Hasyim Muzadi Ketua PBNU

terbesar yaitu Muhammadiyah. Untuk itu, perlu dibangun jembatan guna mempertemukan kembali antara ruh Islam dan nasionalisme dan ruh nasionalisme dan Islam. Bagi Din Syamsuddin, dengan berdirinya BAMUSI di tubuh PDIP, kaum Islam yang setia dengan PDIP bisa membangun Indonesia secara bersama-sama guna memajukan Indonesia sebagai bangsa yang nasionalis dan religius. Bagi Din Syamsuddin, BAMUSI juga menjadi langkah strategis untuk membangun citra PDIP selama ini yang melekat sebagai partai yang anti terhadap persoalan agama Islam. Kini dengan BAMUSI setidaknya bisa dan mampu menghilangkan stereotip negatif itu dan melihat bahwa PDIP juga konsern dengan persoalan Islam. Dan baginya, stigma lama juga harus dihilangkan yaitu membangun dikhotomi antara Islamisme dan nasionalisme. Islamisme dan nasionalisme sekarang harus merapatkan barisan menuju islamis yang nasionalis dan nasionalis yang islamis. Baginya, Bung Karno, Megawati dan Taufiq Kiemas adalah warga Muhammadiyah dan perlu untuk menjembataninya dengan rumusan strategis untuk menuju PDIP baru yang juga konsern dengan keagamaan. 32

b. Hasyim Muzadi Ketua PBNU

Tokoh Islam yang satu ini, menyambut baik dengan diberdirikannya BAMUSI sebagai sayap Islam di tubuh PDIP. Baginya keberadaan BAMUSI sebagai langkah untuk menghindari formalisme agama dan tetap memakai payung pluralitas, kebhinekaan dan nasionalisme dalam membangun Indonesia ke depan. Karena bagaimanapun diakui bahwa BAMUSI tempat orang Islam yang juga memahami arti 32 Anung, PDIP Tak Akan Berbasis Agama. penting dalam membangun Indonesia, sebagai satu kebangsaan yang harus dikedepankan. Baginya, BAMUSI sebuah angin segar yang dihembuskan oleh PDIP, bahwa PDIP juga memiliki semangat perubahan mengingat bangsa Indonesia ke depan memerlukan peleburan dan menghilangkan dikhotomi yang tajam antara Islam dan PDIP. Islam yang selama ini sangat jauh, dalam artian bahwa PDIP tidak merangkul Islam, kini semangat merangkul Islam lebih mendalam itu muncul dan dengan kesadaran bahwa Islam merupakan satu kesatuan Indonesia yang tidak bisa dipungkiri sebagai warga bangsa yang mayoritas di Indonesia. Indonesia ada dan terbangun karena adanya semangat Islam dan kebangsaan yang kuat, meskipun pada awal kemerdekaan Indonesia bersitegang dalam menyatukan formulasi negara Indonesia, antara tokoh Islam dan nasionalis. Tapi kemudian keduanya dapat tersenyum dan bersama-sama membangun sinergi antara kaum Islam dan nasionalis. Bagi Hasyim secara pribadi tidak mengatasnamakan NU, hanya dapat memberikan dukungan dan saran kepada PDIP dengan sayap Islamnya untuk mewujudkan nasionalisme dalam politik ekonomi dan budaya yang mendukung kebangsaan dan nasionalisme Indonesia. 33 Tidak hanya itu saran dari tokoh Islam ini, banyak harapannya, yaitu agar produk sayap Islam ini BAMUSI menjadi lembaga yang nantinya dapat dan bisa menyantuni umat Islam, dan agar BAMUSI tersebut bisa mengembangkan Islam secara kultural teologis dan ritual agar dapat memperbaiki moral keagamaan dan kebangsaan masyarakat. Baginya juga, BAMUSI harus memiliki ruang untuk menyapa budaya dan lintas agama karena langkah-langkah itu lah yang nantinya akan 33 Bentuk Baitul Muslimin; PDIP Lamar Tokoh NU, artikel diakses pada 6 Februari 2009 dari http:www.gp-ansor.orgberitabentuk-baitul-muslimin-pdip-lamar-tokoh-nu.html memperkuat kebangsaan Indonesia dengan semangat toleransi dan membangun bangsa untuk tetap berada dalam kesatuan NKRI. 34 Lebih lanjut Hasyim Muzadi mengatakan, bahwa untuk mengembangkan Islam di Indonesia, khususnya ditujukan pada BAMUSI dalam menjalankan dakwahnya untuk menghindari betul yang namanya formalisme agama, dan payungnya harus mengedepankan pluralitas, kebhinekaan dan nasionalisme itu sendiri. 35

c. Abu Bakar Baasyir Tokoh Islam dan Pimpinan Pondok Pesantren