kesetimbangan ion pada endolimfe. Jika sel sensorik hilang, regenerasi tidak akan terjadi. Hal ini akan diikuti dengan degenerasi saraf yang memburuk, sehingga
menyebabkan hilangnya pendengaran secara irreversibel Chambers, 2007 dalam Hardman, 2007.
2.5.2. Mekanisme Ototoksik pada Sistem Vestibular
Menurut Reiter 2011, penggunaan aminoglikosida selain merusak sel rambut pada koklea yang bersifat irreversibel, juga merusak sel rambut pada
sistem vestibular. Sel rambut yang terdapat pada vestibular aparatus telinga bagian tengah
menjadi target
utama yang
dirusak oleh
aminoglikosida. Vestibulotoksisitas, sama halnya dengan ototoksisitas, berhubungan dengan
menumpuknya radikal bebas yang toksik di sel rambut, radikal bebas juga bukan hanya merusak sel rambut tetapi juga membuat apoptosis menjadi lebih sering.
Sekali sel-sel rambut mengalami kerusakan, sel-sel tersebut tidak dapat digantikan karena kerusakan dan disfungsi sistem vestibular tersebut bersifat permanen. Pada
vestibular aparatus, kerusakan disebabkan oleh aminoglikosida yang tidak terdistribusi secara merata. Pada awalnya terjadi dengan merusak sel rambut pada
bagian puncak krista ampularis dan pada bagian stria makula. Kerusakan ini kemudian berlanjut merusak sel rambut tipe I dan selanjutnya sel rambut tipe II.
2.6. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga menurut Soepardi 2007 diantaranya adalah anamnesis dan uji pendengaran. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk
menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa 1 gangguan pendengaranpekak tuli, 2 suara berdenging tinitus,
3 rasa pusing berputar vertigo, 4 rasa nyeri di dalam telinga otalgia, dan 5 keluar cairan dari telinga otore.
Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garpu penala dan dari pemeriksaan dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli
perseptif sensorineural. Uji penala yang dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran Rinne dan Weber. Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garpu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
penala 512 Hz dengan jari atau mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garpu penala tersebut diletakkan pada tulang mastoid telinga yang diperiksa.
Kemudian dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan ditempat mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih
keras pada garpu penala yang diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan ini disebut
Rinne positif. Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif. Hal ini disebut Rinne negatif.
Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang
terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar suara ditengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien
mendengar lebih keras pada telinga yang sehat lateralisasi ke telinga yang sehat berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila pasien mendengar
lebih keras pada telinga yang sakit lateralisasi ke telinga yang sakit berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang