Integrity atau integritas Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi .1 Karakter Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi

33 masa Toyotomi Hideyoshi, Jepang sedang mengalami zaman peperangan. Perang antar daimyo yang ingin memperebutkan kekuasaan. Akibat dari perang yang berlangsung selama seabad lamanya menjadikan rakyat Jepang sengsara. Ia mengininkan perdamaian di Jepang agar tidak ada kesengsaraan yang melanda rakyat. Hal ini yang terlihat pada cuplikan berikut “Saat selesai menciptakan perdamaian di Jepang,” Kemudian visi yang lebih besar lagi ingin dicapai oleh Toyotomi Hideyoshi. Yaitu memperbesar kekuasaanya setelah negara Jepang bersatu. Setelah negara Jepang bersatu dan damai antar sesama daimyo ia ingin memperluas kekuasaannya ke negara tetangga yaitu China dan Korea. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut ,“aku akan menyerahkan kepemimpinan kepada Hidenaga lalu berkonsentrasi menaklukkan Korea dan China”. Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organinasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran Makawimbang, 2014:27.

2. Integrity atau integritas

Integritas merupakan salah satu karakter kepemimpinan yang dimilki oleh Toyotomi Hideyoshi dalam biografi The Swordles Samurai yang di tunjukkan dalam cuplikan berikut : Cuplikan 1 hal. 123 : Malam harinya, diam-diam aku masuk ke kamar tamu tempat Jirozaemon tidur. “Aku sudah berjanji bahwa aku takkan menyakitimu jika kau bergabung Universitas Sumatera Utara 34 dengan kami”,bisikku. “Sekarang, untuk sebuah alasan yang tidak mengerti, Lord Nobunaga sudah memerintahkan untuk membunuhmu. Aku tidak bisa menolak perintah tuanku sendiri, tapi aku juga tidak bisa mengingkari kata-kataku. Tidak ada jalan lain: hidupku ada di tanganmu. Analisis : Bunuhlah aku dan Lord Nobunaga akan berfikir bahwa aku mati saat menjalankan perintahnya. Kau akan melarikan diri dan meraih kebebasanmu, janjiku kepadamu tidak pernah teringakari.” Pada cuplikan di atas terlihat bahwa Toyotomi Hideyoshi sangat konsisten terhadap ucapannya. Ia telah berjanji kepada mantan musuhnya yang sekarang telah menjadi sekutu, seperti cuplikan berikut ini “Aku sudah berjanji bahwa aku takkan menyakitimu jika kau bergabung dengan kami”. Ia tidak ingin ucapannya hanya sekedar omong kosong belaka. Ia merelakan dirinya dibunuh agar janjinya dapat terpenuhi. Hal ini terlihat dari cuplikan berikut “Aku tidak bisa menolak perintah tuanku sendiri, tapi aku juga tidak bisa mengingkari kata-kataku. Tidak ada jalan lain: hidupku ada di tanganmu.” Seorang pemimpin yang baik harus memiliki intergritas, jika tidak maka pemimpin tersebut akan memjadi pemimpin yang menyusahkan para bawahan. Seorang pemimpin yang memiliki sikap intregritas maka para bawahan akan hormat kepadanya. Intergritas adalah memahami kewajiban moral dan kejujran, berkemauan untuk ikut serta dalam pendapatan tujuan bersama, berkemampuan untuk menetapkan standarnorma tingkah laku pribadi yang akan menhasilkan sikap hormat dari orang lain Millet dalam Sunindhia dan Widiyanti 1993 : 64. Universitas Sumatera Utara 35

3. Dedication atau dedikasi