Lalu Lintas Didaerah Tertentu

II.3 Lalu Lintas Didaerah Tertentu

“Roda pesawat udara sebenarnya tidak selalu melintasi perkerasan pada lintasan yang tetap ses uai dengan konfigurasi sumbunya” Kosasih ,2005:30. Dalam FAA 2009:17 disampaikan hal yang sama yaitu “Sebagian pesawat bergerak sepanjang bagian perkerasan jarang perjalanan di jalan lurus sempurna atau sepanjang jalan yang sama seperti sebelumnya ”. Sebuah pesawat yang berjalan diatas perkerasan taxiway maupun runway memiliki jalur lintasan yang berbeda-beda, hal ini bisa juga disebabkan oleh konfigurasi sumbu yang berbeda. Sebuah lintasan merupakan satu gerakan dari siklus lalu lintas untuk satu jenis pesawat tertentu pada taxiway paralel atau pada runway untuk taxiway sentral, seperti yang terlihat pada gambar 2.1 berikut : Gambar 2.1 Lintasan Pada Lapangan Terbang Sumber : FAA AC No : 1505335-5C 2011: 20 Pada taxiway sentral memungkinkan pesawat melakukan taxi pada sebagian runway dan sebaliknya pada taxiway paralel. Untuk masing-masing jenis taxiway memiliki kaitan dengan jumlah lintasan hal ini dijelaskan dalam FAA AC 1505335-5C 2011: 20 yaitu :  Skenario taxiway paralel. Universitas Sumatera Utara Dalam kasus taxiway paralel, ditampilkan sebagai Gambar A1-1a, dua situasi pembebanan mungkin dapat terjadi. Kedua situasi ini mengasumsikan bahwa jumlah penumpang dan muatan kargo yang kurang lebih sama untuk seluruh pendaratan dan siklus lepas landas :  Jika pesawat memperoleh bahan bakar di bandara, maka siklus lalu lintas hanya terdiri dari satu lintasan karena ketegangan beban pendaratan dianggap pada tingkat berkurang, yang merupakan kesetaraan fractional. Untuk kondisi ini hanya lintasan lepas landas yang dihitung, dan rasio lintasan ke siklus lalu lintas P TC adalah 1.  Jika pesawat tidak mendapatkan bahan bakar di bandara, lalu kedua lintasan, mendarat dan lepas landas harus dihitung, dan siklus lalu lintas terdiri dari dua lintasan stres beban yang sama. Dalam hal ini, rasio P TC adalah 2.  Skenario taxiway sentral Untuk konfigurasi taxiway sentral, ditampilkan sebagai Gambar A1-1b, ada juga dua situasi pembebanan yang mungkin dapat terjadi. Seperti yang dilakukan untuk kondisi taxiway paralel, kedua situasi ini menganggap bahwa siklus yang kurang lebih sama untuk seluruh pendaratan dan lepas landas :  Jika pesawat memperoleh bahan bakar di bandara, maka baik lepas landas dan taksi untuk lintasan lepas landas harus dihitung karena mereka menghasilkan siklus lalu lintas yang terdiri dari dua lintasan pada tegangan beban maksimum. Pendaratan dapat diabaikan dalam kasus ini. Hal ini diakui bahwa hanya bagian dari landasan pacu digunakan selama beberapa operasi ini tetapi konservatif untuk mengasumsikan bahwa seluruh Universitas Sumatera Utara landasan pacu tertutup setiap kali melintas terjadi. Untuk situasi ini rasio PTC adalah 2  Jika pesawat tidak mendapatkan bahan bakar di bandara, maka baik lintasa pendaratan dan lepas landas harus dihitung, bersama dengan lintasan taxi, dan siklus lalu lintas terdiri dari tiga lintasan pada beban yang sama besarnya. Dalam hal ini, P TC rasio 3 Dari sejumlah lintasan pesawat diatas perkerasan terdapat suatu titik yang mengalami beban penuh. Dalam hal jumlah lintasan ini dikenal nilai coverages “Untuk perkerasan lentur, coverage adalah ukuran jumlah pengulangan dari tegangan maksimum yang terjadi di atas tanah dasar. Untuk perkerasan kaku, coverage adalah ukuran pengulangan dari tegangan maksimum terjadi pada bagian bawah lapisan PCC ” FAA 2009:17. Satu coverage yang terjadi pada satuan luasan perkerasan yang dilalui oleh sumbu roda pesawat, jumlah lintasan satuan luas diatas perkerasan dinyatakan dalam nilai pass coverage ratio. “Untuk perhitungan nilai coverages diperlukan nilai PCR pass to coverages ratio yang merupakan unit kerusakan ekivalen yang terjadi dalam struktur perkerasan yang disebabkan lintasan roda pesawat udara.” Kosasih 2007:38. Menurut Packard dalam Engineering Bulletin 1995:42 “Prosedur yang menggunakan istilah pass coverage ratio untuk merujuk kepada konversi jumlah operasi lalu lintas ke jumlah pengulangan beban desain, yaitu, coverage yang terjadi ketika masing-masing titik perkerasan dalam jalur lalu lintas telah mengalami tegangan maksimum dengan pesawat yang beroperasi ”. Universitas Sumatera Utara

II.4 Kekuatan Tanah dasar

Dokumen yang terkait

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU DITINJAU DARI METODE Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningka

0 3 16

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningkatan Struktur Jalan Ma

0 2 20

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo – Kertosono ).

0 2 17

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 11

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 1

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 10

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 16

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 4

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU JALAN KABUPA

0 2 5

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS JALAN KALIANAK STA 0+000 – 5+350 SURABAYA TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL

0 1 13