Histogram Pareto Diagram Pengolahan Data

= 59,8 Tabel 5.4. Persentase Kumulatif Kecacatan Jumlah Produk Pipa No Kecacatan pada Pipa PVC Jenis Kecacatan Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif 1 Pipa Bergelombang 404 59,8 59,8 2 Pipa Penyok 214 31,7 91.4 3 Pipa Hangus 58 8,6 100 Total 676 100 Diagram pareto dari ketiga jenis kecacatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Pareto Diagram Jenis Kecacatan Produk Pipa Dari Pareto Diagram diatas dapat dilihat jenis kecacatan dengan persentase terbesar yaitu pipa bergelombang dan pipa penyok. Persentase Frekuensi Kecacat an 404 214 58 Percent 59.8 31.7 8.6 Cum 59.8 91.4 100.0 Jenis Kecacat an Pipa Pipa Hangus Pipa Penyok Pipa Bergelombang 700 600 500 400 300 200 100 100 80 60 40 20 Fr e k u e n s i K e c a c a ta n P e rc e n t Pareto Chart of Jenis Kecacatan Pipa kumulatif kedua jenis kecacatan mencapai 91,4. Persentase kumulatif pipa hangus 8,6. Nilai tersebut sesuai dengan prinsip pareto 80-20. Dimana 80 produk cacat disebabkan oleh 20 jenis kecacatan. Sehingga untuk mengurangi jumlah produk cacat yang sampai 80 dengan mengendalikan jenis kecacatan pipa bergelombang dan pipa penyok.

5.2.5. Scatter Diagram

Pembuatan scatter diagram bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan atau korelasi antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa penyok. Data perhitungan koefesien kolerasi antara kecacatan pipan bergelombang dengan pipa penyok dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Perhitungan Koefesien Kolerasi antara Kecacatan Pipa Bergelombang dan Pipa Penyok No Pipa Bergelombang Pipa Penyok � � � � XY 1 15 9 225 81 135 2 20 11 400 121 220 3 18 13 324 169 234 4 26 10 676 100 260 5 19 7 361 49 133 6 15 6 225 36 90 7 25 12 625 144 300 8 17 7 289 49 119 9 20 14 400 196 280 10 17 11 289 121 187 11 23 15 529 225 345 12 19 10 361 100 190 13 27 18 729 324 486 14 23 6 529 36 138 Tabel 5.5. Perhitungan Koefesien Kolerasi antara Kecacatan Pipa Bergelombang dan Pipa Penyok Lanjutan No Pipa Bergelombang Pipa Penyok � � � � XY 15 18 8 324 64 144 16 22 12 484 144 264 17 16 9 256 81 144 18 21 15 441 225 315 19 24 13 576 169 312 20 19 8 361 64 152 Total 404 214 8404 2498 4448 Nilai-nilai perhitungan korelasi dapat dihitung sebagai berikut: n = 20 Pada perhitungan diatas diperoleh nilai r sebesar 0,556. Maka, harus dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi product moment dengan membandingkan koefisien korelasi product moment dengan koefisien korelasi product moment menurut tabel untuk mengetahui hubungan antara jumlah kecacatan pipa bergelombang dan pipa penyok . Dengan kriteria sebagai berikut: 4448 1 ∑ = = n i XiYi 214 1 ∑ = = n i Yi 404 1 = ∑ = n i Xi 8404 1 2 ∑ = = n i Xi 2498 1 2 ∑ = = n i Yi [ ] [ ] 556 , 214 2498 20 404 8404 20 214 404 4448 20 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 = − − − =               −               −             − = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = = = = r r Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi XiYi n r n i n i n i n i n i n i n i α= 5, sehingga r table = r α;dfJumlah data-banyaknya variable yang dikorelasikan. Maka r 5;df20-2 = 0,468 Ketentuan: Ho diterima jika r hitung ≤ r tabel Ho ditolak jika r hitung r tabel Di mana: Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa penyok. Hi : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa penyok. Kesimpulan: Karena r hitung =0,556 r table = 0.468 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa penyok. Artinya bahwa bila kecacatan pipa bergelombang meningkat maka kecacatan pipa penyok juga meningkat, hal ini dapat disebabkan karena faktor penyebab kecacatannya sama. Scatter diagram untuk perbandingan jumlah kecacatan pipa bergelombang dan pipa penyok dapat dilihat pada Gambar 5.3.