Karena itu, sebelum gerakan fundamentalisme menjadi sesuatu yang berdampak negatif pada bangsa ini, alangkah indahnya bila semua warga negara
menjadikan nasionalisme sebagai pilihan ideologis dalam konteks berbangsa dan bernegara. Adapun agama menjadi kekuatan nilai yang justru mendorong demokrasi
dan spirit kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
76
G. Islam dan Terorisme
Pada edisi perdana Majalah Bulanan Baitul Muslimin Indonesia mengetengahkan wacana Teologi Anti Kekerasan, yang ditulis oleh Siti Musdah
Mulia.
77
Pembicaraan seputar terorisme kembali menghangat, dan tentu saja dengan pola yang baru. Pembicaraan tersebut kembali menemukan signifikansinya sebagai
salah satu bentuk kehati-hatian dan upaya menemukan cara yang paling efektif untuk menghadapi dan menumpasnya. Terorisme dianggap sebagai ancaman bagi
kepentingan ekonomi dan tatanan sistem politik dunia. Pembicaraan tersebut tidak akan pernah berhenti. Berbagai kalangan,
pemerintahan, dan bangsa tidak boleh mengklaim dirinya telah berhasil mengidentifikasi dan menumpas terorisme, sehingga kemudian membuai masyarakat
dengan rasa aman selama beberapa saat, sehingga tiba saatnya terorisme muncul kembali.
Di saat gelombang terorisme meresahkan semua masyarakat Indoneisa dan masyarakat dunia. BAMUSI memberikan pandangan bagaimana Islam memandang
suatu kekerasan atau terorisme. Pembahasan Bahtsul Masail di dalam Majalah Baitul
76
Topik UtamaNasionalisme vs Fundamentalisme, h. 9.
77
Siti Musdah Mulia, Teologi Anti Kekerasan,Majalah Bulanan Baitul Muslimin, Keberagamaan, Kebangsaan Kebhhinekaan,
No. 01 Juli 2008: h. 22.
Muslimin Indonesia, mengangkat Pandangan Islam tentang Kekerasan,
78
karena kekerasa ini banyak dijakan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah. Dalam
pembahasan itu dikatakan bahwa Islam pada hakikatnya adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan menekankan prinsip anti-kekerasan. Secara kebahasaan,
Islam berarti keselamatan dan kedamaian. Adapun Muslim berarti orang yang menyelamatkan dan mendamaikan. Maka, siapapun yang melakukan kekerasan,
sebenarnya ia tidak patut menyandang dirinya sebagai muslim.
79
Islam memiliki pesan penting yang terangkum di dalam lafadz basmalah yang rutin dibaca, baik dalam memulai shalat maupun memulai aktivitas sehari-hari.
Lafadz tersebut bukan hanya bermuatan ritual, melainkan justru memuat ajaran yang sangat fundamental dalam kehidupan sehari-hari. Basamalah merupakan ajaran yang
paling penting dalam Islam, karena di dalamnya mengandung pesan tentang cinta- kasih. Yang dimaksud dengan cinta kasih tersebut dalam dua tingkatan: cinta kasih
yang terbatas al-rahim dan cinta kasih yang tidak terbatas al-rahman. Yang dimaksud dengan cinta-kasih yang terbatas adalah cinta-kasih yang
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang harus disebarluaskan kepada umatnya, sehingga mampu mewujudkan kedamaian. Di dalam al-Quran disebutkan,
Dan saya tidak mengutusmu kecuali sebagai tali kasih bagi seantero alam QS. al-
Anbiya [21]: 107 . Ibnu Asyur dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa cinta-kasih merupakan inti
dari ajaran Nabi. Artinya, setiap pesannya senantiasa mendorong agar cinta-kasih menjadi spirit dalam mengambil keputusan dan menyelamatkan umat. Tatkala Nabi
ditanya oleh sahabat perihal keberislaman yang paling utama, beliau menjawab
78
Bahtsul Masail, Pandangan Islam tentang Kekerasan,Majalah Bulanan Baitul Muslimin, Keberagamaan, Kebangsaan Kebhhinekaan,
No. 01 Juli 2008: h. 36.
79
Bahtsul Masail, Pandangan Islam tentang Kekerasan, h. 36.
dengan tegas, bahwa menebarkan perdamaian dan manyantuni fakir-miskin merupakan bentuk keberislaman yang paling ideal. Karena itu, cinta-kasih yang
terbatas tersebut harus menjadi modal untuk mendaki pada cinta-kasih yang tidak terbatas.
Sedangkan cinta-kasih yang tidak terbatas adalah cinta-kasih yang langsung dikendalikan Tuhan. Dia adalah puncak tertinggi dari kasih-sayang. Sebab itu, di
dalam al-Quran senantiasa dimulai dengan basmalah, tidak lain dan tidak bukan hanya dalam rangka mengingatkan umat Islam agar menebarkan perdamaian dan
toleransi.
80
Pasca tragedi 11 September, wacana Perang Melawan Terorisme masih mengambang dan menyimpan sejumlah kemungkinan yang bisa membawa dunia
pada bahaya yang lebih besar. Perbedaan antara sikap antara dua kubu dalam menentukan definisi terorisme semakin meruncing ketika perang tersebut kemudian
menjadi ancaman invasi militer untuk menghentikan aksi pembebasan dalam melawan penjajahan atas sebagian tanah airnya.
Dalam pandangan Dr. Ahmad Kamal Abul Majd seorang intelektual asal Mesir mengatakan bahwa perlu untuk dikemukakan teori-teori yang diambil dari
kajian-kajjian sosial politik, yang semuanya mengatakan gerakan-gerakan radikal dan terorisme seringkali terjadi dan berkembang dalam tiga lingkungan berikut;
Pertama ; lingkungan di mana kesempatan untuk menikmati demokrasi
sangatlah terbatas. Kedua; lingkungan di mana keadilan sosial tidak terwujud dan kesenjangan antara yang kuat, pemilik modal dan kaya dengan kaum lemah dan
miskin sangatlah lebar. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan subordinasi yang harus mereka terima dalam mendapatkan hak-haknya secara sah. Ketiga; lingkungan
80
Bahtsul Masail, Pandangan Islam tentang Kekerasan, h. 36.
tanpa supremasi hukum dan banyak sekali terjadi pelanggaran atas hak-hak dasar individu, khususnya dalam kasus-kasus berkaitan tuduhan dan vonis yang seringkali
disertai tindakan represif dan penyiksaan, sehingga melahirkan keinginan untuk memberontak dari hukum dan masyarakat secara keseluruhan.
81
Adalah hal yang aneh dan bertentangan dengan fakta sejarah apabila mengaitkan Islam dan terorisme. terjadinya kesalahan dalam mengaitkan Islam
dengan terorisme, karena tiga hal; Pertama; warisan pertikaian historis klasik, antara kaum muslim versus negara-negara Barat. Pertikaian tersebut awalnya timbul akibat
persaingan antara pendakwah muslim dengan para misionaris Kristen dalam kapasitas keduanya sebagai agama besar dunia.
Kedua , pihak Barat dan Islam selalu berusaha untuk mengajak orang lain
untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok pemeluk taat dari sebuah keyakinan yang benar seperti yang diklaim oleh kalangan pendakwah muslim dan misionaris Kristen.
Pada fase selanjutnya, pertikaian tersebut kemudian berkembang menjadi rentetan perang salib, dimana pihak Eropa dan Barat berusaha menguasai sejumlah
negara-negara muslim secara politis atau dalam arti yang sesungguhnya. Pada kedua fase tersebut, para orientalis dan polisi Barat berusaha menanamkan gambaran Islam
yang terbelakang, negatif dan buruk dalam nalar dan hati para pengikutnya. Stigmatisasi tersebut lebih ditekankan pada sisi teologis dan kultural Islam, terutama
ajaran jihad yang mereka anggap sebagai ekspresi dari kebencian, kekerasan dan sikap otoritarian terahadap orang lain.
Dalam konteks sekarang, terjadinya gelombang terorisme merupakan pukulan dahsyat dan dirasakan oleh semua penduduk dunia. Karena ini adalah musuh terbesar
dunia saat ini. Terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa yang seperti bom
81
Zuhairi Misrawi dan Khamami Zada, Islam Melawan Terorisme Jakarta: LSIP Lembaga Studi Islam Progresif 2004, h. 11.
waktu yang setiap saat akan terjadi yang namanya pemboman di segala penjuru dunia. Ini meruntuhkan sendi-sendi kemanusian karena di dalam terorisme itu sendiri
terdapat kebencian-kebencian yang diakibatkan oleh kecemburuan ekonomi, politik dan rasa tertindas. Akumulasi dari emosi inilah kemudian terjadi sebuah teror yang
lahir dari kelompok yang tadi itu dengan mengatasnamakan jihad.
82
Terorisme merupakan musuh bersama yang harus diperangi secara bersama. Karena terorisme menciptakan kerusuhan dunia yang mengakibatkan runtuhnya
saling kepercayaan satu sama lain. Dengan itulah kemudian stabilitas dan perdamaian dunia muncul dan menjadi bumerang bagi perdamaian dunia. Dan ini sungguh sangat
berbahaya untuk berlangsungnya masa depan tatanan dunia. Terorisme bagaimanapun bentuknya, tetap menjadi musuh besar agama.
Setiap agama, agama apapun tidak mengajarkan kekerasan atau terorisme. Setiap agama selalu menghadirkan kedamaian dan toleransi, karena itu lah justru agama
berperan sebagai agama yang damai yang akan memberikan nilai-nilai kehidupan dan norma-norma atau aturan kemanusian yang menyejukkan. Tanpa harus ada teror dari
kelompok agama tertentu.
H. Islam dan Toleransi