83
Grafik 4.16 Hubungan Temperatur Udara dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014
Berdasarkan grafik 4.16 dapat dilihat hubungan antara temperatur udara pertahun dengan kejadian malaria pertahunnya. Berdasarkan grafik tersebut
diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara temperatur udara dengan kejadian malaria dan berpola negatif yang artinya semakin tinggi
temperatur udara maka kasus malaria semakin rendah atau sebaliknya.
4.10 Analisis Regresi Linier Sederhana
Yasril 2009 menyatakan variabel yang menjadi kandidat model regresi linear sederhana adalah variabel dengan p0,25. Berdasarkan kriteria tersebut
variabel independen yang memungkinkan untuk dianalisa lanjut menggunakan uji regresi linear adalah variabel temperatur udara pertahun selama tahun 2010
sampai tahun 2014. Ukuran yang penting dan sering digunakan dalam analisis regresi adalah koefisien determinasi atau disimbolkan R2 R Square. Koefisien
determinasi dapat dihitung dengan mengkuadratkan nilai r, atau dengan formula R2=r2. Koeifisien determinasi berguna untuk mengetahui seberapa besar variasi
variabel dependen Y dapat dijelaskan oleh variabel independen X. atau dengan kata lain R2 menunjukkan seberapa jauh variabel independen dapat memprediksi
variabel dependen.Semakin besar nilai R square semakin baiksemakin tepat variabel independen memprediksi variabel dependen. Besarnya nialai R square
antara 0 s.d. 1 atau antara 0 s.d. 100 Hastono, S 2006.
Universitas Sumatera Utara
84 Berikut adalah persamaan regresi linier sederhana variabel temperatur
udara yang dilihat pertahun selama tahun 2010 sampai 2014.
a.
Hasil analisis regresi linier sederhana variabel temperatur udara dengan kasus malaria
Variabel r
R
2
Persamaan Regresi P value
Temperatur Udara
0,886 0,785
Y= 45086,663+- 1702,053X
1
0,045
Keterangan : Y = kasus malaria X
1
= Rata-rata temperatur udara Dari tabel diatas diketahui p value lebih besar dari pada alpa 0,05 yaitu
sebesar 0,045 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau signifikan secara statistik. Hubungan antara temperatur udara dengan kejadian
kasus malaria menunjukkan hubungan kuat r=0,886 dan berpola positif, artinya peningkatan suhu udara sebesar 1
C menurunkan kasus malaria sebesar 1702,053 dan nilai R squere 0,785, artinya sebesar 78,5 variasi temperatur dapat
menjelaskan kasus malaria.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Kasus Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2010-2014
Penyakit malaria selalu ada sepanjang tahun di Kabupaten Tapanuli Tengah, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kasus
malaria selalu berfluktuasi dari bulan ke bulan dan dari tahaun ke tahun. Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan selama 5 lima tahun terakhir
jika dilihat dari jumlah kasus perbulannya, diketahui bahwa rata-rata kasus malaria tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 481,6 kasus, bulan Desember yaitu
479,2 dan pada bulan Nopember yaitu 403,2 kasus. Rata-rata kejadian malaria yang terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 287, 2.
Kasus tertinggi terjadi pada bulan Juni, Desember dan bulan Nopember hal tersebut dapat dikarenakan pada bulan Juni merupakan pertengahan tahun
dimana pada bulan tersebut menjadi masa peralihan dari musim panas yang terjadi mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni sedangkan cuaca pada bulan
Juni termasuk tinggi terlihat dari data Temperatur udara perbulan yaitu 26,56 C,
temperatur tersebut merupakan temperatur optimum untuk pertumbuhan nyamuk Anopheles sehingga kejadian kasus juga tinggi Achmadi, 2014.
Universitas Sumatera Utara