1.69
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
Nota kesepahaman ini kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI dan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM
tentang “Pertukaran Data TKI Melalui Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian dengan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri dan Layanan Terpadu Satu Pintu dalam rangka Penempatan dan
Perlinduangan TKI.
3.6. Realisasi Keuangan
Pada tahun 2016 anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri Pagu awal sebesar Rp 415.046.706.000,00. Setelah adanya pemotongan pagu setelah direvisi menjadi Rp
373.739.846.000,00. Realisasi keuangan BNP2TKI tahun 2016 sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau 81,86 lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi di tahun 2015 sebesar Rp 358.152.158.000,00 atau mencapai 78,05,
akan tetapi masih dibawah realisasi tahun 2014 sebesar 85,41.
Tabel 55. Realisasi Selama Lima Tahun Terakhir Tahun 2012 – 2016
NO. TAHUN
PAGU Rp REALISASI Rp
SISA
1 2012
266.430.203.000 248.215.534.254
93,16 18.214.668.746
6,84 2
2013 409.120.556.000
379.188.481.576 92,68
29.932.074.424 7,32
3 2014
411.868.115.000 351.793.731.042
85,41 60.074.383.958
14,59 4
2015 458.848.890.000
358.152.158.000 78,05
100.696.732.000 21,95
5 2016
373.739.846.000 305.595.453.125
81,77 68.144.392.875
18,23
Jika dilihat pagu anggarannya selama lima tahun terakhir dari tahun 2012 sampai 2016, BNP2TKI tiga kali mendapat anggaran tambahan, yaitu tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015. Sedangkan capaian rata-rata
pertahun sebesar 87,63. Rrealisasi penyerapan anggaran BNP2TKI tahun 2014 terealisir sebesar Rp 351.793.731.042,00 atau sebesar 85,41, tahun 2015 terealisir sebesar Rp 358.152.158.000,00 atau sebesar
78,05. Penyerapan anggaran tahun 2014 - 2015 terjadi penurunan penyerapan anggaran sebesar 7, sedangkan penyerapan anggaran tahun 2016 sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau 81,77 lebih tinggi dibandingka realisasi
tahun 2015 sebesar 3,81.
Tabel 56. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja
JENIS BELANJA ANGGARAN
REALISASI SISA
BELANJA PEGAWAI 106.881.781.000
104.483.928.158 2.397.852.842
BELANJA BARANG 242.957.828.000
182.392.199.454 60.565.628.546
BELANJA MODAL 23.900.237.000
18.719.325.513 5.180.911.487
JUMLAH 373.739.846.000
305.595.453.125 68.144.392.875
1.70
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
3.7. HambatanPermasalahan
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI yang perlu menjadi perhatian, antara lain:
1. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri sehingga memerlukan lapangan kerja
di luar negeri bagi TKI, kondisi yang seperti ini menyebabkan minat bekerja ke luar negeri yang sangat besar dan sulit dibendung;
2. Peran pemerintah dalam memberikan informasi kepada Calon TKI masih sangat rendah, data menunjukan
prosentase TKI yang berangkat ke Luar Negeri karena sumber informasi dari pemerintah baru 5, sisanya sumber informasinya Calo, Keluarga dan PPTKIS;
3. Terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi dan lemahnya koordinasi kelembagaan serta pelayanan
dokumen dalam penyiapan TKI sehingga memerlukan perbaikan dalam sosialisasi, koordinasi kelembagaan dan penyiapan keberangkatan;
4. Belum optimalnya perlindungan dan banyaknya TKI bermasalah yang memerlukan penanganan khusus dan
intensif terutama dari sisi pemenuhan hak-hak TKI; 5.
Terbatasnya kapasitas kelembagaan dalam pelayanan TKI terutama dari sisi kelembagaan BP3TKI, SDM, sarana dan prasarana serta terbatasnya anggaran dalam mendukung operasional perwakilan RI dalam
perlindungan TKI; 6.
Revisi UU No. 39 Tahun 2004 yang belum terwujud, menjadi kendala dalam upaya penegakan hukum dalam penempatan dan perlindungan TKI;
7. Sarana kerja berupa gedung kantor BNP2TKI yang belum memadai, begitu juga dengan sebagian besar kantor
pelayanan di daerah; 8.
Berbagai peraturan pemerintah yang menjadi dasar regulasi penempatan dan perlindungan TKI belu tersedia; 9.
Tidak tersedianya tempat pelatihan bahasa Jepang dengan kapasitas 500 orang yang dapat digunakan, sehingga tidak dapat meningkatkan jumlah pepnempatan TKI ke Jepang;
10. Kurangnya minat dan percaya diri Calon TKI untuk menjadi perawat dan careworker di Jepang; 11. Terbatasnya jumlah lembaga pelatihan Bahasa Jepang di daerah;
12. Integrasi sistem penempatan TKI Korea antara SISKOTKLN dengan HRD Korea belum optimal; 13. Pekerja Nelayan Fishing penyumbang TKI illegal terbesar perlu ditetapkan standar kompetensi dan persyaratan
di Korea; 14. Belum adanya sinkronisasi antara instansi terkait tentang pembentukan dan manfaat LTSP;
15. KUR tidak berjalan lancar karena Perbankan belum siap beroperasi secara optimal hanya melayani PPTKIS yang dinilai baik;
16. PAP tidak optimal disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana, media dan modul pembelajaran serta kualitas instruktur;
17. Sebanyak 16 lembaga penempatan tidak mentaati peraturan yang berlaku;