1.68
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di lingkungan BNP2TKI diarahkan untuk mengisi kesenjangan antara kompetesi jabatan yang dipersyaratkan dengan kompetensi pegawai yang ada, baik melalui program diklat
fungsional maupun diklat yang bersifat teknis.
f. Penerapan Manajemen Berbasis Kinerja.
Penerapan sistem manajemen kinerja pada instansi pemerintah dimaksudkan untuk memastikan proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi dan pelaporan kinerja dilaksanakan
secara konsisten, sejalan dengan tugas dan fungsi BNP2TKI, berbasis pada kinerja dan diorientasikan pada peningkatkan kinerja secara optimal, upaya diarahkan untuk membangun sistem dan kelembagaan
manajemen kinerja. Selain itu juga diarahkan pada peningkatan kapasitas implementasinya melalui fasilitasi dan asistensi, penyempurnaan evaluasi akuntabilitas kinerja birokrasi baik substansi maupun cakupan
penilaian pada seluruh unit di BNP2TKI baik pusat dan daerah. Akuntabilitas kinerja adalah suatu kondisi dimana BNP2TKI telah merubah orientasinya dari yang biasanya berorientasi kepada anggaran input atau
kegiatan output semata, menjadi berorientasi kepada hasil outcome.
g. Tata Kelola TKI.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BNP2TKI telah melakukan perbaikan tatakelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI terkait pembenahan sektor pelayanan
publik yang harus diimplementasikan 13 Kementerian atau Lembaga. BNP2TKI bertanggungjawab langsung dalam tiga hal. Pertama, penyediaan sarana informasi dan saluran pengaduan bagi masyarakat dalam
bentuk Whistle Blower System WBS di BNP2TKI. Kedua, optimalisasi keberadaan helpdesk layanan informasi TKI yang terintegrasi menyangkut layanan calon TKI di dalam negeri di embarkasidebarkasi dan
layanan TKI di luar negeri di KBRI. Ketiga, pengaturan mekanisme pendataan TKI mandiri terintegrasi dengan sistem keimigrasian. Mengenai penyediaan sarana informasi dan saluran pengaduan bagi
masyarakat dalam bentuk Whistle Blower System WBS di BNP2TKI. WBS adalah sistem pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan kecurangan, pelanggaran
hukum dan etika. WBS ini dimaksudkan untuk menjadi sarana kontrol karyawan guna meningkatkan kerja dan kinerjanya supaya menjadi lebih baik. Untuk obyektivitas pelaporan dan sekaligus perlindungan pelapor,
identitas pelapor dijamin kerahasiaannya. Untuk optimalisasi keberadaan helpdesk layanan informasi TKI yang terintegrasi menyangkut layanan calon TKI di dalam negeri di embarkasidebarkasi dan layanan TKI di
luar negeri di KBRI, BNP2TKI telah membentuk Helpdesk dan Crisis Center BNP2TKI di 11 debarkasi. Sedangkan optimalisasi keberadaan helpdesk layanan informasi TKI yang terintegrasi di luar negeri di
KBRI, menjadi kewenangan Kementerian Luar Negeri Kemenlu. Terkait pengaturan mekanisme pendataan TKI mandiri terintegrasi dengan sistem keimigrasian, Kepala BNP2TKI dan Menteri Hukum dan HAM telah
melakukan penandatanganan nota kesepahaman
tentang “Kerjasama
Integrasi Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian dengan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri dan Layanan Terpadu
Satu Pintu Dalam Rangka Penempatan dan Perlindungan TKI.”
1.69
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016
Nota kesepahaman ini kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI dan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM
tentang “Pertukaran Data TKI Melalui Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian dengan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri dan Layanan Terpadu Satu Pintu dalam rangka Penempatan dan
Perlinduangan TKI.
3.6. Realisasi Keuangan
Pada tahun 2016 anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri Pagu awal sebesar Rp 415.046.706.000,00. Setelah adanya pemotongan pagu setelah direvisi menjadi Rp
373.739.846.000,00. Realisasi keuangan BNP2TKI tahun 2016 sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau 81,86 lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi di tahun 2015 sebesar Rp 358.152.158.000,00 atau mencapai 78,05,
akan tetapi masih dibawah realisasi tahun 2014 sebesar 85,41.
Tabel 55. Realisasi Selama Lima Tahun Terakhir Tahun 2012 – 2016
NO. TAHUN
PAGU Rp REALISASI Rp
SISA
1 2012
266.430.203.000 248.215.534.254
93,16 18.214.668.746
6,84 2
2013 409.120.556.000
379.188.481.576 92,68
29.932.074.424 7,32
3 2014
411.868.115.000 351.793.731.042
85,41 60.074.383.958
14,59 4
2015 458.848.890.000
358.152.158.000 78,05
100.696.732.000 21,95
5 2016
373.739.846.000 305.595.453.125
81,77 68.144.392.875
18,23
Jika dilihat pagu anggarannya selama lima tahun terakhir dari tahun 2012 sampai 2016, BNP2TKI tiga kali mendapat anggaran tambahan, yaitu tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015. Sedangkan capaian rata-rata
pertahun sebesar 87,63. Rrealisasi penyerapan anggaran BNP2TKI tahun 2014 terealisir sebesar Rp 351.793.731.042,00 atau sebesar 85,41, tahun 2015 terealisir sebesar Rp 358.152.158.000,00 atau sebesar
78,05. Penyerapan anggaran tahun 2014 - 2015 terjadi penurunan penyerapan anggaran sebesar 7, sedangkan penyerapan anggaran tahun 2016 sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau 81,77 lebih tinggi dibandingka realisasi
tahun 2015 sebesar 3,81.
Tabel 56. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja
JENIS BELANJA ANGGARAN
REALISASI SISA
BELANJA PEGAWAI 106.881.781.000
104.483.928.158 2.397.852.842
BELANJA BARANG 242.957.828.000
182.392.199.454 60.565.628.546
BELANJA MODAL 23.900.237.000
18.719.325.513 5.180.911.487
JUMLAH 373.739.846.000
305.595.453.125 68.144.392.875