1.4
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
Mencermati kondisi dan permasalahan serta dalam upaya mejalankan visi, misi dan arah pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam RPJM Nasional Tahun 2015- 2019, sebagai dokumen kebijakan yang
mendasari pelaksanaan program-program tahunan dalam lima tahun kedepan maka dituangkan dalam
Rencana Stratregis Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015 - 2019,
dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor PER-10KAIV2015.
Dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan, BNP2TKI sebagai unit kerja pemerintah semakin dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang
menuntut azas akuntabilitas, di mana setiap penyelenggara negara dituntut untuk dapat mempertangungjawabkan kinerja atau hasil-hasil dari seluruh programkegiatan kepada masyarakat atas
penggunaan dana dan kewenangan yang diberikan. Sebagai contoh pada performance keuangan yang tidak hanya sebatas mengukur seberapa besar realisasinya, tetapi bisa mengukur besarnya dana bisa
mendorong seberapa besar peningkatan kinerja yang dicapai dalam kurun waktu tertentu, sebagai hakekat dari anggaran berbasis kinerja.
Sebagai sandaran peraturan penerapan akuntabilitas mengacu Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, BNP2TKI diwajibkan untuk: 1. Melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban instansi
pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi; 2. Menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP pada setiap akhir tahun kepada
Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Atas dasar hal-hal di atas tersebut, BNP2TKI sebagai Instansi Pemerintah dan Penyelenggara Negara
telah menetapkan target kinerja tahun 2016 dilanjutkan dengan melakukan monitoring dan pengukuran
kinerja yang telah dicapai, kemudian dituangkan ke dalam susunan LAKIP BNP2TKI Tahun 2016 sebagai
wujud akuntabilitas dari mandat yang diemban.
1.2. Isu Strategis
Perekonomian dan Ketenagakerjaan. Indonesia saat ini masih dikategorikan sebagai negara yang
memiliki kinerja perekonomian yang baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir rata-rata di atas 6 persen, sehingga masuk dalam kelompok negara dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Kinerja perekonomian nasional tidak bisa dilepaskan dengan kondisi dan dinamika lingkungan strategis internal dan eksternal, seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam negeri; Komunitas
ASEAN Asean Community 2015, perkembangan ekonomi politik global, era perdagangan bebas, dan APEC. Komunitas ASEAN 2015 dalam waktu dekat akan mengintegrasi negara-negara di ASEAN agar
tercipta kekompakan, kesamaan visi satu tujuan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli di antara negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Komunitas ASEAN 2015 yang ditopang tiga pilar yaitu
Komunitas politik dan Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial dan Budaya
1.5
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
ASEAN tersebut, mengharuskan masyarakat Indonesia siap menghadapinya antara lain dari sisi daya saing ketenagakerjaan.
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia . Indonesia sudah mencapai bonus demografi mulai 2010,
dan akan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030. Secara konseptual, bonus demografi adalah proporsi penduduk usia produktif yang sangat besar atau sekitar 69 dari jumlah
penduduk, sedangkan rasio angka ketergantungan dependency ratio mencapai titik terendah. Artinya, pada saat itu jumlah angkatan kerja sangat besar, namun menanggung beban kelompok usia anak dan
lansia yang sangat kecil. Sebagian besar penduduk usia produktif yang ada pada satu hingga tiga dekade mendatang itu adalah para remaja dan generasi muda saat ini.
Angkatan kerja Indonesia pada Februari 2016 sebanyak 127,7 juta orang, yang bekerja 120,7 juta orang dan 7,0 juta orang yang menganggur. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Februari 2016 sebesar 5,50
persen menurun dibanding TPT Februari 2015 5,81 persen dan TPT Agustus 2014 5,94 persen. Angkatan kerja yang bekerja paling banyak tingkat pendidikan SMP kebawah yaitu 61,26 persen, menurun
dibandingkan dengan Februari 2015 sebesar 62,92 persen. Sementara yang berpendidikan menengah dan tinggi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,25 persen poin dan 0,45 persen poin.
Selama setahun terakhir Agustus 2014–Agustus 2015 kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang 12,77 persen, Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu
orang 3,42 persen, dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang 7,92 persen. Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu pekerja penuh pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta
orang 70,12 persen, sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 6,5 juta orang 5,63 persen. Pada Agustus 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan SD ke bawah sebesar 44,27 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,33 persen.
Pada 2020-2030, diperkirakan 100 penduduk usia produktif akan menanggung 44 orang tak produktif. Setelah itu, angka ketergantungan penduduk akan naik kembali. Berkaitan dengan hal ini, Chris Manning
mengingatkan bahwa bonus demografi ini kemungkinan besar tidak akan dapat dimanfaatkan oleh Indonesia melihat rendahnya kualitas penduduk Indonesia baik dari aspek pendidikan maupun
keterampilan. Jika tidak dilakukan aksi sejak sekarang, maka yang akan terjadi bukanlah windows of opportunity, melainkan door to disaster. Pengangguran akan didominasi oleh penduduk muda dan terdidik
yang dapat mendorong timbulnya sosial unrest dan peningkatan jumlah penduduk miskin. Fenomena kependudukan yang akan terjadi tiga dekade kedepan ini memerlukan kebijakan pemerintah yang
mempertimbangkan aspek kependudukan.
Problematik Pengangguran . Tingkat pengangguran yang tinggi, dan keterbatasan lapangan kerja,
kedepan diperkirakan masih akan terjadi, dan hal itu akan menjadi faktor penyebab kondisi kemiskinan di Indonesia. kemiskinan yang bersumber dari pengangguran, akan mendorong orang mencari pekerjaan
di manapun, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berarti bahwa selama angka pengangguran masih tinggi, maka selama itu juga akan banyak tenaga kerja Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri.
Dan bekerja di luar negeri akan tetap menjadi salah satu alternatif untuk memperoleh kehidupan yang lebih