1.70
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
3.7. HambatanPermasalahan
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI yang perlu menjadi perhatian, antara lain:
1. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri sehingga memerlukan lapangan kerja
di luar negeri bagi TKI, kondisi yang seperti ini menyebabkan minat bekerja ke luar negeri yang sangat besar dan sulit dibendung;
2. Peran pemerintah dalam memberikan informasi kepada Calon TKI masih sangat rendah, data menunjukan
prosentase TKI yang berangkat ke Luar Negeri karena sumber informasi dari pemerintah baru 5, sisanya sumber informasinya Calo, Keluarga dan PPTKIS;
3. Terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi dan lemahnya koordinasi kelembagaan serta pelayanan
dokumen dalam penyiapan TKI sehingga memerlukan perbaikan dalam sosialisasi, koordinasi kelembagaan dan penyiapan keberangkatan;
4. Belum optimalnya perlindungan dan banyaknya TKI bermasalah yang memerlukan penanganan khusus dan
intensif terutama dari sisi pemenuhan hak-hak TKI; 5.
Terbatasnya kapasitas kelembagaan dalam pelayanan TKI terutama dari sisi kelembagaan BP3TKI, SDM, sarana dan prasarana serta terbatasnya anggaran dalam mendukung operasional perwakilan RI dalam
perlindungan TKI; 6.
Revisi UU No. 39 Tahun 2004 yang belum terwujud, menjadi kendala dalam upaya penegakan hukum dalam penempatan dan perlindungan TKI;
7. Sarana kerja berupa gedung kantor BNP2TKI yang belum memadai, begitu juga dengan sebagian besar kantor
pelayanan di daerah; 8.
Berbagai peraturan pemerintah yang menjadi dasar regulasi penempatan dan perlindungan TKI belu tersedia; 9.
Tidak tersedianya tempat pelatihan bahasa Jepang dengan kapasitas 500 orang yang dapat digunakan, sehingga tidak dapat meningkatkan jumlah pepnempatan TKI ke Jepang;
10. Kurangnya minat dan percaya diri Calon TKI untuk menjadi perawat dan careworker di Jepang; 11. Terbatasnya jumlah lembaga pelatihan Bahasa Jepang di daerah;
12. Integrasi sistem penempatan TKI Korea antara SISKOTKLN dengan HRD Korea belum optimal; 13. Pekerja Nelayan Fishing penyumbang TKI illegal terbesar perlu ditetapkan standar kompetensi dan persyaratan
di Korea; 14. Belum adanya sinkronisasi antara instansi terkait tentang pembentukan dan manfaat LTSP;
15. KUR tidak berjalan lancar karena Perbankan belum siap beroperasi secara optimal hanya melayani PPTKIS yang dinilai baik;
16. PAP tidak optimal disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana, media dan modul pembelajaran serta kualitas instruktur;
17. Sebanyak 16 lembaga penempatan tidak mentaati peraturan yang berlaku;
1.71
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
18. Penyesuaian terhadap agenda kebijakan pemerintahan baru yang mengakibatkan terjadinya Revisi Program, Kegiatan dan Anggaran yang pada gilirannya mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan program dan kegiatan.
3.8. Pemecahan Masalah
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir permasalahan yang ada antara lain: 1. Mengembalikan peran BNP2TKI sesuai UU dan Keputusan Mahkamah Agung sebagai pelaksana kebijakan
operator dalam penempatan dan perlindungan TKI; 2. Membuat berbagai peraturan pelaksanaan untuk meningkatkan peran dan regulasi BNP2TKI dan mempercepat
hasil revisi UU No. 39 Tahun 2004; 3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektor terkait dan para pemangku kebijakan terkait;
4. Diperlukan promosi dan peningkatan jaringan kerjasama luar negeri untuk memperluas lapangan kerja bagi TKI khususnya Sektor formal. Jumlah TKI Sektor informal berangsur-angsur dikurangi jumlahnya dan ditingkatkan
kualitasnya; 5. Diperlukan peningkatan pelayanan penempatan melalui sosialisasi yang mencerdaskan masyarakat, peningkatan
koordinasi kelembagaan, penyiapan keberangkatan calon TKI dan perbaikan penempatan TKI oleh pemerintah; 6. Diperlukan optimalisasi perlindungan dan pelayanan cepat dan tuntas melalui crisis center untuk menyelesaikan
permasalahan TKI khususnya yang menyangkut aspek pemenuhan hak, pengamanan dan pemberdayaan TKI, pencegahan TKI ilegal serta penegakan hukum;
7. Diperlukan dukungan kelembagaan yang kuat dengan pembentukan BP3TKI yang baru, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, peningkatan sarana dan prasarana kantor di Pusat dan Daerah serta bantuan program untuk
pelayanan perlindungan TKI di perwakilan RI; 8. Harmonisasi peraturan pemerintah yang menjadi dasar regulasi penempatan dan perlindungan tenaga kerja
Indonesia; 9. Mengupayakan tempat pelatihan bahasa Jepang bekerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan, sehingga tidak
dapat meningkatkan jumlah penempatan TKI ke Jepang; 10. Melakukan pembinaan kepada Calon TKI untuk menjadi perawat dan careworker di Jepang guna meningkatkan
keterampilan untuk mampu dan percaya diri dalam bekerja; 11. Mengoptimalkan Integrasi sistem penempatan TKI Korea antara SISKOTKLN dengan HRD Korea;
12. Menetapkan standar kompetensi dan persyaratan Pekerja Nelayan Fishing untuk bekerja di Korea; 13. Sinkronisasi dan harmonisasi instansi terkait tentang pembentukan dan manfaat LTSP;
14. Mengoptimalkan peran Perbankan dalam pemberian KUR bagi CTKITKI; 15. Meningkatkan sarana dan prasarana, media dan modul pembelajaran serta kualitas instruktur PAP dan;
16. Meningkatkan pembinaan kepada lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan, agar memberikan pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.