuk menjadikan kemiskinan sebagai titah Tuhan. Dalam hal ini, perlu perubahan yang bersifat radikal. Artinya, perlu komitmen yang memberikan pencerahan, bahwa kemiskinan adalah musuh bersama. Pengentasan kemiskinan harus menjadi agenda utama, karena dari masalah akut ini muncul masalah-masalah lain, seperti kekerasan dan hilangnya solidaritas sosial.50

PDIP dengan BAMUSI-nya akan melakukan langkah-langkah konkret dengan berbagai program yang pro-kerakyatan. Segala aktivitas yang berbasis kerakyatan menjadi program utama karena mengingat Indonesia adalah negara kaya raya jika masyarakatnya diarahkan dengan baik dan diberikan penyuluhan tentang kemandirian secara berkala, maka bangsa Indonesia tidak akan mengalami lagi yang namanya kelaparan bahkan busung lapar yang terjadi di mana-mana. Ini karena pemerintah yang salah urus tidak memperhatikan orang-orang miskin yang memang tugas pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.

BAMUSI juga melakukan langkah kongkrit untuk masyarakat, dengan melakukan kerjasama dengan rumah sakit (puskesmas) di daerah tertentu dengan meyediakan mobil ambulance berlogo Baitul Muslimin Indonesia dan gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Ini salah satu agenda di dalam BAMUSI yang

50


(50)

langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.51 Kerja nyata untuk masyarakat merupakan langkah besar untuk menolong warga Indonesia di saat kondisi ekonomi tidak stabil. Setidaknya aktivitas BAMUSI yang bersifat kerakyatan mendapat sambutan baik bagi semua kelangan masyarakat. Akitivitas pro-kerakyatan menjadi prioritas utama dalam menjalankan aktivitasnya ke depan di dalam kinerja organisasi sayap kanan PDIP ini.

Jelas, bahwa BAMUSI melakukan kinerja dan peran sosial kemasyarakatan lebih intens, karena sejak awal berdirnya BAMUSI bergerak melakukan sosialisasi ke daerah-daerah yang merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Ini semua kerena berangkat dari keinginan untuk melakukan silaturrahim dan membangun tali yang erat dengan ormas-ormas Islam yang sudah ada dan sudah lebih berpengalaman dan profesional.52 Dengan tujuan bahwa kerja BAMUSI yang mengarah kepada kerakyatan akan terbangun lebih cepat jika NU dan Muhammadiyah selalu menjadi mitra dalam pembangunan Indonesia.

D. Aktivitas Politik BAMUSI

BAMUSI secara struktural memang mempunyai garis organisatoris dengan PDIP, oleh karenanya, BAMUSI sudah menjadi keharusan untuk memenangkan PDIP dalam laga Pemilu 2009. Meskipun dikatakan oleh ketua BAMUSI sendiri bahwa pendirian BAMUSI merupakan langkah murni untuk dakwah islamiyah di dalam tubuh PDIP. Mengingat para elite yang beragama Islam dalam partai yang mengusung

51

Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidang Hub. Antar Agama PP Baitul Muslimin Indonesia, Zuhairi Misrawi, Jakarta, 25 Februari 2009.

52

ANTARA News,"PBNU Dukung Dakwah Baitul Muslimin Indonesia", artikel diakses pada 19 Pebruari 2009 dari http://www.antara.co.id/arc/2007/10/4/pbnu-dukung-dakwah-baitul-muslimin-indonesia/


(51)

partai sebagai rumah kebangsaan ini sangat minim pengetahuan keagamaannya (Islam). Di sinilah kemudian dengan berangkat dari kesadaran yang tulus untuk mempelajari keislaman, dengan didirikannya BAMUSI dengan sendirinya kualitas keagamaannya menjadi meningkat dan menghilangkan stigmatisasi buruk terhadap PDIP sebagai Islam abangan.

Dalam kiprahnya, BAMUSI menjadi lembaga yang secara emosional mempunyai tanggungjawab untuk ikut andil dalam dinamika politik di Indonesia, mengingat bahwa BAMUSI secara disadari berada di bawah organisasi besar yaitu di bawah PDIP. Kenyataannya, ini dialami oleh penulis, ketika penulis menemui salah satu pengurus di BAMUSI, penulis mengalami kesulitan untuk melakukan penelitian dan dialog langsung, karena sebagian pengurusnya melakukan kampanye politik di daerah-daerah dalam Pemilu calon legislatif 2009.

Ini jelas bahwa bagaimanapun aktivitas di BAMUSI juga berperan dalam politik. Karena BAMUSI yang bentukan PDIP, menjadi tidak etis ketika membiarkan para calon legislatif yang diusung oleh PDIP dan tidak memberikan dukungan serta dorongan emosional. Sama dengan Pemilu Pilpres mendatang pada 8 Juli 2009. Di mana PDIP mengusung Megawati untuk capresnya. Dan dengan sendirinya sebagai organisasi di bawah PDIP seharusnya melakukan kerja nyata untuk ikut mendukung dalam mensukseskan dan mengantarkan pencalonan presiden Megawati yang diusungnya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Pemilu Pilpres 2009.53

BAMUSI dalam kampanye politiknya, ikut mensosialisasikan nomor urut PDIP ke daerah-daerah dalam menghadapi Pemilu 2009, yaitu nomor urut 28. BAMUSI ikut mengenalkan dan mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa PDIP mempunyai tanggung yang besar dalam membangun masyarakat Indonesia terutama

53


(1)

Wakil Sekjen III : Dr. H Idam Wakil Sekjen IV : Rahmani Yahya Wakil Sekjen V : Fajar Kurniawan Wakil Sekjen VI : Fajar Kurniawan Wakil Sekjen VII : Ricky Kurniawan, Lc Wakil Sekjen VIII : Khusairi

Bendahara Umum : Ir. Isma Yatun

Wakil Bendahara Umum I : Ir. Budyarto Linggowiyono Wakil Bendahara Umum II : Drs. Djoko Wibowo, Ak Wakil Bendahara Umum III : A. Nairul Falah Amru, S.E Wakil Bendahara Umum IV : H. Moh. Nakum, AR, SIP Wakil Bendahara Umum V : Ediwarman Gucci, S.H Wakil Bendahara Umum VI : Mortaza, M.Pd

Koordinator/Perwakilan Luar Negeri

Asia : Akuat Supriyanto


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)