Maksud dan Tujuan ll PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025 I- 7 2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Kepulauan Riau. 3. Sebagai pedoman bagi masing-masing pelaku pembangunan yang bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

1.5 Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan;

berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan RPJPD, landasan hukum, dan hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya.

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah; menggambarkan kondisi

umum daerah mencakup aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

BAB III Analisis

Isu-isu Strategis; mengemukakan permasalahan pembangunan, isukebijakan internasional, nasional, regional dan isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Lingga.

BAB IV Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang; memuat

pernyataan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah.

BAB V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang; berisi

arah kebijakan pembangunan, sasaran pokok masing- masing arah kebijakan pembangunan dan tahapan pembangunan.

BAB VI Kaidah Pelaksanaan; berisi prinsip-prinsip kaidah

pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi hasil RPJPD.

Bab VII Penutup; merupakan penutup dari keseluruhan tulisan

tentang RPJPD Kabupaten Lingga. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 II-1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 20 dua puluhtahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua kerajaan melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan. Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka Malaysia, Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk