Masa Inkubasi Cara Penularan Penyakit Malaria Pencegahan Malaria

15 Derajad anemia tergantung pada spesies parasit Plasmodium yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria kronis. Jenis anemia yang disebabkan oleh penyakit malaria adalah anemia hemolitik, anemia hormokrom, dan anemia normositik. Pada serangan akut hemoglobin turun secara mendadak Sorontou, 2013.

2.1.1.3 Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Plasmodium yang menginfeksi organ ini dapat difagosit oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini dapat menyebabkan limpa membesar. Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria kronis. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah berwarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid hati. Eritrosit yang tampaknya normal dan mengandung parasit dan granula hemozoid tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid hati. Pada malaria kronis, jaringan ikat semakin bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras Sorontou, 2013.

2.1.2 Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium lihat Tabel 2.1. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik. Universitas Sumatera Utara 16 Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria Jenis Plasmodium Masa Inkubasi rata-rata P. Falciparum 9-14 hari 12 P. Ovale 16-18 hari 17 P. Vivax 12-17 hari 15 P. Malariae 18-40 hari 28 P. Knowlesi 10-12 hari 11 Sumber: Permenkes RI No. 5 Tahun 2013

2.1.3 Cara Penularan Penyakit Malaria

Penularan penyakit malaria terjadi secara alamiah dan tidak alamiah: 1. Penularan secara alamiah, malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Jumlah nyamuk Anopheles sebanyak 80 spesies, dan kurang dari 16 spesies menjadi vektor penyebar malaria di Indonesia. Bila nyamuk Anopheles betina yang berinfeksi malaria yang mengandung sporozoid menggigit manusia sehat, orang tersebut akan menderita malaria. 2. Malaria bawaan kongenital terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria dan penularannya melalui plasenta atau tali pusat. Secara mekanik, penularan terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik dan hal ini banyak terjadi pada para morfinis. Penularan peroral atau melalui mulut merupakan cara penularan yang pernah dibuktikan pada burung dan ayam. Pada umumnya, penularan pada manusia juga berasal dari masusia lain yang sakit malaria. Baik asimtomatik maupun simtomatik Sorontou, 2013.

2.1.4 Pencegahan Malaria

Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat, dengan cara sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 17 1. Mengobati penderita dan penduduk yang peka dan pendiam di daerah endemik 2. Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena agens tersebut mampu memberantas bentuk gametosit malaria, akan tetapi hindari penggunaan obat tersebut secara massal karena efek sampingnya 3. Memberi pengobatan profilaksis pada individu yang akan memasuki daerah endemis malaria 4. Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularannya menggunakan insektisida 5. yang sesuai, dengan cara memusnahkan sarang nyamuk Anopheles 6. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repelent yang diusapkan pada kulit, jika berada diluar rumah pada malam hari Sorontou, 2013.

2.2 Epidemilogi Malaria

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 16

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 9

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 1 40

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 5

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 6

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8