Analytical Hierarchy Process AHP Merancang Kuesioner

prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja.

3.5. Analytical Hierarchy Process AHP

Analytical Hierarchy Process AHP merupakan bagian dari teknik Multifaktor Decision Making, suatu metode kunatitatif untuk mengambil keputusan yang melibatkan lebih dari satu faktor atau kriteria 7 . Keistimewaan dari AHP adalah kemampuannya dalam hal pengambilan keputusan yang memasukan kriteria ganda, baik yang bersifat tangibel maupun intangibel, kuantitatif maupuin kulitatif. Metode ini juga memperhitungkan adanya konflik ataupun perbedaan pendapat. Pendekatan yang dilakukan dalam penggunaan metode Analytical Hierarchy Process AHP didasarkan atas dekomposisi, comperative judgment, synthesis of priority dan konsistensi logis.

3.6. Analytic Network Process ANP

8 Metode Analytic Network Process ANP merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Metode ANP mampu memperbaiki 7 Sri. Mulyono. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,Jakarta. 8 Vanany, Iwan. 2003. Aplikasi Analytic Network Process pada Perancangan Sstem Pengukuran Kinerja. Centre Business Exllence. Universitas Sumatera Utara kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif Saaty, 1999. Keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen inner dependence dan keterkaitan antar elemen yang berbeda outer dependence. Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks dibanding metode AHP. Pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan subkriteria yang dimilikinya. Ada 2 kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hierarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub kriterianya. Pada kontrol ini tidak terlalu membutuhkan struktur hierarki seperti pada metode AHP. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau cluster Saaty, 1996.

3.6.1. Pairwise Comparison Perbandingan Berpasangan

Sama halnya dengan metode AHP, dalam metode ANP perbandingan berpasangan merupakan salah satu pendekatan yang dikemukakan Thomas L. Saaty untuk menentukan kepentingan relatif antara alternatif-alternatif dan kriteria-kriteria yang ada satu sama lain. Dalam hal ini pengambil keputusan harus dapat memberikan pendapatnya tentang nilai dari perbandingan tersebut. Banyaknya perbandingan berpasangan yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara ∑ Perbandingan Berpasangan = n x Dimana : n = Jumlah alternatifkriteria Misalnya dalam contoh dibawah ini terdapat 3 alternatifkriteria maka akan terdapat 3 x perbandingan berpasangan. Skala yang digunakan untuk perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya. 5 Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya. Bukti yang menyokong elemen satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan. Sumber: Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Thomas L. Saaty, 1993 Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal , artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka Universitas Sumatera Utara elemen j harus sama dengan 13 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah nn-12 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Sebagai contoh, membandingkan fungsi yang ada pada monitor komputer Samsung dengan merk LG, dan Acer. Melalui pengumpulan data diperoleh bahwa fungsi pada monitor komputer Samsung sedikit lebih banyak daripada LG, dan monitor LG lebih banyak fungsinya daripada Acer. Sedangkan monitor Samsung lebih fungsional dari Acer. Maka data-data tersebut disusun dalam matriks perbandingan berpasangan yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Matriks Perbandingan Berpasangan Fungsi Acer Samsung LG Acer 1 3 2 Samsung 13 1 15 LG ½ 5 1 Matriks perbandingan berpasangan ini dilakukan setelah selesai dengan pembuatan kriteria dan alternatifnya. perbandingan berpasangan ini digunakan untuk membandingkan suatu tingkat kepentingan dari 2 elemen alternatif dengan melihat tanggapan dari elemen ketiga kriteria. Melalui model ini diperlukan Universitas Sumatera Utara suatu tingkat perbandingan dengan tingkat kepentingan dari elemen lainnya. Kemudian jumlahkan semua nilai di dalam masing-masing kolom matriks perbandingan berpasangan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Penjumlahan Nilai Per Kolom MBP Fungsi Acer Samsung LG Acer 1 3 2 Samsung 13 1 15 LG ½ 5 1 116 9 165 Bagi setiap nilai di masing-masing kolom matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah kolom yang sesuai, yang kemudian menghasilkan matriks normalisasi yang dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Matriks Normalisasi Fungsi Acer Samsung LG Acer 611 39 58 Samsung 211 19 116 LG 311 59 516 Hitung nilai rata-rata dari setiap matriks normalisasi, yang hasilnya disebut bobot lokal. Contohnya dapat dilihat pada tabel 3.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5. Perhitungan Bobot Lokal Fungsi Acer Samsung LG Bobot Lokal Acer 0,5455 0,3333 0,6250 0,5012 Samsung 0,1818 0,1111 0,0625 0,1185 LG 0,2727 0,5556 0,3125 0,3803 1,0000

3.6.2. Inconsistency

Keputusan perbandingan berpasangan yang diambil dikatakan perfectly consistent jika dan hanya jika Aij = Aik x Akj harus selalu benar untuk kombinasi perbandingan yang didapat dari matriks penilaian. Konsistensi yang sempurna jarang terjadi dalam prakteknya. Dalam matriks penilaian dianggap cukup konsisten jika rasio konsistensi CR kurang dari 10 . Indikator konsistensi diukur melalui Consistency Index CI yang dirumuskan : CI = Z maks – n n-1 Keterangan : n = jumlah item yang dibandingkan Z maks = harga rata-rata yang dihitung sebelumnya Jika CI = 0 maka pengambil keputusan adalah konsisten sempurna Universitas Sumatera Utara Pertanyaan berikutnya adalah seberapa jauh inkonsistensi tersebut dapat diterima. Untuk ini, bandingkan CI dengan indeks random yakni indeks konsistensi dari matriks komparasi pasangan secara random. Harga RI ditunjukkan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Harga Random Index N 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51 Sumber: Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Thomas L. Saaty, 1993 Jadi derajat inkonsistensi untuk komparasi pasangan pada matriks kriteria keputusan pada contoh terdahulu dihitung dengan rasio CI terhadap RI : CR = CI RI Dimana : CR : Consistency Ratio CI : Consistency Index RI : Random Consistency Index Jika nilai CR ≤ 0,1 maka dapat ditoleransi, sedangkan jika nilai CR 0,1 maka memerlukan revisi dari penerapan nilai perbandingan antar kriteria yang telah dibuat. Universitas Sumatera Utara

3.6.3. Perhitungan Rata-rata

Geometric Rata-rata geometric geometric mean merupakan titik tengah antara kedua pendapat pengambil keputusan yang berbeda. Setelah hasil pengisian kuesioner dari tiap decision making teruji konsistensinya maka hasil pengisian tersebut layak untuk disatukan melalaui rata- rata geometric dari tiap-tiap pertanyaan tersebut. Perhitungan rata-rata geometric dapat dilakukan dengan rumus: m ij ij ij ij h x h x h h ....  Dimana : m = Jumlah responden Nilai dari rata-rata geometric inilah yang digunakan untuk melakukan pembobotan.

3.6.4. Menghitung Supermatriks

9 Asumsikan bahwa sebuah sistem yang memilki N cluster atau komponen dimana elemen-elemen dalam tiap komponen saling beroteraksi atau memilki pengaruh terhadap beberapa atau seluruh elemen dari komponen yang lain. Jika komponen h dinotasikan dengan C h, dimana h = 1,..., N, memiliki n h elemen, yang dinotasikan dengan e h1 , e h2 , ... e hnh . Pengaruh dari satu set elemen dalam satu komponen pada elemen yang lain dalam suatu sistem dapat digambarkan dari 9 Vargas, Saaty, T.L, Luis G. 2006. Decision Making With The Analytic Network Process, Economic, Political, Social and Technoloical Applications with Benefits, Oppurtunities, Cost and Risk. Springer. Pittsburg. Universitas Sumatera Utara bobot yang diturunkan dari perbandingan berpasangan. Pengaruh dari elemen yang satu terhadap elemen yang lain dapat diahadirkan kedalam supermatriks. Format tabel supermatriks tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Format Tabel Supermatriks Supermariks yang diperoleh merupakan supermatriks tidak terbobot unweight supermatrix . Oleh karena itu, perlu dibobotkan dengan mengalikan nilai pada setiap blok dengan bobot cluster yang memiliki jumlah nilai 1satu pada setiap kolomnya sehingga menjadi supermatriks terbobot weight supermatrix. Supermatriks terbobot merupakan supermatriks stokastik, dimana jumlah pada setiap kolom sebesar satu. Untuk mendapatkan nilai bobot yang stabil limiting matrix, supermatriks terbobot dipangkatkan sampai mencapai kestabilan. Stabil artinya nilai disetiap kolom yang satu dengan kolom yang lain sudah sama. Cara melakukan limitng matrix adalah dengan mengkuadaratkan supermatrik tebobot secara terus-menerus, W k k=1, 2...n. Sampai nilai-nilai di setiap kolomnya konvergen ke angka yang sama. Universitas Sumatera Utara

3.7. Teknik Sampling

10 Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom sampingnonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling , setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya karena jauh tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 nol. Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan 10 Mustafa. Hasan. 2000. Teknik Sampling, www.google.com Universitas Sumatera Utara pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol. Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak random sampling dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

3.7.1. NonprobabilityNonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak

Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara

1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan

kemudahan . Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample man-on-the-street Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak random. Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

2. Purposive Sampling

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling. a. Judgment Sampling Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan Universitas Sumatera Utara informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”. Dalam program pengembangan produk product development, biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. b. Quota Sampling Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60 dan perempuan 40 . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3. Snowball Sampling Sampel Bola Salju

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita Universitas Sumatera Utara lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif tertutup.

3.8. Merancang Kuesioner

11 Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan formal secara tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden. Sebagai instrumen, kualitas kuesioner bergantung pada seberapa baik kuesioner tersebut memenuhi fungsi dasarnya, yaitu mengumpulkan data. Oleh karena itu, kualitas kuesioner bergantung pada seberapa baik kualitas data yang diperoleh. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kuesioner berkualitas, yaitu sebagai berikut: 1. Apa yang mau ditanyakan item Apa yang mau ditanyakan bergantung pada data atau informasi apa yang dicari. Menurut Maholtra, ada tiga jenis informasi yang bisa diperoleh melalui kuesioner, yaitu: a. Informasi dasar, yaitu informasi yang berkaitan langsung dengan masalah riset studi pendahuluan dan studi literatur. Misalnya, kita ingin meneliti 11 Bilson. Simomoara. 2004. Riset Pemasaran. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Universitas Sumatera Utara kepuasan nasabah. Informasi dasarnya adalah semua informasi yang berkaitan dengan kepuasan tersebut. b. Informasi klasifikasi, terdiri dari karakteristik demografi dan sosial ekonomi responden. Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan profil responden. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan antara nasabah pria dan wanita, maka informasi ”jenis kelamin” berfungsi sebagai informasi klasifikasi. c. Informasi identifikasi, yaitu menyangkut nama, alamat, nomor telepon atau apa saja yang bisa dihubungi. Adakalanya informasi identifikasi tidak disertakan bila informasi bersifat rahasia atau bila riset bersifat sensitif. Selain itu, bagi sebagian responden informasi identifikasi dapat mengganggu privasi yang mengakibatkan kerjasama responden lebih sulit diperoleh ataupun responden tidak memberikan informasi yang objektif. 2. Struktur Pertanyaan Berdasarkan struktur, pertanyaan-pertanyaan kuesioner dapat dibedakan menjadi pertanyaan tidak terstruktur, yang disebut juga pertanyaan terbuka, adalah bentuk pertanyaan dimana responden bebas memilih jawaban. Responden dapat dstimulasi untuk memberikan jawaban seluas-luasnya sehingga menambah pemahaman peneliti tentang topik penelitian. Pertanyaan terstruktur adalah betuk pertanyaan dimana alternatif jawaban sudah tersedia. Responden tinggal memilih mana jawaban yang paling sesuai bagi dirinya. responden tidak memilki peluang untuk memberikan jawaban Universitas Sumatera Utara dilluar pilihan jawaban yang tersedia. Oleh karena itu, pertanyaan terstruktur disebut juga pertanyaan tertutup. 3. Pemilihan Kata Pemilihan kata perlu diperhatikan dalam membuat pertanyaan. Untuk membuat pertanyaan yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu isu harus jelas, gunakan kata-kata biasa dan tidak bercabang, hindari pertanyaan yang menggiring, hindari alternatif tidak langsung, hindari asumsi tidak langsung, hindari estimasi dan generalisasi serta gunakan pertanyaan yang positif dan negatif Dalam merancang kuesioner, terdapat beberapa tahap yang dapat menjadi pedoman. Tahapan tersebut dapat dilihat sebagai berikut 12 : 1. Menentukan kebutuhan informasi Langkah ini dilakukan untuk membantu meninjau komponen-komponen pendekatan dan masalah serta memperjelas gagasan akan populasi yang menjadi targetnya. 2. Menentukan jenis metode untuk mewawancarai Langkah ini mempengaruhi rancangan kuesioner di mana perlu mempertimbangkan cara melakukan administrasi pengumpulan data. Beberapa metode yang dapat dipilih meliputi wawancara secara personal, melalui surat yang dikirimkan, melalui telepon, dan e-mai atau internet. 12 Dudi. Anandya Heru. Suprihadi. 2005. Riset Pemasaran. Penerbit Bayumedia Publishing, Malang. Universitas Sumatera Utara 3. Menentukan isi pertanyaan secara individual. Langkah ini membutuhkan keterampilan dalam berbahasa guna merangkai berbagai kata menjadi sebuah kalimat yang dapat memberikan makna secara tepat dan jelas. 4. Menghindari ketidaksesuaian responden dalam menjawab Cara yang bisa ditempuh adalah menciptakan suasana kondusif saat melakukan wawancara, sifat pembicaraan mempunyai maksud yang bisa diterima responden dan menghindari bentuk informasi yang sensitif bagi keberadaan responden. 5. Memilih struktur pertanyaan Struktur pertanyaan dapat dibagi atas pertanyaan terstruktur dan tidak terstruktur. Pertanyaan tidak terstruktur diserahkan sepenuhnya secara bebas pada responden untuk menjawabnya. Pada pertanyaan terstruktur telah tersedia alternatif jawaban sehingga para responden hanya perlu memilih diantara alternatif jawaban yang ada. 6. Memilih kata-kata yang hendak disusun menjadi pertanyaan Keputusan memilih kata-kata menjadi kalimat pertanyaan merupakan sesuatu yang kritikal dalam mengembangkan kuesioner. Bila pilihan kata-katnya miskin, maka responden akan bingung menjawabnya sehingga tidak ada tenggapan dan akhirnya terjadi bias. 7. Menyusun pertanyaan dengan urutan yang sesuai Dalam langkah ini, perlu mempertimbangkan secara berurutan susunan seperangkat pertanyaan, yakni pertanyaan pembuka, tipe informasi yang Universitas Sumatera Utara hendak didapatkan dalam kuesioner, pertanyaan yang sukar, akibat dari pertanyaan yang berurutan dan penjenjangannya logis. 8. Mengidentifikasi bentuk kuesioner Format, ruang dan posisi pertanyaan-pertanyaan yang hendak disusun dapat mempengaruhi perolehan informasi secara signifikan. Selain itu, penyajian susunan pertanyaan di dalam kuesioner diharapkan mengandung nilai seni agaar dapat menarik perhatian para responden ketika memberikan tanggapan. 9. Memperbanyak kuesioner Langkah ini diperlukan untuk mengadministrasi kuesioner dan mempengaruhi hasil pengumpulan kuesioner yang siap untuk keperluan analisis data. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah kertas yang dipakai untuk menggandakan kusioner, perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan- tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Mandheling Gayo Intrnasional yang terletak di Jl. Pertanahan No 61, Patumbak. Penelitian dilakukan pada ± 1 bulan yaitu pada bulan Maret 2010.

4.2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari sifat penelitian, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif Deskriptif Research, yaitu penelitian yang tujuannya berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah prestasi kerja karyawan perusahaan pada PT. Mandheling Gayo Internasional. Universitas Sumatera Utara