Konsep kelelahan Perencanaan Menggunakan Kurva

93

V.2.1.2 Konsep kelelahan

“Jumlah aplikasi beban pada balok beton akan bertahan pada lentur yang tergantung pada sejumlah faktor termasuk sifat-sifat beton dan besarnya beban ” Yoder, et.al., 1975:565. “Dari hasil pengamatan di laboratorium diketahui bahwa kerusakan struktur perkerasan kaku ditentukan tidak hanya oleh beban sumbu roda pesawat udara saja atau tegangan lentur yang bekerja di dalam struktur perkerasan saja tetapi juga oleh jumlah repetisi beban sumbu roda tersebut selama masa layan rencana serta oleh kwalitas bahan beton yang digunakan” Kosasih, 2005:6. Jumlah Repetisi beban sumbu roda mengakibatkan menigkatnya tegangan pada beton. Dengan meningkatnya tegangan pada beton maka akan menimbulkan kelelahan dengan bentuk kerusakan berupa retak yang di sebut dengan kerusakan retak lelah. Maka, pada tabel 6.2 menunjukan nilai dari tegangan dan jumlah reetisi yang di izinkan Tabel 5.2 Rasio Tegangan dan Repetisi beban yang diizinkan Sumber : Packard 1995 Universitas Sumatera Utara 94 Nilai tegangan didapatkan dengan cara trial and error. Terdapat juga persamaan dari model retak lelah yang digunakan untuk mendapatkan nilai Repetisi beban yang diizinkan yaitu Nilai tegangan lentur beton akibat setiap lintatasan sumbu roda dibagi dengan modulus lentur. Dari persamaan tersebut pengulangan beban tidak terbatas ketika nilai tegangan lentur dibagi modulus lentur lebih kecil sama dengan 0,45. Untuk menghitung kapasitas perkerasan telah memadai atau tidak maka dibutuhkan suatu persamaan. “Kemudian, tingkat kerusakan retak lelah tahunan yang diakibatkan oleh setiap jenis pesawat udara yang beroperasi dihitung dengan membandingkan volume keberangkatan tahunan terhadap jumlah repetisi beban sumbu roda yang diijinkan untuk setiap jenis pesawat udara tersebut” Kosasih, 2005:6. Dimana : i = masing-masing jenis pesawat udara n = masa layanan rencana tahun Total kerusakan retak lelah = n 100 100 Universitas Sumatera Utara 95 = volume keberangkatan tahunan pesawattahun =jumlah repetisi beban sumbu roda yang diijinkan pesawat ketika perhitungan pada persamaan tersebut hasilnya kurang lebih sama dengan 100 maka perkerasan akan runtuh pada akhir masa layanan rencana, namun jika nilai jauh lebih kecil dari 100 maka tebal perkerasan tidak memadai dan harus direncanakan lagi.

V.2.2 Perencanaan Menggunakan AIPPAVE 11

Dokumen yang terkait

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU DITINJAU DARI METODE Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningka

0 3 16

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningkatan Struktur Jalan Ma

0 2 20

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo – Kertosono ).

0 2 17

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 11

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 1

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 10

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 16

Studi Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku untuk Lapangan Terbang

0 0 4

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU JALAN KABUPA

0 2 5

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS JALAN KALIANAK STA 0+000 – 5+350 SURABAYA TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL

0 1 13