63 dan akses yang lebih baik, sehingga para instansiorganisasi yang bergerak pada
bidang pariwisata harus meningkatkan kualitas produk dari objek wisatanya. Pengembangan Amenitas dalam pengertian Victor T.C Middleton, terbagi atas 3
tiga bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi wisata, dan ketiga, daya tarik wisata.
a. Accessibilities Of The Touist Destination Akses Destinasi Wisata
Pengembangan akses destinasi wisata mencakup Infrastruktur, Transportasi, Kebijakan Pemerintah, dan Prosedur Operasional, ke-4 empat
inilah yang menjadi dasar pertanyaan yang diajukan penulis terhadap para informan yang sudah ditentukan dalam akses destinasi wisata. Argumen pertama
yang penulis peroleh mengenai akses destinasi wisata dari bapak Zulpanuddin Dalimunthe SH, selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga, pertanyaan yang penulis tanyakan yaitu, Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki program terkait pengembangan
infrastruktur dan transportasi pada objek wisata Rumah Bolon Purba ? Beliau menjawab:
“sudah jelas ada, karena tujuan pengembangan dari Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pariwisata adalah untuk menjadikan Rumah
Bolon Purba sebagai destinasi unggulan wisata di Simalungun, program pengembanganpembangunannya dalam bentuk pembangunan sarana
fisik, perbaikanpelebaran akses jalan, dan juga berupa rest area yang berada dekat dengan objek wisata. Kalau masalah transportasi ada,
Universitas Sumatera Utara
64 transportasi umum disana lancar, bahkan pada objek wisata juga tersedia
biro travel yaitu Narasindo travel” Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana
tersebut, dapat dipahami bahwa kebutuhan wisatawan akan infrastruktur dan transportasi dapat terpenuhi, kemudian penulis kembali bertanya dengan
pertanyaan, Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki kebijakan mengenai transportasi, kebijakan tarif, dan kebijakan mengenai frekuensi layanan
pada objek wisata ? Beliau menjawab:
“untuk masalah kebijakan transportasi langsung ada, untuk tarif juga ada, secara langsung yayasan yang mengelola, jadi untuk tarif itu pihak
yayasan yang menentukan dan digunakan untuk kebersihan dan penjagaan, begitu juga dengan layanan pihak yayasan dengan ahli waris
yang menentukan, layanan disana bagus, disana ada petugas yang juga merupakan ahli waris, jadi wisatawan dapat mengerti dan memahami
sejarah dan kegunaan bangunan dan perlengkapan kerajaan lainnya melalui petugas tersebut”
Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana tersebut, dapat dipahami bahwa dalam hal kebijkan pemerintah kabupaten tidak
bisa sewenang – wenang, karena yayasan Rumah Bolon Purba juga memiliki kewenangan pada objek wisata, untuk perbandingan penulis kemudian bertanya
kepada bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa mewakili Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata dengan pertanyaan yang
Universitas Sumatera Utara
65 sama yaitu, Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki program terkait
pengembangan infrastruktur dan transportasi pada objek wisata Rumah Bolon Purba ?
Beliau menjawab: “Kalau masalah infrastruktur setiap tahunnya infrastruktur menuju rumah
bolon tetap kita perioritaskan, karena merupakan salah satu alat transportasi darat yang lebih banyak digunakan masyarakat atau
wisatawan. Kalau dalam hal terminal bus, untuk sementara belum ada, tetapi akses menuju kesana sudah ada rest area yang sudah 2 dua tahun
berdiri. Kalau ketersediaan transportasi umum banyak, ada travel trofitour, narasindo, holiday, kalau lintas umum, sepadan, Simas, jadi
masalah transportasi menuju objek wisata tidak perlu ragu” Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut
dapat dipahami bahwa keadaan infrastruktur menuju objek wisata selalu ada perbaikan, dan keadaan transportasi sudah sangat baik dan begitu lancar sehingga
wisatawan tidak perlu khawatir untuk pergi mengunjungi objek wisata. Kemudian penulis bertanya kembali dengan pertanyaan, Apakah Pemerintah Kabupaten
Simalungun memiliki kebijakan mengenai transportasi, kebijakan tarif, dan kebijakan mengenai frekuensi layanan pada objek wisata ?
“Kalau kebijaksanaan pemerintah berkaitan dengan transportasi ada, kalau tarif tidak bisa karena ada kebijakan PO masing masing,
layanannya juga begitu, kalau pada objek wisata masalah transportasi ada, tarifnya untuk sementara perorang itu Rp2000, kalau perbis diatas
Universitas Sumatera Utara
66 2000, dalam hal layanan wisata, pada objek wisata disediakan gaet yang
memiliki garis keturunanhubungan darah dengan kerajaan purba, kalau gaetnya mantaplah bisa menjelaskan apa yang ada disana.”
Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut, dapatlah dipahami bahwa dalam hal kebijakan pemerintah mengenai transportasi,
tarif dan frekuensi layanan sudah cukup baik. Untuk memperbandingkan pendapat informan diatas penulis selanjutnya bertanya kepada bapak Japamin Purba selaku
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Rumah Bolon Purba dengan pertanyaan, menurut bapak apakah infrastruktur, transportasi, tarif, dan frekuensi
layanan pada Rumah Bolon Purba sudah cukup baik ? Beliau menjawab:
“Kalau secara umum setau saya di indonesia, bukan cuma di komplek museum rumah bolon ini, sudah berkembang dan sudah dibenahi, seperti
infrastrukturnya udah dibenahi, transportasi kesini lancar, secara umum sudah dibenahi, tarifnya terhitung murah ya, kalau masalah layanan
gaetnya mungkin masih kurang ya, seperti orang bule disana tadikan, kami cerita – cerita sama dia, dia pun cerita sama pengunjung, bukan
sama orang yang bertugas disini, tadi ada yang dari dari polandia, dia cerita – cerita sama kami, bukan sama gaet yang ada disini, tapi
enggaklah mana tau ini bukan hari weekend entah hari besar, mungkin karena itu saya gak tau juga. Dan yang ininya juga mungkin masih belum
mendapat perhatian ya, seperti perlengkapan didalam rumah bolon ini
Universitas Sumatera Utara
67 kan, harusnya bersih dan rapi, mungkin memang butuh dibiayai juga,
mungkin juga harus ada bantuan dari pemerintah.” Berdasarkan jawaban dari bapak Japamin Purba tersebut, dapat dipahami
bahwa pengembangan infrastruktur, transportasi dan tarif sudah cukup baik, namun frekuensi layanan objek wisata perlu untuk diperhatikan, agar wisatawan
yang berkunjung dapat menikmati dan memiliki keinginan untuk kembali berkunjung ke objek wisata Rumah Bolon Purba. Kemudian penulis bertanya
kepada wisatawan lain yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba yaitu bapak Riski Siregar, dengan pertanyaan, menurut bapak apakah infrastruktur,
transportasi, tarif, dan frekuensi layanan pada Rumah Bolon Purba sudah cukup baik ?
Beliau menjawab: “Kalau menurut saya yang sesuai dengan yang apa yang saya lihat,
masalah infrastruktur sudah cukup baik, transportasi juga sudah cukup baik, tarif juga terjangkau, namun masalah layanan kurang memadai lah,
karena kurang fasilitas banyak sampah – sampah bertebaran dan tempat sampah tidak ada, udah gitu juga penyambutan di bagian depan dengan
pegawai – pegawai administrasinya juga kurang lengkap, dan juga gaet yang memandu wisata disini, kebanyakan disini wisatawan –
wisatawannya jadi merasa ambigu, bingung mau siapa mau ditanya, hanya sekedar melihat bangunan – bangunannya aja, tidak ada gaet yang
sedia langsung untuk bisa menjelaskan apa kisah di rumah bolon ini.”
Universitas Sumatera Utara
68 Berdasarkan jawaban dari bapak Riski Siregar tersebut, dapat dipahami
bahwa permasalahan pada rumah bolon terletak pada minimnya layanan,seperti kebersihan dan gaet pemandu wisata sehingga para wisatawan keliru untuk
mengetahui sejarah dan kegunaan dari bangunan dan peralatan yang ada di komplek Rumah Bolon Purba.
b. Fasilitas Destinasi Wisata