α= 5, sehingga r table = r α;dfJumlah data-banyaknya variable yang dikorelasikan. Maka r 5;df20-2 = 0,468
Ketentuan: Ho diterima jika r hitung
≤ r tabel Ho ditolak jika r hitung r tabel
Di mana: Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa
bergelombang dengan pipa penyok. Hi : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa bergelombang
dengan pipa penyok. Kesimpulan:
Karena r hitung =0,556 r table = 0.468 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kecacatan pipa bergelombang dengan pipa
penyok. Artinya bahwa bila kecacatan pipa bergelombang meningkat maka kecacatan pipa penyok juga meningkat, hal ini dapat disebabkan karena faktor
penyebab kecacatannya sama. Scatter diagram untuk perbandingan jumlah kecacatan pipa bergelombang
dan pipa penyok dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Scatter Diagram Kecacatan Pipa Bergelombang dan
Pipa Penyok
5.2.6. Control Chart
Peta kontrol digunakan untuk menentukan suatu proses berada dalam keadaan stabil atau tidak. Jika suatu proses berada dalam batas kontrol, maka
proses dikatakan dalam batas kendali stabil. Dalam penelitian ini digunakan peta p, yaitu peta yang digunakan untuk melihat proporsi jumlah kecacatan per hari
terhadap jumlah produksi pipa PVC per hari. Dalam pembuatan peta p, ada beberapa variabel yang harus dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
27.5 25.0
22.5 20.0
17.5 15.0
17.5 15.0
12.5 10.0
7.5 5.0
Pipa Bergelombang P
ip a
P e
n y
o k
20 19
18
17 16
15 14
13
12 11
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
Scatterplot of Pipa Penyok vs Pipa Bergelombang
pi =
i i
n np
CL = p =
∑ ∑
= =
k i
i k
i i
n np
1 1
UCL = 3
+ p
i
n p
p 1
−
LCL = 3
− p
i
n p
p 1
−
Dengan, p
i
= proporsi kecacatan pipa putus pada subgrup ke –i np
i
= jumlah kecacatan pipa putus pada subgrup ke-i n
i
= jumlah produksi pipa PVC pada subgrup ke-i Proporsi pipa putus pada subgrup ke-1 dapat digunakan rumus:
pi =
i i
n np
p1 =
300 26
= 0,087 Nilai proporsi subgrup selanjutnya dihitung dengan cara yang sama.
CL = p =
∑ ∑
= =
k i
i k
i i
n np
1 1
=
6000 676
= 0,113 Nilai UCL pipa putus pada subgrup ke-1 dapat digunakan rumus:
UCL = 3
+ p
i
n p
p 1
−
UCL =
3 0,113
+
300 0,113
1 0,113
−
= 0,167 Nilai UCL subgrup selanjutnya dihitung dengan cara yang sama.
Nilai LCL pipa putus pada subgrup ke-1 dapat digunakan rumus: CL
= 3
− p
i
n p
p 1
−
LCL =
3 0,113
−
300 0,113
1 0,113
−
= 0,058 Nilai LCL subgrup selanjutnya dihitung dengan cara yang sama.
Setelah dilakukan perhitungan sampai subgrup ke-20, maka nilai pi, UCL, dan LCL dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Control Chart p antara Jumlah Produksi dan Jumlah Kecacatan