Pemecahan Masalah AKUNTABILITAS KINERJA

1.73 LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 Dari hasil penilaian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa secara umum kinerja BNP2TKI cukup baik, dengan angka capaian kinerjanya sebagai berikut: 1. Sasaran Strategis yang berhasil merealisasikan capaiannya lebih dari 100 dengan predikat sangat baik yaitu 5 Sasaran Strategis yang sudah ditetapkan dalam tahun 2016 sebagai berikut: 1 Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai dengan Pemulangan persentase capaian kinerjanya 103,26; 2 Sasaran Strategis 4 Meningkatnya TKI Purna yang Berwirausaha, persentase capaian kinerjanya 185,29; 3 Sasaran Strategis 5 Pelayanan Terpadu, Profesional dan Bertanggungjawab, serta pengelolaan Keuangan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel, persentase capaian kinerjanya 108. Angka ini didapat dari 4 indikator keberhasilan yang ditetapkan; 4 Sasaran Strategis 7 Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Penyelengaraan SPIP, dengan dua indikator keberhasilan dengan persentase capaian kinerjanya 250. 2. Sasaran Strategis yang capaian realisasinya dibawah 100 yaitu: 1 Sasaran Strategis 1 Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan TKI persentase capaian kinerjanya 43; 2 Sasaran Strategis 2 Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem P2TKI persentase capaian kinerjanya 85,71; 3 Sasaran Strategis 6 Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI dengan persentase hasil capaian kinerjanya 69. Realisasi anggaran BNP2TKI tahun 2016 sebesar 81,77 dari anggaran Rp 373.739.846.000,00 lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi keuangan di tahun 2015 sebesar 78,05.

4.2. Langkah-langkah Perbaikan

Guna mengoptimalkan segenap sumber daya dan meningkatkan kinerja BNP2TKI, perlu dilakukan upaya- upaya serta komitmen yang besar dari segenap jajaran BNP2TKI untuk mewujudkan kinerja yang baik dan memuaskan segenap stakeholder khususnya masyarakat pekerja migran. Untuk itu perlu dilakukan beberapa langkah-langkah perbaikan sebagai berikut: 1. Pencegahan TKI Non Prosedural Dalam rangka pencegahan TKI Non Prosedural telah dilakukan kerjasama dengan Bareskrim POLRI, integrasi rekomendasi paspor sebagai tindak lanjut Perjanjian Kerjasama dengan Ditjen Imigrasi Kemkumham yang memungkinkan tersaringnya setiap TKI yang berangkat dan melewati pemeriksaan imigrasi, kerjasama perlindungan dengan otoritas perbatasan dan penjagaan yang ketat akan mengurangi penempatan TKI non prosedural. 2. Konsep Exit Strategy menuju Zero Informal. Penerapan moratorium selama ini belum dikuti dengan langkah- langkah perbaikan dan antisipasi baik di dalam negeri dan luar negeri, hal ini untuk menghindari meningkatnya TKI berangkat secara non prosedural, dalam kaitan tersebut perlu disusun konsep exit strategy penyelesaian permasalahan TKI pasca kebijakan pemerintah melakukan moratorium penempatan ke Timur Tengah. 1.74 LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 3. Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan CTKITKI. Dalam rangka peningkatan kemampuan CTKITKI dalam pengelolaan keuangan telah dilakukan pemberian materi tentang literasi keuangan di PAP dan BLKLN. 4. TKI Pelaut Perikanan. Penghentian penempatan TKI Pelaut Perikanan dilakukan dalam rangka pembenahan untuk perlindungan TKI Pelaut Perikanan di luar negeri. 5. Penerapan e-KTKLN. Sebagai tindak lanjut dari Permenaker 7 tahun 2015 tentang e-KTKLN, BNP2TKI telah menyiapkan petunjuk pelaksanaannya dan telah mensosialisasikan dan pembekalan teknis penghapusan KTKLN di jajaran pelayanan dan operator teknis di lapangan yang dilaksanakan saat PAP. Dalam tahun 2017 ini penerbitan KTKLN ini akan diberlakukan kembali, karena merupakan amanat undang-undang; 6. Pengembangan KUR TKI. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap TKI, Pemerintah telah memfasilitasi para CTKI dengan beberapa perbankan guna mendapatkan kredit lunak. Kebijakan ini sudah dijalankan pada tahun 2015 sampai sekarang. 7. Pemberdayaan TKI di Perbatasan. Guna mengurangi dan mencegah penempatan TKI non procedural khususnya di daerah perbatasan, maka dikembangkan pemberdayaan TKI di daerah perbatasan dalam bentuk pelatihan dan penyelesaian dokumen penempatan untuk bekerja di luar negeri. 8. Pembentukan Early Warning System. Sebagai bentuk peningkatan pelayanan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dikembangkan suatu bentuk deteksi dini terhadap permasalahan TKI ; 9. Pembayaran Non Tunai. Sejalan dengan fasilitasi KUR TKI dengan melibatkan Perbankan, sehingga dikembangkan Pembayaran Non Tunai menggunakan mekanisme perbankan. 10. Membangun sistim akuntabilitas yang dapat memberikan informasi-informasi kinerja di lingkungan BNP2TKI; 11. Merumuskan dan menetapkan Kinerja Utama yang SMART dengan indikator outcome yang jelas dan mudah untuk diukur tingkat keberhasilannya; 12. Mengembangkan sistim informasi kinerja yang dapat memberikan data kinerja dari semua unit layanan yang ada di lingkungan BNP2TKI; 13. Pembenahan insfratruktur pemerintah dalam mendorong layanan dan perlindungan kepada TKI yang lebih baik; 14. Memperbaiki bisnis proses penempatan dan perlindungan TKI; 15. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.