Pengembangan Amenitas Accessibilities Of The Touist Destination Akses Destinasi Wisata

84 pelestarian budaya ialah Bagaimana kebudayaan dari suatu masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan. Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat dan lingkungan mereka. Pengembangan pariwisata harus menyesuaikan dengan perkembangan global dan nasional adalah benar, namun pengembangan pariwisata tentulah harus berdasarkan keadaan lingkungan terkecil yaitu masyarakat sekitar objek wisata, seperti yang tertera dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 diatas, Sehingga dalam melakukan pengembangan pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga sesuai dengan tanggapan lingkungan, Visi dan Misi, dan Undang – Undang Kepariwisataan.

5.2 Pengembangan Amenitas

Pengembangan amenitas merupakan kunci dalam keberhasilan suatu objek pariwisata, dimana secara keseluruhan kebutuhan wisatawan sangat erat dengan kualitas dan kuantitas pengembangan amenitas, dan di era globalisasi ini wisatawan tentu lebih memilih objek wisata yang memiliki daya tarik, fasilitas, dan akses yang lebih baik, sehingga para instansiorganisasi yang bergerak pada bidang pariwisata harus meningkatkan kualitas produk dari objek wisatanya. Pengembangan Amenitas dalam pengertian Victor T.C Middleton, terbagi atas 3 tiga bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi wisata, dan ketiga, daya tarik wisata.

a. Accessibilities Of The Touist Destination Akses Destinasi Wisata

Universitas Sumatera Utara 85 Pengembangan dalam ruang lingkup akses destinasi wisata merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan suatu destinasi wisata, dalam hal ini ialah objek wisata Rumah Bolon Purba, pengembangan dalam hal akses destinasi wisata terbagi dalam 4 bagian yaitu, Infrastruktur, Transportasi, Kebijakan Pemerintah, dan Prosedur Operasional. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bahwa masalah Infrastruktur, Transportasi, kebijakan transportasi,visa, Operasional kebijakan tarif, frekuensi layanan sudah cukup baik. Namun berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan, Pertama, infrastruktur dalam hal ini Terminal Bus, ketersediaan terminal bus memang benar ada dan lokasinya terletak sekitar 5 lima kilometer dari objek wisata, untuk mengatasi persoalan jarak antara objek wisata dengan terminal, pemerintah Kabupaten Simalungun membangun Rest Area Tempat Beristirahat yang terletak sekitar 500 meter dari objek wisata, namun berdasarkan observasi penulis keberadaan rest area tersebut tidak beroperasi dengan baik, pintu masuk lokasi yang tertutup dan tidak adanya aktivitas didalamnya, sehingga keberadaan rest area ini tidak terlalu mendukung aktivitas wisatawan pada objek wisata. . Kedua Transportasi umum, menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang berasal dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, keberadaan transportasi pada objek wisata baik yang menuju ataupun yang melewati objek wisata sudah lancar dan beragam, dan berdasarkan observasi penulis dilapangan dan hasil wawancara penulis dengan wisatawan, bahwa intensitas transportasi umum yang menuju ataupun melewati objek wisata belum cukup memadai, dimana ketersediaan transportasi pada objek wisata terbagi Universitas Sumatera Utara 86 dalam transportasi lintas daerah, dan angkutan umum yang rentang waktu melewati objek wisata belum normal, wisatawan membutuhkan waktu sekitar 20 – 30 menit dalam mendapatkan transportasi, dan dalam satu kedatangan busangkutan kota wisatawan belum tentu dapat ikut dalam perjalanan menuju tempat lainnya. Ketiga Kebijakan pemerintah mengenai transportasi, berdasarkan temuan penulis dalam penelitian pada dinas dan objek wisata, bahwa kebijakan pemerintah dalam hal transportasi seperti yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya bahwa kebijakan transportasi ada, namun persoalan transportasi umum pada objek wisata ialah intensitas transportasi yang masih rendah. Keempat kebijakan pemerintah mengenai tarif dan frekuensi layanan objek wisata, dalam hal ini pemerintah menyerahkan wewenang pengenaan tarif dan layanan pada yayasan Rumah Bolon Purba, berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan wisatawan, bahwa dalam tarif tidak ada persoalan, namum frekuensi layanan terdapat keluhan dari wisatawan, dimana minimnya tourguideatau pemandu wisata, sehingga banyak diantara wisatawan yang tidak terpenuhi keinginannya untuk mengetahui lebih mendalam sejarah, cerita rakyat, dan kebudayaan yang ada di objek wisata Rumah Bolon Purba.

b. Facilities of the tourist destination Fasilitas Destinasi Wisata