38 21
Kecamatan Sidamanik 22
Kecamatan Gunung Malela 23
Kecamatan Gunung Maligas 24
Kecamatan Bandar Masilam 25
Kecamatan Bandar Huluan 26
Kecamatan Jawa Keraja 27
Kecamatan Hatonduhan 28
Kecamatan Pematang Sidamanik 29
Kecamatan Panombean Pane 30
Kecamatan Haranggaol Horisan 31
Kecamatan Jorlang Hataran
3.4 Keadaan Tanah dan Lahan
Keadaan tanah di Kabupaten Simalungun sangat potensial menjadi daerah perumahan, pertanian, perkebunan. Adapun tanah di Kabupaten Simalungun
mencakup : •
Tanah Curam : 39.900 Ha9.12
• Tanah Datar
: 99.803 Ha23,76 •
Tanah Berbukit : 96.699 Ha22,06
• Tanah Landai
: 202.258 Ha46,06 Adapun penggunaan tanah di Simalungun sangat beragam, antara lain :
• Perkebunan
: 38,23 •
Sawah : 13,52
Universitas Sumatera Utara
39 •
Tegalan : 6,39
• Pertanian Campuran : 4,41
• Semak – semak
: 10,51 •
Hutan : 25,21
• Pemukiman
: 1,49 •
Alang – alang : 0,06
• Sungai
: 0,20
3.5 Keadaan Iklim Kabupaten Simalungun
Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2014 adalah 25,3°C, dengan suhu terendah 20,5°C. dan suhu tertinggi 32,2°C. Penyinaran Matahari rata-rata
5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01 milimeter per hari serta kelembaban udara 84 persen. Suhu udara rata-rata meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 sebesar yaitu mencapai 25,2°C
27
3.6 Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Simalungun
.
3.6.1 Sistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan
Pada masyarakat Simalungun marga memegang peranan penting dalam adat Simalungun, disamping itu masyarakat Simalungun tidak terlalu
mengedepankan silsilah karena penentu peneturuan partuturan ialah hasusuran tempat asal nenek moyang dan tibalni parhundul kedudukanperan dalam
horja – horja adat acara – acara adat. Hal ini dapat dilihat saat masyarakat Simalungun bertemu, hal yang ditanyakan bukan aha do marga ni ham apa
marga anda, akan tetapi hunja do hasusuran ni ham darimana asal usul anda,
27
Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. Hal 36.
Universitas Sumatera Utara
40 hal ini juga dipertegas oleh pepatah di Simalungun yaitu sin raya, sin purba, sin
dolog, sin panei, na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei dari Raya, Purba, Dolog, Panei, yang manapun tidak berarti, asal penuh kasih.
Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Tutur bisa diterjemahkan sebagai panggilan yang digunakan
masyarakat Simalungun sebagai sebutan untukkepada orang tertentu. Partuturan menetukan dekat atau jauhnya hubungan pardihadihaon kekeluargaan, dan
terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1.
Tutur Manorus langsung yaitu, perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri
2. Tutur Halmouan Kelompok yaitu, melalui tutur halmouan ini dapat
dilihat bagaimana berjalannya adat di Simalungun 3.
Tutur Natipak Kehormatan yaitu, dipergunakan sebagai pengganti nama terhadap orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat
Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR yaitu, Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Keempat
marga ini merupakan hasil dari Harungguan Bolon permusyawaratan besar antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan
marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh. Perbauran suku asli Simalungun dengan suku – suku di sekitarnya di Pulau
Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru. Marga – marga tersebut yaitu :
Universitas Sumatera Utara
41 1.
Saragih yaitu : Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar, Munthe dan Sijabat.
2. Purba yaitu : Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo
3. Damanik yaitu : Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja
4. Sinaga yaitu : Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu
Pada zaman kerajaan di Simalungun, marga atau masyarakat yang tidak termasuk dalam keturunan raja – raja yang ada di simalungun disebut sebagai
jolma tuhe tuhe atau silawar pendatang. Tentu ini sebagai dampak dari hukum marga yang keras di Simalungun sehingga masyarakat pendatang harus
menyatukan dirinya dengan marga raja – raja agar mendapat hak hidup di Simalungun.
Ikatan sosial masyarakat Simalungun disebut Tolu Sahondulan Lima Saodoran, ikatan sosial ini mengikat masyarakat Simalungun dalam sistem
kekerabatan menurut adat istiadat yang ada di Simalungun, adapun yang menjadi Tolu Sahondulan Lima Saodoran ialah:
a. Unsur Sanina yang memiliki horja pesta, ditambah dengan saudara laki –
laki dari segaris bapak dan ompung semarga. b.
Unsur Boru, pelaksana tugas dalam horja yang ditentukan, terdiri dari suami saudara perempuan dari sanina yang punya horja.
c. Tondong, mereka yang dihormati dan duduk di luluan tempat terhormat
yang terdiri dari saudara laki – laki dari ibu dan istri yang punya horja. d.
Boru Mintori, perempuan dari pihak perempuan yang turut dalam melaksanakan tugas dalam horja dirumah tondong nya.
Universitas Sumatera Utara
42 e.
Tondong Bona atau Bonaniari, saudara laki – laki dari ompung perempuan.
Struktur lembaga adat ini memberikan gambaran suatu upacara adat menurut besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan
adat yang dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari – hari hubungan kekerabatan ini diistilahkan dengan Sisei, Sukkun, Sari dan Surduk Ibagas Habonaron Do Bona
dalam masyarakat, dengan penjabaran sebagai berikut : •
Dingat Martulang •
Sisei Bani Sanina •
Holong Sari Bani Boru •
Sukkun Marsinhuta
3.6.2 Sistem Kepercayaan
Sebelum masuknya ajaran agama ke Simalungun, masyarakat Simalungun sudah mengenal dan menganut ajaran animisme yang pada masyarakat
Simalungun disebut Parhabonaran, ajaran yang merupakan warisan dari kebudayaan Hindu ini tertanam turun – temurun, Parhabonaran adalah keyakinan
dimana semua makhluk ataupun benda dipercayai memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia disekitarnya.
Parhabonaron dalam masyarakat Simalungun membagi alam semesta menjadi 3 tiga, yaitu : Nagori Atas, Nagori Tongah, Nagori Toruh. Nagori Atas
adalah tempat Naibata Tuhan berada, Nagori Tongah adalah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya berada, Nagori Totuh adalah tempat roh – roh atau
jiwa manusia yang telah meninggal berada.
Universitas Sumatera Utara
43 Masyarakat Simalungun saat ini tidak lagi menganut ajaran animisme,
melainkan sudah menganut ajaran agama seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Islam, mayoritas dari masyarakat Simalungun telah menganut ajaran
tersebut, dengan presentase penduduk yang menganut ajaran agama Islam Sebanyak 57,41, Kristen sebanyak 42,14 dan ajaran agama lainnya 0,45.
3.7 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Simalungun
3.7.1 Visi
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Simalungun yang Mandiri, Tentram dan Berseri Mantab”
3.7.2 Misi
1. Peningkatan dan Percepatan Pembangunan Masyarakat
2. Peningkatan Tingkat Kesehatan Masyarakat
3. Pengembangan dan Pemerataan akses Pembangunan Sumber Daya
Manusia 4.
Menjamin Ketentraman Masyarakat 5.
Meningkatkan Daya Saing
3.8 Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Simalungun
Dalam perencanaan strateginya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :
1. Visi
“Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk
dikunjungi sebagai Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara
44
2. Misi
1. Pengembangan dan pemantapan citra budaya dan pariwisata Kabupaten
Simalungun sebagai salah satu kunjungan wisata nasional yang aman dan nyaman serta mudah untuk dikunjungi.
2. Mengembangkan citra positif budaya dan pariwisata Simalungun
dengan lebih mengangkat citra destinasi yang strategis. 3.
Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah satu sektor andalan penghasil devisa negara, wahana pemberdayaan
ekonomi rakyat, sarana untuk mendorong pemerataan pembangunan serta [enciptaan kesempatan berusaha dan bekerja.
4. Memperluas pangsa pasar budaya dan wisata yang ada serta
mengintensifkan pasar budaya dan pariwisata yang ada sehingga mampu mendongkrak kunjungan wisata ke Kabupaten Simalungun.
5. Mengembangkan program–program pemasaran yang sudah ada dengan
manfaat kemajuan teknologi indformasi competitive advantage dan comparative advantage budaya dan pariwisata Simalungun.
6.
Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan program – program pemasaran budaya dan pariwisata di bidang yang lebih holistik,
strategik dan sinergis diantara para pelaku stake holders maupun sektor yang terkait.
3.9 Gambaran Rumah Bolon Purba