Lingkungan Environment Epidemilogi Malaria

28 berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Dalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon. Pembelahan inti skizon menghasilkan merozoit di dalam satu sel hati. Siklus eritrositik dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah merah. Merozoit berubah bentuk menjadi tropozoit. Tropozoit tumbuh menjadi skizon muda yang kemudian matang menjadi skizon dan skizon matang dan membelah menjadi banyak merozoit. Kemudian sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan residu keluar serta masuk ke dalam plasma darah. Parasit ada yang masuk ke sel darah merah lagi untuk mengulang siklus skizoni. Beberapa merozoit yang memasuki eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit, yaitu stadium seksual. Pada waktu masuk ke dalam tubuh manusia, parasit malaria dalam bentuk sporozoit Susana,2011.

2.2.4 Lingkungan Environment

Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap parasit malaria di suatu daerah. Lingkungan terbagi menjadi lima bagian : 1. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik yang mempengaruhi perkembangan vektor nyamuk adalah kondisi suhu, udara, musim, kelembaban udara, cuaca hujan, hujan panas, angin, sinar matahari, arus air dan kondisi geografis serta geologinya. Selain itu, iklim juga mempengaruhi ada atau tidaknya parasit malaria. Di daerah yang beriklim dingin, transmisi parasit malaria tidak dapat terjadi, namun transmisi tersebut terjadi pada musim panas. Masa inkubasi parasit malaria dapat terpengaruh oleh iklim. Di daerah yang kurang baik untuk biologi vektor, Universitas Sumatera Utara 29 kemungkinan terjadi infeksi parasit malaria lebih kecil. Daerah pegunungan pada umumnya bebas malaria. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan tempat perindukan vektor. Hal ini sangat memengaruhi keadaan malaria dan dapat berdampak positif atau negatif terhadap keadaan malaria di daerah tersebut. Suhu udara, kelembaban, dan curah hujan merupakan faktor untuk transmisi penyakit malaria Sorontou, 2013. 2. Lingkungan Biologi Lingkungan biologi terdiri atas ikan pemakan jentik nyamuk atau tumbuh- tumbuhan yang berfungsi sebagai biokontrol. Ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan kepala timah, ikan mujair, ikan mas, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya dapat digunakan biokontrol larva atau jentik nyamuk. Kolam ikan bandeng merupakan man made breeding palces untuk Anopehles sundaicus, sedangkan pengolahan sawah yang terus-menerus merupakan man made breeding places untuk Anopheles aconitus. Selain itu, berbagai aktivitas pembangunan dapat menyebabkan terjadinya man made breeding places untuk vektor nyamuk, sehingga keadaan dapat memburuk dengan adanya pembangunan. 3. Lingkungan Sosial Ekonomi Lingkungan sosial ekonomi meliputi kepadatan penduduk, stratifikasi sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, dll, nilai-nilai sosial, dan kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan parasit malaria. 4. Lingkungan Sosial Budaya Sosial budaya berhungan dengan kebiasaan hidup di luar rumah. Individu yang memiliki kebiasaan hidup di luar rumah berpeluang digigit nyamuk lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di dalam rumah. Akan tetapi, peluang Universitas Sumatera Utara 30 untuk digigit pun tinggi bila tempat tinggal atau rumah tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Faktor ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya. Prinsipnya ialah menciptakan keadaan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk dimana adanya kebiasaan hidup yang membuat tempat perindukan nyamuk seperti membiarkan tergenangnya air di pekarangan dan jarang membersihkan tempat tinggal Azwar, A. 2002. 5. Lingkungan Kimia Aliran air yang diberi insektisida seperti abate memang pada awalnya membunuh jentik nyamuk. Akan tetapi, jentik yang mampu bertahan dapat berkembang menjadi spesies nyamuk atau Aedes yang kebal terhadap senyawa insektisida, suhu, udara, kelembaban, curah hujan merupakan faktor penting untuk transmisi penyakit malaria.

2.3 Imunologi Parasit Malaria

Menurut Sorontou 2013, imunologi berasal dari kata “imunis” yang berarti daya tahan tubuh dan “logos” adalah ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem imunitas dalam tubuh. Sistem imunitas melibatkan kumpulan sel, jaringan, dan molekul yang aktif dalam kegiatan tubuh. Sistem tersebut membentuk pertahanan tubuh terhadap infeksi yang menyerang tubuh atau terhadap bahan yang merugikan tubuh. Imunitas atau kekebalan pada malaria merupakan keadaan imun atau kebal terhadap infeksi yang berhubungan dengan proses penghancuran parasit atau dapat juga terhadap pertumbuhan parasit serta perkembangbiakannya. Secara umum, dikatakan bahwa imunitas terhadap malaria sangat kompleks karena Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 16

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 9

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 1 40

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 5

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 6

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8