Daya Tarik Wisata Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba di Kecamatan Purba)

71 disekitar objek wisata, begitu juga dengan restoran atau rumah makan nasional disekitaran objek wisata. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Riski Siregar selaku wisatawan yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba dengan pertanyaan, bagaimana menurut anda ketersediaan fasilitas pada objek wisata Rumah Bolon Purba ? dalam hal penginapan, restoran, pusat suvenir, transportasi khusus objek wisata, pusat informasi wisata, dan kantor polisi. Beliau menjawab: “sepertinya penginapan belum ada, restoran juga belum ada, kalau pusat penjualan suvenir sepertinya yang baru dibangun dibelakang loket masuk, pusat informasinya ini juga belum jelas, karena ini pun kita bingung mau nanya siapa tentang bangunan – bangunan disini, petugasnya minim sekali, fasilitas tempat sampahnya juga tidak ada, seperti tadi sampah banyak berserakan seperti tidak ada yang bertugas membersihkan, transportasi khusus ada saya lihat di depan, cuman gak jelas juga bagaimana cara menghubunginya soalnya loketnya tutup, kantor polisi tidak terlihat ya, mungkin jauh dari lokasi objek wisata ini ya.” Berdasarkan jawaban dari bapak Riski Siregar tersebut, diketahui bahwa masih belum tersedia fasilitas penginapan, restoran, begitu juga fasilitas lainnya seperti pusat informasi dan kantor polisi, dimana pusat informasi wisatanya belum beroperasi dengan baik, dan kantor polisi yang jauh dari objek wisata.

c. Daya Tarik Wisata

Pengembangan dalam hal daya tarik wisata merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan dan kemajuan suatu destinasi wisata, daya tarik Universitas Sumatera Utara 72 wisata mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik sosial, daya tarik buatan. Informasi mengenai daya tarik wisata penulis peroleh pertama sekali dari bapak Zulpanuddin Dalimunthe SH, dengan pertanyaan yaitu, terkait daya tarik wisata, bagaimana dengan daya tarik alam, budaya, sosial dan buatan pada objek wisata Rumah Bolon Pematang Purba ? Beliau menjawab: “Rumah bolon dari segi daya tarik budaya, dan daya tarik buatan dari raja-raja yang pernah memerintah, memang termasuk bangunan langka dari segi bahannya, perlengkapan dan kegunaan bangunannya juga khusus dan tidak sembarangan, sehingga keaslian bangunan ini menjadi penambah minat atau daya tarik tersendiri bagi wisatawan, dalam hal atraksi belum sepenuhnya berjalan, contohnya kesenian khas simalungun, namun untuk tahun 2017 sudah dibangun panggung kesenian, yang nantinya akan diisi oleh penampilan seni dan budaya tradisional simalungun, namun pada hari hari tertentu, kalau daya tarik sosial termasuklah itu interaksi sosial, saya fikir masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata itu ramah dan terbuka untuk wisatawan, jadi gak perlu khawatirlah, kalau daya tarik alamnya lumayan bagus ya, pemandangan disana bagus, pertaniannya lumayan tertata rapi, udaranya juga masih sejuk.” Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana tersebut, diketahui bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba mendekati sempurna, dimana objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki pemandangan alam Universitas Sumatera Utara 73 yang bagus, bangunannya masih asli dan terawat, tanggapan masyarakat terhadap wisatawan juga baik. Untuk memperbandingkan pendapat bapak kepala bidang sarana dan prasarana dinas pariwisata, penulis selanjutnya bertanya kepada bapak Japamin Purba selaku wisatawan yang berkunjung di objek wisata Rumah Bolon Purba, dengan pertanyaan yaitu, Menurut bapak bagaimana daya tarik objek wisata Rumah Bolon Purba ? Beliau menjawab: “Ya karena ini kan satu – satunya tempat wisata tentang yang marga purba, kalau ditempat lain kan gak ada, itu yang menjadi daya tariknya sama kita ditempat lain gak ada, tadi itu kan ada sejarah – sejarah raja marga purba, belum saya temukan di daerah lain objek wisata yang seperti ini, mulai dari 1900 sampai sekarang, unik gitu” Lalu penulis bertanya kembali dengan pertanyaan, apakah Rumah Bolon Purba ini memiliki daya tarik alam seperti pemandangan alam dan pertanian ? Beliau menjawab: “oh iya, pemandangan alam disini masih bagus ya, cuman untuk dilingkungan Rumah Bolon ini sepertinya kurang tertata rapi pepohonannya, atau mungkin disengaja ya biar terkesan alami gitu, tidak tau juga, untuk pertaniannya sepanjang jalan menuju objek wisata ini terbilang bagus, lumayan rapi dan masih sejuk lah udaranya.” Berdasarkan jawaban dari bapak Japamin Purba tersebut, dapat diketahui bahwa objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki daya tarik buatan dan alam Universitas Sumatera Utara 74 yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Untuk menambah keakuratan informasi penulis selanjutnya bertayanya kepada bapak Jaipin Purba selaku petugas dan sekaligus keturunan raja purba, dengan pertanyaan yaitu, bagaimana menurut bapak mengenai daya tarik wisata pada rumah bolon purba ? seperti daya tarik alam, budaya, sosial dan daya tarik buatan. Beliau menjawab: “kalau daya tarik alam ya seperti inilah, kalau memandang ya masih hijau semua, karena masyarakat disini juga masyoritas petani ya lahan pertanian pun jadi daya tarik alam, kalau daya tarik budaya dan seni, dulu tahun 80an sampai 90an kami selalu mengadakan tari – tarian, tor – tor Simalungun secara rutin setiap hari, namun sekarang sudah tidak lagi, karena ada penurunan wisatawan yang sangat drastis. Kalau daya tarik buatan ya ini, bangunannya masih terbilang asli lah walau ada renovasi namun bentuknya masih sama. Kalau sosial, sambutan masyarakat disini bisa dikatakan masih masyarakat awam, tak ada pernah mengadakan sesuatu yang tidak tepat, tetap kalau ada disini warga sekitar anak muda ataupun orang tua, kalau ada disini tamu tetap mengadakan ya budaya terhormat yang ditinggalkan oleh nenek moyang disini, sambutannnya baik, kalau itu saya jamin.” Berdasarkan jawaban dari bapak Jaipin Purba tersebut, dapat dipahami bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba sudah dapat memenuhi kebutuhan wisatawan akan pesona alam, interaksi sosial, dan daya tarik buatan, namun dalam Universitas Sumatera Utara 75 hal daya tarik budaya terjadi penurunan pada objek wisata, dimana terjadi kemunduran pada penampilan seni pada objek wisata.

3. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat dalam meningkatkan kualitas wisata dan juga kuantitas produk wisata ataupun kunjungan wisata, bukan persolan memberikan pendidikan kepada masyarakat, namun juga memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk bisa terlibat langsung mewarnai produk pariwisata. Informasi mengenai pengembangan masyarakat penulih peroleh pertama kalinya dari bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa Dinas Pariwisata, dengan pertanyaan yaitu, Apakah ada program pengembangan masyarakat sekitar objek wisata, sehingga masyarakat ikut memajukan objek wisata dan merasakan hasil dari berkembangnya objek wisata ? Beliau menjawab: “Kalau masalah pengembangan ataupun pemberdayaan masyarakat, pertama masyarakat kita libatkan dalam setiap kegiatan, kedua, mereka terlibat dalam pengisian dan pembuatan suvenir.” Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut, dapat dipahami bahwa dinas pariwisata memiliki program dalam melibatkan masyarakat pada setiap kegiatannya, dan juga program pemberdayaan masyarakat dalam hal pembuatan suvenir. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Jaipin Purba selaku Petugas pada objek wisata Rumah Bolon Purba yang juga merupakan keturunan Raja Purba, dengan pertanyaan yaitu, Apakah ada program Universitas Sumatera Utara 76 pengembangan masyarakat terkait pengembangan objek wisata rumah bolon purba yang dilakukan oleh pemerintah ? Beliau menjawab: “Dulunya dari tahun 85 sampai tahun 90 ya, dulu kami disini mengadakan tor – tor budaya Simalungun, rutin setiap hari, tapi setelah terjadi krisis moneter, ataupun reformasi ya, pengunjung yang datang kesini sangat berkurang, bisa bisa dikatakan sampai berkurang 95, jadi masyarakat dulu yang telah diberdayakan manortor disini stop, karena tidak ada lagi masalah dana, karena belum ada saat itu dana yang ditentukan oleh pemerintah dikucurkan kesini untuk melaksanakan tari – tari Simalungun, itulah yang pernah disini, yang berhubungan dengan pengembangan ataupun pemberdayaan masyarakat.” Berdasarkan jawaban dari bapak Jaipin Purba tersebut, dapat diketahui bahwa pengembangan masyarakat sudah tidak lagi dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Simalungun, terakhir dilakukan pengembangan masyarakat pada pra- reformasi, dikarenakan berhentinya alokasi dana dari pemerintah Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara 77

4. Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

Tabel 4.1 Distribusi Kunjungan Wisatawan Nusantara Di Kabupaten Simalungun No Objek Wisata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Parapat 90.598 95.122 125.583 133.558 141.600 125.500 2 Karang Anyer 8.107 - 3.105 2.300 3.500 11.200 3 Museum Simalungun Rumah Bolon 473 2.045 1.223 226 400 350 4 Haranggaol 970 1.840 830 8.565 8.765 3.000 5 Pemandian Alam Sejuk 245.163 212.770 194.322 190.646 194.500 145.774 JUMLAH 345.311 311.777 325.063 335.295 348.765 285.824 Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Universitas Sumatera Utara 78 Tabel 4.2 Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Kabupaten Simalungun No Objek Wisata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Parapat 11.839 - - 9.800 10.500 8.200 2 Karang Anyer - - - - - - 3 Museum Simalungun Rumah Bolon 52 996 995 330 486 408 4 Haranggaol - - - - - 12 5 Pemandian Alam Sejuk - - - - - - Jumlah 11.891 996 995 10.130 10.986 8.620 Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Universitas Sumatera Utara 79 BAB V ANALISIS DATA Pada bagian ini akan dianalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan pada bagian terdahulu. Pembahasan yang dilakukan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada induksi data, interprestasi data dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan penelitian. Penulis akan menganalisis berdasarkan seluruh informasi dan data yang telah dikumpulkan, baik mulai dari studi pustaka, wawancara dengan informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis tentang strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisata di Kabupaten Simalungun. Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai 28 28 Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.hal 31. . lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan Universitas Sumatera Utara 80 kompetensi inti core competencies. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan 29

5.1 Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Bolon Purba