Imunitas Alamiah Imunologi Parasit Malaria

31 melibatkan hampir seluruh komponen sistem imun, baik imunitas spesifik maupun nonspesifik, imunitas humoral maupun seluler yang timbul secara alami maupun di dapat sebagai akibat infeksi. Selain itu, imunitas spesifik tampaknya muncul lambat dan hanya bersifat jangka pendek serta barangkali tidak ada imunitas yang permanen. Imunitas bawaan atau alamiah dan yang didapat mungkin dihasilkan pada penderita malaria Sorontou, 2013.

2.3.1 Imunitas Alamiah

Sebagian besar imunitas alamiah terhadap malaria merupakan mekanisme nonimunologis berupa kelainan genetik pada eritrosit atau hemoglobin Hb. 1. Hb S Sickle cell Trait Kelainan ini timbul karena adanya penggantian asam amino valin dengan asam amino glutamat pada posisi 57 dari rantai hemoglobin. Bentuk heterozigot dapat mencegah timbulnya malaria berat, namun tidak melindungi tubuh dari infeksi. Mekanisme perlindungannya belum jelas, diduga karena eritrosit Hb S yang terinfeksi parasit lebih mudah dirusak di sistem retikuloendotelial danatau penghambatan pertumbuhan parasit akibat tekanan O 2 intraeritrosit rendah serta perubahan kadar kalium intrasel yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit, atau karena adanya akumulasi bentuk heme tertentu yang toksik bagi parasit. 2. Hb C Kelainan ini banyak terdapat di negara-negara Afrika Barat dan timbul akibat pergantian asam amino glutamat dengan lisin pada posisi 6 rantai hemoglobin. Bentuk homozigot dapat menghambat merozoit keluar dari eritrosit. Sering pula dijumpai kelainan gabungan Hb S dan Hb C Hb SC. Universitas Sumatera Utara 32 3. Hb E Kelainan ini merupakan varian Hb yang paling umum dijumpai di dunia dan banyak terdapat di Asia Tenggara. Hb E terjadi karena mutasi tunggal, yaitu asam amino glutamin diganti dengan lisin pada posisi 26 dari rantai globin. Mekanisme perlindungannya belum jelas, mungkin karena eritrosit Hb E yang terinfeksi Plasmodium lebih mudah difagositosis oleh sistem imun. 4. Talasemia Talasemia merupakan kelainan herediter yang mekanisme perlindungannya belum jelas, mungkin karena eritrosit penderita talasemia bila terinfeksi plasmodium lebih banyak mengekspresikan antigen pararit dipermukaan selnya sehingga dapat mengikat eritrosit penderita talasemia yang banyak mengandung Hb F yang kurang menyokong pertumbuhan parasit. 5. Defisiensi Glucose-6 Phosphat Dehydrogenase G6PD Enzim G6PD adalah enzim yang memberi perlindungan tubuh manusia terhadap malaria dan hal ini banyak tampak pada wanita yang heterozigot. Akan tetapi, mekanisme perlindungannya belum jelas, mungkin karena parasit harus beradaptasi untuk tumbuh pada dua populasi eritrosit dengan defisiensi enzim G6DP dan eritrosit dengan enzim normal yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit. 6. Ovalositosis Herediter Merupakan kelainan bentuk sitoskeleton eritrosit yang diturunkan secara autosomal dominan untuk memberi perlindungan tubuh terhadap malaria. Universitas Sumatera Utara 33 Mekanisme perlindungan tubuh terjadi karena membran eritrisit ovalositosis yang kaku lebih tahan terhadap masuknya merozoit.

2.3.2 Imunitas Nonspesifik

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 16

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 9

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 1 40

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 5

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 6

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8