Pemeriksaan Telinga Adam Malik Medan Tahun 2013.

kesetimbangan ion pada endolimfe. Jika sel sensorik hilang, regenerasi tidak akan terjadi. Hal ini akan diikuti dengan degenerasi saraf yang memburuk, sehingga menyebabkan hilangnya pendengaran secara irreversibel Chambers, 2007 dalam Hardman, 2007.

2.5.2. Mekanisme Ototoksik pada Sistem Vestibular

Menurut Reiter 2011, penggunaan aminoglikosida selain merusak sel rambut pada koklea yang bersifat irreversibel, juga merusak sel rambut pada sistem vestibular. Sel rambut yang terdapat pada vestibular aparatus telinga bagian tengah menjadi target utama yang dirusak oleh aminoglikosida. Vestibulotoksisitas, sama halnya dengan ototoksisitas, berhubungan dengan menumpuknya radikal bebas yang toksik di sel rambut, radikal bebas juga bukan hanya merusak sel rambut tetapi juga membuat apoptosis menjadi lebih sering. Sekali sel-sel rambut mengalami kerusakan, sel-sel tersebut tidak dapat digantikan karena kerusakan dan disfungsi sistem vestibular tersebut bersifat permanen. Pada vestibular aparatus, kerusakan disebabkan oleh aminoglikosida yang tidak terdistribusi secara merata. Pada awalnya terjadi dengan merusak sel rambut pada bagian puncak krista ampularis dan pada bagian stria makula. Kerusakan ini kemudian berlanjut merusak sel rambut tipe I dan selanjutnya sel rambut tipe II.

2.6. Pemeriksaan Telinga

Pemeriksaan telinga menurut Soepardi 2007 diantaranya adalah anamnesis dan uji pendengaran. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa 1 gangguan pendengaranpekak tuli, 2 suara berdenging tinitus, 3 rasa pusing berputar vertigo, 4 rasa nyeri di dalam telinga otalgia, dan 5 keluar cairan dari telinga otore. Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garpu penala dan dari pemeriksaan dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif sensorineural. Uji penala yang dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran Rinne dan Weber. Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garpu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara penala 512 Hz dengan jari atau mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garpu penala tersebut diletakkan pada tulang mastoid telinga yang diperiksa. Kemudian dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan ditempat mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih keras pada garpu penala yang diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan ini disebut Rinne positif. Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif. Hal ini disebut Rinne negatif. Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar suara ditengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat lateralisasi ke telinga yang sehat berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit lateralisasi ke telinga yang sakit berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Jumlah Penularan Tuberkulosis Paru Dalam Satu Keluarga Dengan Melakukan Penelusuran Kontak Di Kecamatan Medan Tembung 2013

0 30 112

Hubungan Hilangnya Gejala Klinis Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Pengobatan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

1 72 109

Angka Kejadian Hepatotoksisitas pada Penderita Tuberkulosis Paru Pengguna Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2010

12 121 83

Gambaran kadar gula darah pada penderita Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009

19 127 45

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 13

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 1 4

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 23

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 5

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 17