2. Perhitungan Rasio SN Eksperimen Konfirmasi Hasil dari ekperimen konfirmasi tersebut kemudian dihitung rata-ratanya
dan ditransforasikan dalam bentuk rasio SN. Nilai rasio SN = -10 log
�
1 �
�
1
2
+ �
2
2
+ �
3
+ �
4
2
+ �
5
2
+ ⋯ + �
10
2
� = -10 log
�
1 10
1
2
+ 1
2
+ 1
2
+ 2
2
+ 1
2
+ 1
2
+ 1
2
+ 1
2
+ 1
2
+ 1
2
� = 1,139
Interval kepercayaan rasio SN eksperimen konfirmasi adalah sebagai berikut:
Diketahui: �0,05; 1; 10 = 4,96 dan ��� = 1,003
CI = ±
��0,05; 1; 10� ��� �
1 �
���
+
1 �
= ± �4,96� 1,003�
1 3,2
+
1 10
= ± 1,433 Interval kepercayaan untuk variabilitas adalah:
�
����������
- CI ≤ �
����������
≤ �
����������
+ CI 1,139 – 1,433
≤ �
����������
≤ 1,139 + 1,433
Interpretasi hasil perhitungan jumlah kecacatan pipa PVC dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22. Interpretasi Hasil Jumlah Kecacatan Pipa PVC Respon kecacatan pipa PVC
Prediksi Optimasi
Eksperimen Taguchi Rata-rata
1,19 0,355
Variabilitas 4,28
1,247 Eksperimen Konfirmasi
Rata-rata 1,1
0,408 Variabilitas
1,139 1,433
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Metode
Seventools 6.1.1. Analisis Histogram
PT. Sinar Utama Nusantara selama ini tidak pernah mengetahui berapa jumlah cacat pada masing-masing variabel kecacatan, semua pipa yang cacat
langsung dibawa ke tempat daur ulang untuk di hancurkan agar dapat digunakan kembali sebagai campuran bahan baku. Pada histogram terlihat frekuensi masing-
masing kecacatan pipa. Dimana kecacatan pipa bergelombang yaitu 404 batang, pipa penyok 214 batang, dan pipa hangus 58 batang, dari ketiga jenis kecacatan
tersebut jenis kecacatan dengan frekuensi tertinggi adalah pipa bergelombang dan pipa penyok. Hal ini menunjukkan bahwa pada jenis kecacatan ini perlu diberikan
perhatian sehingga dapat diminimalisir kecacatannya dengan mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kecacatan tersebut.
6.1.2. Analisis Pareto
Berdasarkan diagram pareto, diperoleh persentase terbesar yaitu pipa bergelombang dan pipa penyok. Persentase kumulatif kedua jenis kecacatan
mencapai 91,4. Persentase kumulatif pipa hangus 8,6. Nilai tersebut sesuai dengan prinsip pareto 80-20. Dimana 80 produk cacat disebabkan oleh 20
jenis kecacatan. Sehingga untuk mengurangi jumlah produk cacat yang sampai 80 dengan mengendalikan jenis kecacatan pipa bergelombang dan pipa penyok,
karena jika mengendalikan semua jenis kecacatan yang terjadi akan memakan waktu, biaya dan tenaga kerja yang sangat besar.
6.1.3. Analisis Scatter Diagram
Scatter diagram menunjukkan terdapat hubungan positif yaitu r sebesar 0,556. Maka, harus dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi product
moment dengan membandingkan koefisien korelasi product moment dengan koefisien korelasi product moment menurut tabel untuk mengetahui hubungan
antara jumlah kecacatan pipa bergelombang dan pipa penyok. Hasilnya terdapat hubungan signifikan antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa penyok.
Dimana pada pengamatan langsung yang dilakukan pada PT. Sinar Utama Nusantara terlihat bahwa bila kecacatan pipa bergelombang meningkat maka
kecacatan pipa penyok juga meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena faktor penyebab kecacatannya sama.
6.1.4. Analisis Control Chart
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan peta p diperoleh bahwa seluruh kecacatan pipa berada dalam batas kontrol in control, menunjukkan
bahwa frekuensi kecacatan yang terjadi masih terkendali. Data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan juga menunjukan jumlah kecacatan pipa masih
berada dalam batas kontrol, sehingga kecacatan pada PT. Sinar Utama Nusantara masih terkendali.
6.1.6. Analisis Cause and Effect Diagram
e. Mesin Dari aspek mesin, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
pipa bergelombang dan pipa penyok diantaranya adalah temperatur ekstruder, temperatur pendingin, kecepatan ekstruder, tekanan
pencetakan dan kecepatan haul off. Dimana operator pada PT. Sinar Utama Nusantara sering tidak optimal dalam menyeting mesin dan
tidak displin SOP. f. Manusia
Jika dieksplorasi dari aspek manusia, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecacatan pipa bergelombang dan pipa
penyok pada PT. Sinar Utama Nusantara diantaranya adalah ketidaktelitian operator.
g. Metode Kerja Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena SOP
kurang berjalan, perawatan mesin kurang teratur dan ketidaksesuaian setting mesin. Dimana PT. Sinar Utama Nusantara tidak memiliki
jadwal teratur dalam melakukan perawatan mesin. h. Material
Dari aspek material atau bahan baku, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjandinya pipa bergelombang diantaranya adalah
komposisi bahan tidak tercampur rata pada proses mixing.