Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Dosis 1 gram menghasilkan kadar plasma sekitar 45 mcgml pada dua jam setelah
pemberian obat. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus. Asam pirazinoat yang aktif kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam
hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini antara 10-16 jam Zubaidi, 2007. Pirazinamid merupakan obat lini-pertama
penting yang digunakan bersama dengan isoniazid dan rifampin pada regimen jangka pendek yakni, 6 bulan sebagai agen “sterilisasi” yang aktif terhadap
organisme intrasel residual yang dapat menimbulkan relaps Chambers, 2010. Efek samping utama pirazinamid meliputi hepatotoksisitas pada 1-5
penderita, mual, muntah, demam karena obat, dan hiperurisemia Chambers, 2010.
2.2.6. Etionamid
Etinonamid secara kimiawi terkait dengan isoniazid dan juga menyekat sintesis asam mikolat. Etionamid sulit larut dalam air dan hanya tersedia dalam
bentuk oral. Obat ini dimetabolisme di hati. Meskipun secara teoritis bermanfaat, dosis sebesar 1 g hari ditoleransi dengan buruk karena sering menimbulkan
iritasi lambung yang hebat dan gejala neurologis. Etionamid juga bersifat hepatotoksik Chambers, 2010. Etionamid sering menyebabkan efek samping
pada gastrointestinal, seperti nyeri perut, mual, muntah dan anoreksia Hershfield, 1999. Sering juga terjadi hipotensi postural yang hebat, depresi mental,
mengantuk, dan astenia. Efek samping lain pada sistem saraf mencakup gangguan pada saraf olfaktorius, penglihatan kabur, diplopia, vertigo, parastesia, sakit
kepala, rasa lelah, dan tremor Zubaidi, 2007.
2.2.7. Paraaminosalisilat
Asam aminosalisilat adalah antagonis sintesis folat yang hampir hanya aktif terhadap M. tuberculosis. Asam amiosalisilat cepat diserap dari saluran
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
cerna. Obat ini didistribusi secara luas dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh kecuali cairan serebrospinal. Asam aminosalisilat cepat diekskresi dalam urin,
sebagian dalam bentuk asam aminosalisilat aktif dan sebagian lagi dalam bentuk senyawa terasetilasi dan produk metabolik lainnya. Kadar asam aminosalisilat
yang sangat tinggi dicapai dalam urin, yang dapat menimbulkan kristaluria Chambers, 2010.
2.2.8. Sikloserin
Sikloserin merupakan penghambat dinding sel Chambers, 2010. Sikloserin sering menyebabkan gangguan neurologis dan psikiatri, mencakup
sakit kepala, kantuk, bingung, kejang dan psikosis. Gangguan ginjal menurunkan ekskresi obat Hershfield, 1999. Efek samping yang paling sering timbul dalam
penggunaan sikloserin ialah pada SSP dan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama pengobatan. Gejalanya ialah somnolen, sakit kepala, tremor, disartria,
vertigo, gangguan tingkah laku, paresis, serangan psikosis akut, dan konvulsi. Obat ini hanya digunakan pada kegagalan terapi dengan obat primer atau bila
kumannya resisten terhadap obat-obat itu. Penggunannya harus bersama dengan obat lain yang efektif Zubaidi, 2007.
2.2.9. Amikasin dan Kanamisin
Obat ini termasuk golongan aminoglikosida dan bersifat bakterisid dengan menghambat sintesis protein mikroba. Efeknya pada M. tuberkulosis hanyalah
bersifat supresif. Pada pemberian IM obat ini diserap dengan cepat dan sempurna. Metabolismenya dapat diabaikan, ekskresinya melalui ginjal kira-kira 90 dan
dalam bentuk utuh. Masa paruh eliminasi obat ini sekitar 2 jam. Kanamisin dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dihubungkan dengan hilangnya fungsi
labirin. Kanamisin juga mempunyai efek nefrotoksik sedang Zubaidi, 2007. Kanamisin telah digunakan dalam terapi tuberkulosis yang disebabkan oleh galur
resisten-streptomisin. Efek toksik ginjal biasanya terjadi kadang-kadang, dimana efek toksik auditori lebih sering terjadi. Pemeriksaan reguler terhadap
pendengaran dan fungsi ginjal dianjurkan Chambers, 2010.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.2.10. Kapreomisin