Pengaruh Iklim Terhadap Kejadian Malaria

46 terjadinya gelombang panas. Selain itu juga terjadi kejadian alam yang ekstrim seperti badai, banjir, kekeringan, dan angin topan yang dapat merugikan kesehatan manusia dalam banyak cara yang bervariasi. Dampak kesehatan yang tidak langsung yang terjadi akibat perubahan iklim antara lain, terjadinya gangguan atau permasalah dalam produksi dan suplai makanan. Menurunnya panen bahan makanan pokok seperti sereal diperkirakan 790 juta jiwa akan terancam kekurangan nutrisi. Selain berdampak terhadap produksi dan suplai bahan pangan, perubahaniklim global ini juga berdampak pada berubahnya pola penularan beberapa penyakit terhadap manusia. Terdapat dua kelompok penyakit yang berpotensi mengalami pola penyebaran terkait dengan perubahan iklim ini, yaitu penyakit yang ditularkan lewat vektor dan penyakit yang ditularkan lewat air Rose,dkk,2001; WHO, 2003. Akibat perubahan iklim terdapat beberapa penyakit yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain. Virus West Nile pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1937. Penyakit tropis ini memasuki negara Amerika pada tahun 1999. Pada tahun 2010 penyekit tersebut sudah menyebar di beberapa negara Inggris dan Kanada . Pemanasan suhu dan kedatangan awal musim semi telah terlibat dalam penyebab wabah . Penyakit yang di tularkan vektor nyamuk lain yang kemungkinan akan bergerak ke utara adalah demam berdarah . penyakit jahat dan kadang-kadang fatal ini muncul di Florida pada 2010. Wabah sesekali terjadi di perbatasan Texas dengan Meksiko Weaver , A. 2011 .

1.5.2 Pengaruh Iklim Terhadap Kejadian Malaria

Menurut Achmadi 2008, iklim dapat mempengaruhi ekosistem, habitat binatang penular penyakit, bahkan tumbuh kembangnya koloni kuman secara Universitas Sumatera Utara 47 alamiah. Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit. Timbulnya demam berdarah, malaria sering dikaitkan dengan curah hujan dan kelembaban. Di samping itu adanya peningkatan suhu global mengakibatkan perubahan pola transmisi beberapa parasit dan penyakit baik yang ditularkan langsung maupun yang ditularkan oleh serangga. Sebagai contoh, penyebaran nyamuk penular demam berdarah dengue, malaria dan yellow fever akan lebih ke utara atau keselatan katulistiwa seiring dengan pemanasan global. Iklim dan kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan vektor-vektor penyebar penyakit dan terjadi perubahan pada masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk. Contohnya, suhu lingkungan yang lebih hangat akan menyebabkan lebih cepatnya pengaktifan virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Penelitian telah menunjukkan adanya keterkaitan antara curah hujan dan penyakit yang disebabkan oleh vektor yang berkembang di air, atau vektor yang tergantung pada ketersediaan air untuk berkembang biak. Vektor tersebut antara lain adalah nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit malaria, demam berdarah, dan yellow fever. Banyak bukti yang telah menunjukkan adanya keterkaitan perkembangan nyamuk dan curah hujan. Penyakit jenis ini lebih sering dikenal dengan istilah vektor borne disease, atau penyakit yang ditularkan melalui vektor atau hewan serangga seperti nyamuk. Fluktuasi dan peningkatan suhu mempengaruhi siklus hidup nyamuk yang semakin singkat. Selain itu juga suhu juga mempengaruhi masa inkubasi pathogen seperti parasit malaria, virus dengue. WHO, 2003. Universitas Sumatera Utara 48 Perubahan iklim dapat juga merubah pola hujan bisa menyebabkan terjadinya banyak tempat untuk perindukan nyamuk. Vektor borne diseases yang menjadi perhatian terkait dengan perubahan iklim adalah penyakit malaria, demam berdarah dengue, dan yellow fever. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak terdahap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hewan pengerat rodent-borne diseases dan penyakit diare. WHO, 2003;Heines et al., 2006. Pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim menyebabkan daratan tinggi menjadi lebih hangat, ini menyebabkan spesies nyamuk penyebar malaria dapat berpindah ke tempat yang lebih tinggi dan berkembang biak. Maka daratan tinggi yang tadinya dahulu tidak terjangkiti malaria mulai menemukan masalah baru. Kasus malaria di daerah tropis meningkat pesat. Setiap tahun setidaknya 200 juta orang terjangkit malaria dan dari jumlah itu sekitar 2 juta orang meninggal. Sebagian besar adalah anak-anak yang tinggal di daerah tropis dan subtropis, termasuk Afrika tengah, Amerika Selatan dan Indonesia Sejati, 2011. Perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan tempat perindukan vektor, sangat berpengaruh terhadap keadaan malaria dan dapat mempunyai dampak yang positif atau negatif terhadap keadaan malaria di daerah itu. Suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan merupakan faktor penting untuk transmisi malaria. Di Indonesia curah hujan dan kepadatanpopulasi nyamuk vektor mempunyai pengaruh yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Di Jawa Barat ditemukan pengaruh curah hujan terhadap kepadatan nyamuk, sedangkan di Jawa Tengah ditemukan sebaliknya. Tingginya Universitas Sumatera Utara 49 curah hujan dapat mempengaruhi meningkatnya tempat penampungan air yang cocok untuk tempat perindukan vektor malaria. Dilaporkan juga siklus el nino dapat berkaitan dengan meningkatnya risiko terhadap malaria Susanto, dkk, 2009. Menurut penelitian Suwito,dkk 2010 tentang “Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria” di Rajabasa Lampung Selatan menyatakan bahwa, suhu tidak ada hubungan dengan penyakit malaria, sedangkan kelembaban udara memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan nyamuk Anopheles per orang per malam MBR, dan terdapat hubungan yang bermakana antara curah hujan dengan kepadatan Nyamuk Anopheles MBR. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Anopheles maka semakin besar kasus malaria pada bulan berikutnya.

2.6 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 16

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 9

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 1 40

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 5

Hubungan Iklim (Temperatur, Kelembaban, Curah Hujan, Hari Hujan dan Kecepatan Angin) dengan Kejadia Malaria di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010-2014

0 0 6

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8