Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa
yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dilakukan. Guna membantu memastikan visi dan misi
daerah dirumuskan dengan tepat, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang dihadapi Kabupaten Lingga. Permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan visi
dan misi daerah yang selanjutnya akan dituangkan dalam perumusan sasaran pokok RPJPD. Identifikasi permasalahan
pembangunan dapat diverifikasi dari informasi pada gambaran umum
kondisi daerah
dan evaluasi kinerja pembangunan periode sebelumnya serta penjaringan aspirasi yang langsung dilakukan
terhadap masyarakat. Berdasarkan hasil analisis permasalahan
pembangunan untuk masing-masing aspek dan
kesepakatan dari para pemangku kepentingan,
maka permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pelestarian budaya Melayu dan pembinaan keagamaan
Permasalahan terkait pelestarian budaya Melayu antara lain
belum optimalnya upaya untuk menjaga, mempertahankan, dan melestarikan nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi,
kehidupan seni, bahasa dan sastra melayu, yang masih melekat dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat dalam menghadapi arus
globalisasi. Sedangkan permasalahan dalam pembinaan keagamaan
antara lain sampai
saat ini belum dikembangkan sekolah keagamaan yang
disertai penyediaan guru-guru agama yang memenuhi kualifikasi. Pengelolaan budaya di masa depan diarahkan untuk menjadi aset
yang sangat berharga dalam membangun jati diri berlandaskan nilai-nilai keimanan dan mewarnai segenap sektor kehidupan
serta menjadi daya tarik yang khas untuk mengundang kunjungan dan perhatian dari luar daerah dan dunia internasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III -
2. Masih rendahnya kualitas pendidikan
Perluasan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang
mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dan landasan moralitas serta kepribadian mulia dengan standar kualitas dan kompetensi
pendidikan yang diakui sesuai
standar nasional bahkan dunia
internasional merupakan salah satu harapan agar masyarakat
memiliki basis dalam menghadapi era globalisasi. Hingga saat ini belum cukup tersedia pilihan bagi sistem pendidikan yang
memberikan bekal
untuk siap
bekerja sesuai
kebutuhan pembangunan wilayah atau pasar kerja, sistem yang berorientasi
pembentukan wirausaha yang diperlukan untuk mengolah potensi keunggulan sumberdaya wilayah, maupun sistem pendidikan untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan.
Saat ini, sistem pendidikan belum memberikan jaminan bahwa
tujuan-tujuan pendidikan dapat dicapai. Hingga saat ini, jumlah sarana dan prasaran pendidikan masih jauh dari memadai,
jika melihat murid yang harus dilayani. Tingkat putus sekolah dasar masih cukup tinggi juga masih terlihat tinggi mewakili
beberapa masalah dasar pendidikan. Tenaga pendidik juga masih sangat minim dan belum tersebar secara merata diberbagai
wilayah.
3. Pelayanan kesehatan yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat
Pelayanan kesehatan harus
dapat menjangkau dan dimanfaatkan
oleh berbagai lapisan sosial-ekonomi masyarakat, termasuk masyarakat ekonomi lemah. Karenanya, pelayanan kesehatan yang
maju diarahkan agar tersedia cukup merata di berbagai daerah dan terjangkau dari segi biaya.
Untuk mencapai
tingkat layanan
kesehatan sebagaimana
diinginkan, masih terdapat berbagai
kendala dihadapi, antara lain:
profesionalisme pelayanan kesehatan yang masih perlu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - ditingkatkan, jumlah tenaga-tenaga medis dan spesialis serta
paramedis, bidan, ahli gizi, dan ahli sanitasi
yang masih dibawah kebutuhan, keberadaan
sarana kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas
yang perldan jaringannya perlu ditingkatkan, dan rendahnya
kesadaran kesehatan masyarakat menuju budaya berperilaku hidup bersih dan sehat.
4. Masih rendahnya
kesetaraan gender
dan pemberdayaan
perempuan dalam pembangunan
Pemberdayaan wanita
menghadapi persoalan
mendasar dalam
membangun strategi pemberdayaan yang meminimalkan konflik peran sehingga akan berkembang menjadi kultur kesetaraan yang
harmonis di masyarakat dengan menempatkan wanita sebagai pusat kemandirian untuk mengatasi persoalannya, menyejahterakan dan
mengatasi persoalan
dirinya, meningkatkan
kemampuannya berperan nyata dalam sosial ekonomi rumah tangga maupun
lingkungan masyarakatnya.
5. Belum optimalnya pemberdayaan pemuda dalam pembangunan
daerah
Permasalahan pembangunan di masa depan bagi
pemuda adalah
konsistensi dan sistematisasi upaya menciptakan
dan atau menyediakan
lingkungan, sarana-prasarana, serta pendampingan yang kondusif dan nyaman bagi mereka untuk mengembangkan minat
dan bakat, belajar dan beraktivitas fisik dan sosial. Dengan demikian, dapat
meminimalkan pengaruh-pengaruh negatif yang
berdampak buruk bagi pertumbuhan kejiwaan dan fisik pemuda, sebaga generasi penerus bangsa.
6. Masih rendahnya keterampilan, kompetensi dan
daya saing tenaga kerja
Tantangan jangka panjang pembangunan ketenagakerjaan adalah meningkatkan
kualitas dan
kompetensi tenaga
kerja agar
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - mendapat pengakuan dan mampu bersaing di pasar kerja dalam
negeri maupun secara internasional dengan tetap mempertahankan jati diri kulturalnya. Sejalan dengan sisi penawaran tenaga
kerja tersebut, maka permintaan akan tenaga kerja perlu lebih diperluas. Perluasan tersebut menghadapi permasalahan belum
optimalnya upaya untuk menciptakan peluang investasi dan
diversifikasi usaha di sektor formal dan informal serta mendorong terciptanya budaya wirausaha di masyarakat yang pada
gilirannya akan berdampak pada pengurangan angka pengangguran.
7. Masih tingginya angka kemiskinan
Penduduk Miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara signifikan.
Tingkat kemiskinan pada tahun 2008 sebesar 18.19 dan pada
tahun 2011 sebesar 12,98. Hal ini disebabkan karena adanya
program-program pemerintah daerah yang menjadi prioritas dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga dapat mengurangi
jumlah penduduk miskin.
8. Pemanfaatan sumber daya ekonomi yang belum optimal
Dengan wilayah laut lebih dari 90 hal paling mudah dilihat
adalah potensi
lautan yang
sedemikian dominan,
belum sepenuhnya diberdayakan untuk kepentingan masyarakat. Namun
demikian, potensi yang berada di daratan juga tidak kalah penting, dengan tetap memerhatikan kelestariannya dan derajat
keberlanjutan sustainabilitas, mengingat terbatasnya sumber daya alam di Kabupaten Lingga, khususnya yang di daratan.
Upaya pengawetan preservasi dan perlindungan konservasi sangat diperlukan agar sumberdaya alam tersebut tetap dapat
memberikan hasil yang optimal bagi kepentingan masyarakat
sekarang dan yang akan datang. Begitu pula eksploitasi sumberdaya
alam yang
tidak dapat
terperbaharui perlu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - dikendalikan secara cermat agar tidak terjadi kerusakan
lingkungan. Dalam kaitan ini, proporsi luas daratan yang tidak lebih dari
5 dari total keseluruhan wilayah kabupaten Lingga maka pemanfaatan wilayah daratan harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Keterbatasan lahan mengingat kebutuhan akan aktivitas di berbagai sektor kehidupan semakin meningkat dan juga
menjadi masalah yang sangat serius apabila tidak ada komitmen yang cukup kuat untuk menjalankan Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRW yang telah
disepakati pada level kabupaten.
Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan keterbatasan
lahan di Kabupaten Lingga mengingat persaingan kebutuhan lahan dari di berbagai sektor kehidupan semakin meningkat. Perubahan
penggunaan lahan dari sektor primer ke sekunder bahkan tersier mengurangi bagian untuk lahan pertanian. Demikian juga upaya
penciptaan public
space untuk mendukung keasrian wilayah
Kabupaten Lingga yang dipersiapkan sebagai salah satu tujuan wisata utama bahari, budaya
Melayu dan wisata alam lainnya juga menuntut adanya penyiapan lahan yang cukup.
9. Masih rendahnya aksesibilitas dan produktivitas pangan
Ketahanan pangan memuat
3 tiga komponen penting pembentuk, yaitu:
produksi dan
ketersediaan pangan,
jaminan akses
terhadap pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Kombinasi
ketiga komponen
tersebut memberikan
kontribusi terhadap
terciptanya kemandirian pangan suatu daerah. Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang merupakan wilayah
kepulauan menjadikan daerah ini perlu memiliki ketahanan
pangan yang baik. Krisis pangan merupakan masalah yang harus diantisipasi
bila terjadi
cuaca buruk
dan menghambat
transportasi laut dari dan ke wilayah Lingga. Permasalahan
ketahanan pangan di Lingga terlepas dari adanya
cuaca buruk yang mempengaruhi arus barang, yaitu rendahnya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - aksesibilitas dan produktivitas pangan.
Akses menuju wiayah Lingga sangat terpengaruh cuaca dan jadwal kapal. Demikian
juga dengan produksi pangan
utama yang belum mampu memenuhi konsumsi pangan masyarakat Lingga.
10. Belum optimalnya penerapan prinsip-prinsip good governance
Sebagai institusi yang diberi mandat oleh rakyat untuk
menginisiasi berbagai aktivitas pembangunan, pemerintah daerah memiliki kedudukan yang strategis dalam menentukan hitam putih
kemajuan suatu
daerah. Untuk
itu, profesional
tidaknya birokrasi,
akan turut menentukan efisiensi dan efektivitas
pencapaian suatu tujuan pembangunan. Hingga saat ini, penyelenggaraan pemerintahan daerah masih
belum secara optimal menerapkan prinsip akuntabilitas. Hal ini ditunjukkan
dengan melihat
beberapa indikator
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah. Permasalahan
utama akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan adalah belum profesionalnya birokrasi dalam
menopang tugas fungsi di masing-masing penyelenggaraan urusan, lemahnya penyelenggaraan dan pengendalian sistem dan prosedur
kerja yang efektif dan efisien
serta belum terpenuhinya
standar kompetensi sebagian aparatur kabupaten Lingga. Pada level mikro, beberapa upaya konkrit dalam mendorong
sebuah proses transparansi, partisipatif dan akuntabel dari penyelenggaraan pemerintahan dan aktivitas politik
belum optimal. Oleh sebab itu, spirit pengelolaan dari reaktif
menuju proaktif
dari berbagai
peluang dan
tantangan pemerintahan dan politik di Kabupaten Lingga, menjadi relevan
dilakukan. Artinya, pemangku kepentingan pemerintahan dan politik tidak lagi sekedar merespon persoalan tetapi mencari
tahu atau mengetahui persoalan. Seiring dengan tantangan tersebut, beberapa kegiatan pemerintahan dan politik hendaknya
mampu mendorong berbagai aspek, seperti: reformasi birokrasi yang merujuk pada proses pelayanan politik yang berkeadilan;
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - 8 mendorong
kesiapan pemerintah
Kabupaten Lingga
dalam mengantisipasi akses kegiatan politik; pelaksanaan otonomi
daerah yang seharusnya bernuansa kemandirian, demokratis,
mampu mendorong fungsi dan peran Kabupaten Lingga sebagai simpul
jejaring aksesibilitas
pemerintahan dan
politik; keberpihakan terhadap masyarakat, hal ini dibuktikan dengan
mengurangi tindakan diskriminatif terhadap kaum difabel,
perempuan dan sebagainya.
11. Masih adanya ketimpangan pembangunan dan pengembangan
infrastruktur wilayah
Ketimpangan penyebaran
penduduk akan semakin memperlebar kesenjangan
dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan
sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, ekonomi, infrastruktur dan
birokrasi yang cenderung berkembang dan dinamis di kota. Optimalisasi pengendalian penyebaran penduduk dan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia, serta pemerataan pembangunan antar-wilayah dengan memberikan penekanan pada pembangunan
wilayah-wilayah desa dan pulau-pulau terkecil lainnya perlu
lebih dioptimalkan
guna mengurangi
kesenjangan dengan
pembangunan perkotaan. Faktor utama yang menyebabkan ketimpangan pembangunan adalah
masih belum meratanya infrastruktur dasar baik jalan raya,
listrik, telekomunikasi, pelabuhan, dan alat transportasi daratlaut. Ketimpangan juga dirasakan antara pembangunan
daerah perkotaan dan pelosok. Aspek kewilayahan menjadi sumber masalah karena makanisme dan manajemen pembangunan belum
sepenuhnya mendudukan isu-isu tentang kewilayahan menjadi pertimbangunan utama, terutama dalam mengalokasikan dana dan
sumber daya pembangunan. Di samping itu, pembangunan prasarana wilayah di Kabupaten
Lingga belum sepenuhnya mampu mendukung pengembangan tata
wilayah dan
menciptakan integrasi antar-wilayah pulau-pulau
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III - 9 dan pusat-pinggiran, kota-desa, dan antar-berbagai fungsi
kawasan. Oleh
sebab itu,
pengembangan prasarana
perlu diarahkan lagi dalam upaya mendukung berjalannya fungsi-fungsi
kawasan dan terciptanya struktur ruang yang terintegrasi. Di sini, pengembangan prasarana wilayah harus mampu mengembangkan
pola hubungan dan interaksi dalam proses produksi, distribusi, dan hubungan fungsional lainnya.
Termasuk penyediaan dan pengembangan
infrastruktur yang
mendukung dan
mendorong investasi daerah, melengkapi infrastruktur dasar.
3.2. Isu Strategis
Berdasarkan pasal 40 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008
tentang Tahapan,
Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; maka dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD harus dilakukan analisis isu-isu strategis.
Isu-isu strategis
daerah pada
dasarnya adalah
masalahpersoalan atau suatu hal
yang perluharus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh pemerintah daerah selang waktu
20 dua puluh tahun. Strategis tidaknya suatu isu tentu harus dinilai dari kerangka urgensi dan relevansi penanganannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Analisis lingkungan eksternal
menjadi salah satu basis penentuan isu srategis. Isu
strategis dimaksud antara lain dapat berasal dari
target pembangunan milenium Milennium Development GoalsMDG’ s, isu nasional kebijakan pembangunan
jangka panjang nasional-RPJPN, dan isu regional kebijakan
pembangunan jangka panjang regional-RPJPD Provinsi
Kepulauan Riau.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025
III -
a. Isu Internasional Milennium Development Goals-MDGs
Konsep MDGs muncul dengan pemikiran bahwa ada beberapa hal yang menjadikan masyarakat menjadi tetap rentan dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sehingga ditetapkan delapan tujuan
beserta target-target-nya
yang diharapkan
mampu membantu masyarakat keluar dari persoalan-persoalan yang
sangat mendasar. Konsep MDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan ke arah yang lebih adil bagi semua pihak,
baik untuk manusia dan lingkungan hidup, bagi laki-laki dan perempuan, bagi orangtua dan anak-anak, serta bagi generasi
sekarang dan generasi mendatang. Dalam
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Lingga
juga memperhatikan Millenium Development
Goals MDGs, yang terdiri dari: 1. Menghilangkan angka kemiskinan absolut dan kelaparan;
2. Memberlakukan pendidikan dasar yang universal; 3. Mengembangkan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan;
4. Menurunkan angka kematian anak; 5. Memperbaiki kesehatan maternal;
6. Memerangi HIVAIDS, malaria dan penyakit lainnya; 7. Menjamin kesinambungan lingkungan hidup; dan
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan.
b. Isu Nasional
Kebijakan Pembangunan
Jangka Panjang
Nasional-RPJPN 2005-2025
Review terhadap RPJPN bertujuan untuk mengetahui arah pembangunan nasional dan sasaran pembangunan pada setiap
tahapan lima tahunan. Pemahaman terhadap arah dan sasaran pembangunan jangka panjang akan memandu RPJPD Kabupaten Lingga
agar selaras
dengan cita-cita
bersama seluruh
rakyat Indonesia.