melihat keadaan membran timpani pasien. Pasien dengan membran timpani yang perforasi tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Lalu dilakukan pemeriksaan
fungsi pendengaran dengan menggunakan garpu penala 512 Hz. Hasil yang didapat akan dituliskan dalam kuesioner pasien tersebut.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner daftar pertanyaan, lampu kepala, dan garpu penala 512 Hz.
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden
serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Tahap kedua coding yaitu memberikan kode angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu
mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS.
Tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu untuk mengecek kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak Wahyuni, 2008
dalam Bangun, 2012. Mengenai distribusi penderita TB berdasarkan jenis OAT, fungsi pendengaran, keluhan yang berhubungan dengan pendengaran dan
vestibular, serta prevalensi gangguan pendengaran pada penderita TB paru di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013 dilakukan perhitungan frekuensi dan
presentase. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Mengenai hubungan pemakaian OAT dengan gangguan pendengaran dilakukan
perhitungan chi-square.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990 dan sesuai dengan SK
Menkes No. 502MenkesSKIX1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi
Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau
No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru bagian infeksi yang
berada di lantai dua gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang
diambil langsung dari pasien TB paru di Poliklinik Paru bagian infeksi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berjumlah 68 responden
dengan karakteristik sebagai berikut: Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Kelompok
Umur
Kelompok Umur Frekuensi n
Persentase
18-27 tahun 23
33.8 28-37 tahun
14 20.6
38-47 tahun 10
14.7 48-57 tahun
17 25.0
58-60 tahun 4
5.9
Total 68
100.0 Berdasarkan Tabel 5.1. didapati bahwa jumlah penderita TB paru pada
rentang usia 18-27 tahun sebanyak 23 orang 33,8 dan pada rentang usia 58-60 tahun sebanyak 4 orang 6,9
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi n
Persentase
Laki-laki 47
69.1 Perempuan
21 30.9
Total
68 100.0
Berdasarkan tabel 5.2. didapati bahwa jumlah laki-laki yang menderita TB paru adalah 47 orang 69,1 dan perempuan sebanyak 21 orang 30,9.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis OAT yang Digunakan
Jenis OAT Frekuensi n
Persentase
Oral + injeksi OAT
Isoniazid, rifampisin,
etambutol, pirazinamid,
streptomisin
26 38.2
Oral OAT Isoniazid,
rifampisin, etambutol,
pirazinamid
37 54.4
Isoniazid,
rifampisin
5 7.4
Total 68
100.0
Berdasarkan Tabel 5.3. didapati bahwa jumlah penderita TB paru yang menggunakan obat oral dan injeksi OAT isoniazid, rifampisin, etambutol,
pirazinamid, streptomisin adalah sebanyak 26 orang 38,2, dan jumlah penderita TB paru yang hanya menggunakan obat oral OAT adalah sebanyak 42
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
orang 61,4 dengan jumlah masing-masing untuk penderita TB paru yang menggunakan obat isoniazid, rifampisin, etambutol, pirazinamid sebanyak 37
orang 54,4 dan penderita TB paru yang menggunakan obat isoniazid, rifampisin sebanyak 5 orang 7,4.
Tabel 5.4. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Durasi Penggunaan OAT
Durasi Penggunaan OAT Frekuensi n
Persentase
0-1 bulan 3
4.4 1-2 bulan
6 8.8
2-3 bulan 8
11.8 3-4 bulan
5 7.4
4-5 bulan 3
4.4 5-6 bulan
8 11.8
6 bulan 35
51.5
Total 68
100.0
Berdasarkan Tabel 5.4. didapati bahwa jumlah pasien TB paru dengan lama pengobatan 6 bulan sebanyak 35 orang 51,5 dan paling sedikit dengan
lama pengobatan 0-1bulan sebanyak 3 orang 4,4.
Tabel 5.5. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Fungsi Pendengaran
Fungsi Pendengaran Frekuensi n
Persentase
Normal 47
69.1 Tuli sensorineural
21 30.9
Total 68
100.0
Berdasarkan Tabel 5.5. didapati bahwa fungsi pendengaran penderita TB paru dalam keadaan normal sebanyak 47 orang 69,1 dan penderita TB paru
yang mengalami tuli sensorinueral sebanyak 21 orang 30,9.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Keluhan yang Berhubungan Dengan Pendengaran dan Vestibular
Keluhan Pendengaran dan Vestibular Frekuensi n
Persentase
Vertigo 3
4.4 Tinnitus
18 26.5
Vertigo dan tinnitus 3
4.4 Vertigo dan gangguan pendengaran
3 4.4
Tinitus dan gangguan pendengaran 8
11.8 Vertigo, tinitus, dan gangguan
pendengaran 11
16.2
Tidak ada keluhan 22
32.4
Total
68 100.0
Berdasarkan Tabel 5.6. didapati jumlah penderita TB paru yang memiliki keluhan gangguan pendengaran dan vestibular sebesar 46 orang 67,6 dengan
keluhan yang terbanyak adalah tinnitus sebanyak 18 orang 26,5 dan tidak ada keluhan sebanyak 22 orang 32,4.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Pemakaian OAT dan Gangguan Pendengaran
Hasil Fungsi Pendengaran
Total
Normal Tuli
sensorineural
Jenis OAT
OAT Oral N
42 42
61.8 .0
61.8 OAT
Oral+injeksi N
5 21
26 7.4
30.9 38.2
Total
N 47
21 68
69.1 30.9
100.0
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.7. didapati bahwa dari 42 orang 61,8 jumlah penderita TB paru yang menggunakan OAT oral, fungsi pendengaran semua orang tersebut
61,8 dalam batas normal. Sedangkan 26 orang 38,2 penderita TB paru yang menggunakan OAT oral dan injeksi, ada sebanyak 21 orang 30,9 yang
fungsi pendengarannya dalam keadaan tuli sensorineural.
Tabel 5.8. Hubungan Pemakaian OAT dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita TB Paru Berdasarkan Uji Chi square
Jenis OAT Hasil Fungsi Pendengaran
N p
Tuli sensorineural Normal
n n
OAT oral+injeksi
21 30.9
5 7.4
26 38.2
0.000 OAT oral
.0 42
61.8 42
61.8
Total 21
30.9 57
69.1 68
100.0
Berdasarkan Tabel 5.8. didapati bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian OAT dengan gangguan pendengaran pada penderita TB paru
dengan nilai p = 0.000 p0.05.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan penderita TB dengan kelompok umur paling banyak adalah kelompok umur 18-27 tahun sebanyak 23 orang 33,8.
Seperti pada penelitian Sihombing et al. 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan, kelompok umur paling banyak adalah kelompok umur 22-24 tahun sebanyak 35
orang 41,18. Hal ini diasumsikan kelompok usia 18-27 tahun merupakan bagian dari kelompok usia produktif yang mempunyai kecenderungan untuk
terpapar dengan lingkungan sekitar lebih besar sehingga kemungkinan terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis lebih besar. Depkes 2011 menyatakan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bahwa sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif 15-55 tahun.
Penderita TB berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang 69,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Duggal dan Sarkar 2007, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar 60,9 dan juga penelitian oleh Surbakti 2007 dalam
Sitepu 2009 di Puskesmas Kabanjahe yang memperoleh hasil tertinggi penderita TB paru berjenis kelamin laki-laki sebesar 67,5. Hal ini dikarenakan laki-laki
memiliki mobilitas lebih tinggi dibanding perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberkulosis lebih besar. Disamping itu,
kemungkinan laki-laki mengonsumsi rokok dan minum minuman beralkohol dapat menurunkan sistem kekebalan tubuhnya sehingga lebih rentan untuk terkena
kuman penyebab TB paru. Jenis Obat Anti Tuberkulosis OAT terbanyak yang digunakan oleh
penderita TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan adalah kelompok Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, dan Pirazinamid yaitu sebanyak 37
orang 54,4. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya angka kejadian penyakit TB di Indonesia sehingga kasus baru terus bertambah dan setiap kasus baru harus
di terapi dengan isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid. Insidensi kasus baru TB di Indonesia yang dilaporkan oleh WHO dalam Global Report
2011 adalah 450.000 pertahun dengan prevalensi sekitar 690.000 pertahun Depkes, 2012.
Jumlah penderita TB paru berdasarkan durasi pengobatan terbanyak berada pada kelompok durasi pengobatan 6 bulan sebanyak 35 orang 51,5.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Duggal dan Sarkar 2007 di India yang menyatakan bahwa rata-rata durasi pengobatan berada pada rentang 18-24 bulan.
Hal ini dikarenakan oleh waktu pengobatan TB yang cukup panjang yaitu 6-8 bulan. Disamping itu adanya kemungkinan pasien yang putus berobat atau gagal
pengobatan sebelumnya yang menyebabkan durasi pengobatan pasien itu menjadi lebih lama.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dari 68 penderita TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik- Medan, 42 orang 61,8 penderita TB paru yang menggunakan OAT oral, fungsi
pendengaran semua orang tersebut 61,8 dalam batas normal. Sedangkan sisanya, 26 orang 38,2 penderita TB paru yang menggunakan OAT oral dan
injeksi, ada sebanyak 21 orang 30,9 yang fungsi pendengarannya dalam keadaan tuli sensorineural. Hal ini sesuai dengan penelitian Katijah et al. 2009 di
Johannesburg, Afrika, ditemukan 33 penderita TB yang menggunakan OAT oral dan injeksi mengalami tuli sensorineural. Begitu juga pada penelitian Duggal dan
Sarkar 2007 di India, 25 penderita TB yang menggunakan injeksi aminoglikosida menderita tuli sensorineural dimana 18,75 menderita tuli
sensorineural frekuensi tinggi dan 6,25 frekuensi rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Duggal dan Sarkar 2007, bahwa aminoglikosida
menghasilkan radikal bebas di telinga dalam dengan merusak sel sensorik dan neuronnya sehingga menyebabkan gangguan pendengaran yang permanen.
Sebanyak 68 orang penderita TB yang masuk dalam penelitian ini, sebagian besar yaitu 46 orang 67,6 memiliki keluhan gangguan pendengaran
dan vestibular sebagai berikut : didapati jumlah penderita TB paru dengan tinnitus sebanyak 18 orang 26,5, vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran sebanyak
11 orang 16,2, tinitus dan gangguan pendengaran sebanyak 8 orang 11,8, vertigo dan tinitus sebanyak 3 orang 4,4, vertigo dan gangguan pendengaran
sebanyak 3 orang 4,4, keluhan vertigo sebanyak 3 orang 4,4. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Katijah et al. 2009, ditemukan 63
penderita TB mengeluhkan gangguan pendengaran dan vestibular setelah menggunakan Obat Anti Tuberkulosis OAT dengan distribusi keluhan sebagai
berikut : gangguan pendengaran 33, tinitus 20, dan vertigo 10. Keluhan tinitus dan vertigo menjadi gejala awal ototoksisitas dan dalam banyak kasus hal
ini mendahului terjadi gangguan pendengaran Catlin, 1981 dalam Katijah et al., 2009. Menurut peneliti, alasan lamanya dan seringnya menggunakan OAT
menyebabkan timbulnya keluhan gangguan pendengaran dan vestibular. Berdasarkan hasil analisis uji Chi square dalam penelitian ini, disimpulkan
bahwa pemakaian Obat Anti Tuberkulosis OAT berhubungan dengan gangguan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pendengaran pada penderita TB paru dengan melihat p value pada Fisher’s exact
test yaitu nilai p0.05 p=0.000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sturdy et al. 2011 di Inggris yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
pemakaian amikasin salah satu lini kedua dalam pengobatan TB dan termasuk golongan aminoglikosida seperti streptomisin dengan ototoksisitas dengan nilai
p=0.02 p0.05. Hubungan ini dapat terjadi dengan diketahuinya mekanisme ototoksisitas aminoglikosida ini yang langsung merusak telinga bagian dalam
dengan menghasilkan radikal bebas dan merangsang kematian sel-sel sensori dan neuron lebih dini sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran tuli
sensorineural yang permanen Duggal dan Sarkar, 2007.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan