36 melihat pengorbananku demi kenyamanannya, ia terharu. Tidak lama kemudian
aku memperoleh kenaikkan pangkat yang signifikan”. Toyotomi Hideyoshi melakukan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai
pembawa sandal Lord Nobunaga. Toyotomi Hideyoshi bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang diembankan kepadanya, ia tidak menganggap remeh
pekerjaannya sebagai pembawa sandal. Sehingga Lord Nobunaga yang melihat hal tersebut menaikkan pangkat Toyotomi Hideyoshi. Seperti yang di jelaskan
Halaka dalam Suparno Sudarwan Danim 2012:127 bahwa dedikasi adalah menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.
4. Humality atau Rendah Hati
Berikut karakter kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang rendah hati dalam biografi The Swordless Samurai ditunjukkan dalam cuplikan berikut :
Cuplikan 1 hal. 134-135 :
Saat kelangsungan sebuah organisasi berada dalam saat genting, banyak pemimpin ingin menghemat uang semaksimal mungkin setiap pesernya dihemat.
Mereka memotong biaya ketingkat yang paling rendah, terutama bila berhubungan dengan kebutuhan pekerja kelas bawah. Beberapa pesaingku bahkan
hanya memberi para pembantu mereka cukup dengan makan agar keesokkan harinya masih hidup, memperlakukan mereka tak ubahnya binatang pembawa
beban. Tapi aku tidak pernah mengambil jalan itu. Sebaliknya, aku memperlakukan pengikutku seperti keluarga sendiri,dan
memastikan mereka ke medan perang dalam keadaan kenyang. Sebelum
Universitas Sumatera Utara
37 pertempuran shizugatake, aku membelanjakan persedian nasi dalam jumlah besar,
cukup untuk memberi makan 50.000 orang lebih. Tak seorangpun yang mempertaruhkan nyawa dibawah komandoku akan mati kelaparan. Selain itu aku
belajar dari pengalaman pribadi bahwa semboyan kuno’tentara bertempur dengan perutnya’memang benar adanya.
Analisis :
Berdasar cuplikan yang tergambar di atas Toyotomi Hideyoshi merupakan sosok pemimpin yang memiliki karakter rendah hati. Sebagai pemimpin Toyotomi
Hideyoshi tidak pernah lupa bahwa bawahannya juga merupakan manusia yang memerlukan kebutuhan hidup. Toyotomi Hideyoshi tidak seperti para rekan
daimyo pesaingnya yang lain yang semana-mena terhadap bawahannya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut “Beberapa pesaingku bahkan hanya memberi
para pembantu mereka cukup dengan makan agar keesokkan harinya masih hidup, memperlakukan mereka tak ubahnya binatang pembawa beban. Tapi aku tidak
pernah mengambil jalan itu. Toyotomi Hideyoshi memperlakukan para pengikutnya sebagai keluarga
sendiri. Seperti yang tergambar dalam cuplikan berikut ini “Sebaliknya, aku memperlakukan pengikutku seperti keluarga sendiri,dan memastikan mereka ke
medan perang dalam keadaan kenyang”. Seorang pemimpin yang rendah hati adalah pemimpin yang mengakui bahwa mereka tidak lebih baik atau lebih buruk
dari pada anggota-anggota tim. Seorang pemimpin yang rendah hati tidak akan menonjolkan dirinya melainkan mencoba untuk mengankat semua orang.
Pemimpin rendah hati juga memahami bahwa status mereka tidak membuatnya
Universitas Sumatera Utara
38 merasa menjadi seorang dewa Halaka dalamSuparno Sudarwan Danim,
2012:128.
Cuplikan 2 Hal. 137 :
Putra dan cucu laki-laki Yotokuin pergi bertempur dalam pasukan Oda, dan keduana terbunuh di hari yang sama pada sebuah misi yang kupimpin. Aku sangat
kasihan pada Yotokuin , yang sangat membutuhkan kesetian kami sebagai balas budi dari pengorbanannya. Meskipun, aku tidak mahir menulis, aku memutuskan
untuk mengirimkan surat tulisan tangan sendiri berisi simpatiku. Begini isi surat itu :
Utusanku bercerita bahwa Yotokuin menangis setelah membaca surat ini. “Aku mungkin tidak akan bisa mengetahui seberapa dalam kehilangan yang
kau rasakan saat putra dan cucumu gugur pada saat yang bersamaan. Namun mulai sekarang, aku akan merasa sangat terhormat bila kau rela mengaggapku,
Hideyoshi, sebagai putra keduamu, meskipun mungkin aku kurang pantas mendapatkannya. Kapan pun kau membutuhkan pertolongan, kau bebas
memanggilku.”
Analisis :
Di tahun-tahun berikutnya, wanita tua itu memang memanggilku untuk dimintai
bantuan, dan aku selalu membantunya dengan senang hati.
Berdasarkan cuplikan di atas digambarkan bahwa Toyotomi Hideyoshi sebagai pemimpin yang rendah hati. Toyotomi sangat peduli kepada keluarga dari
pengikutnya yang kalah dalam peperangan. Toyotomi Hideyoshi mau menuliskan surat tulisan tangan sendiri. Ia menulis surat sendiri untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
39 keperihatinan yang mendalam terhadap kesedihan keluarga yang ditinggalkan.
Bahkan Toyotomi hideyoshi mau memberikan bantuan kepada keluarga bawahannya. Seperti yang yang tergambarkan dalam cuplikan berikut “Aku
mungkin tidak akan bisa mengetahui seberapa dalam kehilangan yang kaurasakan saat putra dan cucumu gugur pada saat yang bersamaan. Namun
mulai sekarang, aku akan merasa sangat terhormat bila kau rela mengaggapku, Hideyoshi, sebagai putra keduamu, meskipun mungkin aku kurang pantas
mendapatkannya. Kapan pun kau membutuhkan pertolongan, kau bebas memanggilku.”
Sebagai pemimpin Toyotomi Hideyoshi mencoba menghilangkan kesedihan yang dialami keluarga bawahannya yang menjadi korban peperangan. Toyotomi
Hideyoshi mencoba mengangkat semua orang dan membantu semampunya. Sorang pemimpin yang berusaha membantu kelurga bawahannya. Toyotomi
Hideyoshi sebagai pemimpin membantu para pengikutnya dengan senang hati tanpa rasa malu. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut “Di tahun-tahun
berikutnya, wanita tua itu memang memanggilku untuk dimintai bantuan, dan aku selalu membantunya dengan senang hati”.
Seorang pemimpin yang rendah hati adalah pemimpin yang mengakui bahwa mereka tidak lebih baik atau lebih buruk dari pada anggota-anggota tim.
Seorang pemimpin yang rendah hati tidak akan menonjolkan dirinya melainkan mencoba untuk mengankat semua orang. Pemimpin rendah hati juga memahami
bahwa status mereka tidak membuatnya merasa menjadi seorang dewa Halaka dalamSuparno Sudarwan Danim, 2012:128.
Universitas Sumatera Utara
40
5. Opennes atau Keterbukaan