30
yang sangat sesuai SS diberi skor 1, sesuai S skornya 2, netral N skornya 3, tidak sesuai TS skornya 4 dan sangat tidak sesuai STS skornya 5.
Tabel 3.2. Distribusi Aitem-Aitem Skala Persepsi Dukungan Organisasi Sebelum Uji Coba
No. Aspek Persepsi Dukungan
Organisasi Favorable
Unfavorable Jumlah Aitem
1. Keadilan
1, 7, 13, 19 14, 10, 16, 22
8 2.
Dukungan yang diterima dari atasan 2, 8, 14, 20
5, 11, 17, 23 8
3. Penghargaan organisasi dan kondisi
pekerjaan 3, 9, 15. 21
6, 12, 18, 24 8
Total 12
12 24
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
1. Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur adalah sejauh mana alat ukur menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut Azwar, 2009. Tujuan pengukuran validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat
sesuai dengan tujuan ukurnya Azwar, 2009. Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi yaitu
sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan sasaran ukur yang hendak diukur. Untuk menegakkan validitas isi dalam alat ukur, peneliti membuat
blueprint dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing professional judgement
Universitas Sumatera Utara
31
sehingga aitem-aitem yang dikembangkan memang mengukur apa yang seharusnya diukur Suryabrata, 2011.
Setelah melakukan uji validitas isi, dilakukan uji daya beda aitem untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok
individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur Azwar, 2008. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi
antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor total skala itu sendiri dengan menggunakan formulasi koefisien korelasi
Pearson Product Moment. Azwar 2008 mengatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap
memuaskan. Pengujian daya beda aitem pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 20.0 for windows.
Validitas konstruk yaitu analisa aitem untuk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur sesuai dengan teori yang hendak
diukur Noor, 2011. Untuk menegakkan validitas konstruk, peneliti melakukan analisis faktor terhadap aitem-aitem yang dikembangkan. Uji analisis faktor
diawali dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin KMO untuk mengukur apakah sampel yang digunakan dalam penelitian sudah cukup memadai. Wibisono 2003
menyatakan bahwa kriteria kesesuaian dalam penggunaan analisis faktor adalah nilai KMO 0.5 dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Jika harga KMO sebesar 0.9 berarti sangat memuaskan
b. Jika harga KMO sebesar 0.8 berarti memuaskan
c. Jika harga KMO sebesar 0.7 berarti harga menengah
Universitas Sumatera Utara
32
d. Jika harga KMO sebesar 0.6 berarti cukup
e. Jika harga KMO sebesar 0.5 berarti kurang memuaskan
f. Jika harga KMO kurang dari 0.5 berarti tidak dapat diterima
Langkah selanjutnya dalam uji analisis faktor adalah melihat nilai Measures of Sampling Adequacy MSA dengan cara membandingkan besarnya koefisien
korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Santoso 2002 menyatakan bahwa angka MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria sebagai
berikut: a.
Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lainnya.
b. Jika MSA
≥ 0.5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
c. Jika MSA 0.5, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau
dikeluarkan dari variabel lainnya. Selanjutnya, uji analisis faktor dapat dilihat dari nilai loading factor yang
menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang terbentuk. Santoso 2002 menyatakan bahwa validitas yang baik memiliki nilai
loading factor 0.5.
2. Reliabilitas Alat Ukur