berupa derivat aldehid dan asam karboksilat. Bersihan ginjal untuk etambutol kira-kira 8.6 ml menit kg menandakan bahwa obat ini selain mengalami filtrasi
glomerulus juga disekresi melalui tubuli Zubaidi, 2007. Etambutol melintasi sawar darah otak hanya jika meningens mengalami radang. Seperti semua OAT,
resistensi terhadap etambutol segera timbul jika obat ini digunakan secara tunggal. Oleh sebab itu, etambutol selalu diberikan dalam bentuk kombinasi dengan OAT
lain Chambers, 2010. Dosis harian sebesar 15 mg kgBB menimbulkan efek toksik yang
minimal. Pada dosis ini kurang dari 2 penderita akan mengalami efek samping yaitu penurunan ketajaman penglihatan, ruam kulit, dan demam. Efek samping
lain ialah pruritus, nyeri sendi, gangguan saluran cerna, malaise, sakit kepala, bingung, disorientasi dan mungkin juga halusinasi. Reaksi kaku dan kesemutan di
jari sering terjadi. Efek samping yang paling penting adalah gangguan penglihatan, biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa
turunnya tajam penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, mengecilnya lapangan pandang, dan skotoma sentral maupun lateral. Terapi
dengan etambutol menyebabkan peningkatan kadar asam urat darah pada 50 penderita. Hal ini disebabkan oleh penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal
Zubaidi, 2007.
2.2.5. Pirazinamid
Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik Zubaidi, 2007, yang
dikode oleh pncA. Obat ini tidak aktif pada pH netral, tetapi pada pH 5,5 obat ini menghambat basil tuberkel dan beberapa mikobakterium lain pada kadar sekitar
20 mcgml. Pirazinamid diambil oleh makrofag dan memunculkan aktivitasnya terhadap mikobakterium yang tinggal dalam lingkungan lisosom yang bersifat
asam. Resistensi dapat disebabkan oleh gangguan ambilan ambilan pirazinamid atau mutasi pada pncA yang mengganggu konversi pirazinamid menjadi bentuk
aktifnya Chambers, 2010.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Dosis 1 gram menghasilkan kadar plasma sekitar 45 mcgml pada dua jam setelah
pemberian obat. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus. Asam pirazinoat yang aktif kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam
hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini antara 10-16 jam Zubaidi, 2007. Pirazinamid merupakan obat lini-pertama
penting yang digunakan bersama dengan isoniazid dan rifampin pada regimen jangka pendek yakni, 6 bulan sebagai agen “sterilisasi” yang aktif terhadap
organisme intrasel residual yang dapat menimbulkan relaps Chambers, 2010. Efek samping utama pirazinamid meliputi hepatotoksisitas pada 1-5
penderita, mual, muntah, demam karena obat, dan hiperurisemia Chambers, 2010.
2.2.6. Etionamid
Etinonamid secara kimiawi terkait dengan isoniazid dan juga menyekat sintesis asam mikolat. Etionamid sulit larut dalam air dan hanya tersedia dalam
bentuk oral. Obat ini dimetabolisme di hati. Meskipun secara teoritis bermanfaat, dosis sebesar 1 g hari ditoleransi dengan buruk karena sering menimbulkan
iritasi lambung yang hebat dan gejala neurologis. Etionamid juga bersifat hepatotoksik Chambers, 2010. Etionamid sering menyebabkan efek samping
pada gastrointestinal, seperti nyeri perut, mual, muntah dan anoreksia Hershfield, 1999. Sering juga terjadi hipotensi postural yang hebat, depresi mental,
mengantuk, dan astenia. Efek samping lain pada sistem saraf mencakup gangguan pada saraf olfaktorius, penglihatan kabur, diplopia, vertigo, parastesia, sakit
kepala, rasa lelah, dan tremor Zubaidi, 2007.
2.2.7. Paraaminosalisilat