menarik obat-obatan tersebut dari pasaran. Maka tindakan perusahaan tersebut merupakan tindakan etis yang bersifat kategoris, yakni “Lakukan tindakan
penarikan obat-obatan berbahaya dari pasaran karena tindakan tersebut adalah tindakan yang baik”. Dalam kasus ini, masing-masing pemangku kepentingan
memiliki kepentingan sendiri-sendiri konsumen menuntut produk yang mana dan pemegang saham menginginkan agar perusahaan tidak rugi sehingga
masing-masing pemangku kepentingan pada dasarnya memiliki kepentingan intrinsik.
99
E. Hubungan Perusahaan Dengan Stakeholders
Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi
multipihak yang solid, baik dari pemerintah maupun komunitas atau masyarakat. Tidak mungkin persoalan-persoalan bangsa ini hanya diselesaikan
oleh salah satu pihak saja. Ada tiga prinsip penting dalam membentuk kemitraan antara
perusahaan, pemerintah serta komunitas atau masyarakat yaitu : 1
Kesetaraan atau Keseimbangan equity Pendekatannya bukan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar
kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu
dibangun rasa saling percaya
99
Ibid, hal 58.
Universitas Sumatera Utara
2 Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja.
3 Saling Menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
100
Di samping peran di atas, saat ini kontribusi dunia usaha semakin dipertajam dengan berkembangnya praktik CSR. Berbagai kegiatan sosial
digelar oleh perusahaan mulai pendidikan, kesehatan, sampai pengentasan masyarakat miskin dan pembangunan infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri
bahwa program-program yang dijalankan perusahaan tersebut pada beberapa Konsep Kemitraan Pemerintah-Dunia Usaha
Selama ini dunia usaha telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah. Terdapat sejumlah fakta yang dikemukakan, antara lain yang pertama, dunia
usaha merupakan mitra pemerintah untuk mengelola sumber daya daerah yang mustahil rasanya bila seluruhnya bias dikelola oleh pemerintah. Kedua, dunia
usaha membantu pemerintah dalam memutar roda perekonomian dan menggerakkan pembangunan. Dengan adanya aktivitas ini maka terciptalah
lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Ketiga, dunia usaha memberikan penghasilan kepada pemerintah antara lain dalam bentuk pajak
dan retribusi. Semakin besar usahanya semakin besar pula pajak yang dapat disetor kepada pemerintah.
100
Yusuf Wibisono, Op.cit. Hal 109.
Universitas Sumatera Utara
hal tampak seperti mengambil tugas dan fungsi pemerintah. Namun, bila dilihat secara komprehensif, wajar rasanya jika hal ini terjadi, mengingat
begitu besarnya masalah sosial, bisa dipastikan bahwa pemerintah tidak akan sanggup mengatasinya sendirian, termasuk lantaran anggaran yang kecil serta
konsentrasi pemerintah yang tersedot ke beragam persoalan. Untuk itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh perusahaan, sangatlah besar
artinya bagi pemerintah maupun masyarakat. Terlebih bila dilakukan secara sinambung dan terkelola dengan baik.
Agar terjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan, pemerintah seyogyanya memikirkan optimalisasi perannya dalam mendukung program
tersebut. Sebagai alternatif, ada beberapa hal yang bisa dimainkan oleh pemerintah, seperti sejalan dengan semangat dunia usaha untuk
mengimplementasikan program CSR yang semakin meluas, maka pemerintah beserta segenap jajarannya sebaiknya berusaha untuk memahami kontek CSR
ini agar ada keterpaduan dengan pemahaman dunia usaha. Sebab, bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak inline, maka kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan pula dengan kebijakan dunia usaha.
101
Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama dengan pelaku usaha, tanpa diliputi prasangka dan menganggap diri lebih baik, memperbincangkan
apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, bila perlu berikan blue print rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan
demikian ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerja sama
101
Ibid, hal 112-113.
Universitas Sumatera Utara
antara pemerintah dengan dunia usaha menjadi terbuka semakin lebar. Setidaknya, tidak terjadi overlapping program antara pemerintah dan dunia
usaha. Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat memberikan penghargaan
bahkan insentif bagi perusahaan yang aktif menggelar program CSR, misalnya dalam bentuk pengurangan pajak tax deductive, sekalipun ini tak mudah,
karena saat ini pemerintah justru sedang giat-giatnya menggenjot pendapatan pajak. Bila inisiatif ini bisa dilakukan pemerintah, maka bukan tidak mungkin
perusahaan mau mengalokasikan budget yang lebih besar untuk program CSRnya. Jadi, semakin banyak anggaran yang dikeluarkan perusahaan untuk
tanggung jawab sosial, kemanusiaan, dan lingkungan, seharusnya semakin besar pula insentif yang diperoleh perusahaan dari negara. Ini barangkali
merupakan suatu peruwjudan Indonesia Incorporated. Namun, bukan berarti hanya pengangguran pajak yang bisa dilakukan
pemerintah. Membuat ruang bagi jalannya program pun misalnya tanpa birokrasi berbelit dan menghindari ekonomi biaya tinggi sudah banyak
membantu bagi perusahaan. Bukan sebaliknya, memeras perusahaan dengan segala macam pungutan dan beban lainnya, di luar pajak untuk kepentingan-
kepentingan yang kadang sulit dipahami oleh pelaku usaha. Peran pemerintah pun sangat menentukan dalam menciptakan iklim
usaha yang kondusif, tidak manipulatif dan tidak KKN, karena kondisi sebaliknya akan menurunkan kewibawaan pemerintah sendiri di samping
merupakan pukulan telak bagi pencapaian good governance.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah seyogyanya juga menyediakan jaminan keamanan terutama dalam berinvestasi, mempersiapkan berbagai produk dan regulasi
yang menjamin dunia usaha agar mampu menjalankan roda usahanya sekaligus memberikan kontribusi sosial secara berkelanjutan.
Di samping itu, agar CSR terus berkembang dan terus meningkat, perlu ada keterlibatan dari pemerintah untuk mengembangkan regulasi yang
terkait dengan CSR misalnya pemerintah harus menciptakan sistem yang dapat mengeliminasi para free rider. Ini penting untuk menjamin fairness bagi
masyarakat maupun perusahaan. Pemerintah harus mampu menjamin bahwa perusahaan terlindung dari para oknum masyarakat atau pejabat yang ingin
memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan cara memeras perusahaan atau dengan memanfaatkan kesempatan dan kekosongan hukum.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah penerapan standar audit di kedua belah pihak pada perusahaan dan penerima manfaat beneficiaries.
Sudah saatnya lembaga swadaya masyarakat pun juga harus akuntabel dan transparan.
Pemerintah diharapkan bisa mengambil inisiatif mensuport dan membantu pengembangan program CSR perusahaan misalnya dalam bentuk
fasilitasi terhadap pertemuan antar pelaku CSR multy stakeholders forum sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang
nyata, bekerja sama dengan organisasi terkait, melakukan diseminasi best practices dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah juga perlu mendorong agar perusahaan juga memikirkan program CSR yang dapat memberikan kontribusi kepada masalah nasional.
Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya adalah perlunya kesadaran dan pemahaman para pembuat keputusan, mengurangi ketidakpastian,
mempermudah perizinan-perizinan dan produk lainnya, memberikan perlindungan dan pembelaan paling tidak sebagai penengah pada saat
perusahaan menghadapi krisis, dan sebagainya.
102
Peran masyarakat terutama komunitas lokal sangat menentukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha.
Peran serta mereka merupakan salah satu kunci sukses dalam penerapan program CSR. Bentuk peran serta masyarakat yang
Konsep Kemitraan Masyarakat-Dunia Usaha
103
Bentuk komunikasi antara komunitas lokal dengan perusahaan dipengaruhi oleh siapa yang datang lebih dulu di lokasi tersebut. Bila
perusahaan berdiri setelah adanya komunitas lokal, artinya perusahaan datang belakangan, maka selayaknya kalau ia memposisikan diri sebagai tamu,
diharapkan dalam pelaksanaan program CSR antara lain adalah memberikan informasi, sarana
dan masukan atau pendapat untuk menentukan program CSR yang akan dilakukan. Di samping itu perlu adanya partisipasi aktif dari komunitas dalam
setiap pelaksanaan program CSR juga sangat diperlukan. Mereka harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat memberikan
manfaat timbal balik.
102
Ibid, hal 114-115.
103
Ibid, hal 116-117.
Universitas Sumatera Utara
memperkenalkan diri, dan mencoba beradaptasi dengan mereka. Lebih-lebih bila perusahaan itu dalam proses berdirinya harus menggusur membeli tanah
warga. Sebaiknya perusahaan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada
warga lokal untuk menjadi pekerja dan merangkul kontraktor rekanan lokal untuk menjadi mitra kerja, baik pada saat pendirian pabrik maupun saat
operasional. Kendatipun memang sering ditemui bahwa penduduk lokal umumnya mempunyai budaya kerja, ketrampilan dan pendidikan yang rendah
serta masih sulit dibentuk, namun setidaknya untuk porsi tenaga kerja non skill mungkin masih bisa dipertimbangkan. Hal ini juga terjadi dengan kontraktor
atau rekanan lokal yang biasanya masih miskin pengalaman, namun sekali lagi, setidaknya untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan
kekhususan, barangkali masih bisa dipertimbangkan. Sebaliknya, bila perusahaan berdiri lebih dahulu ketimbang warga,
biasanya memang ada gula ada semut, maka bukan berarti bila perusahaan bisa menihilkan keberadaan mereka. Bagaimanapun sebagai tetangga,
perusahaan juga perlu untuk peduli terhadap keberadaan mereka. Terutama sekali bagi perusahaan yang tidak mempunyai lokasi yang membatasi diri dari
tanah warga semacam green belt dan sejenisnya, atau perusahaan yang riskan berdekatan dengan penduduk, misalnya berpotensi menghasilkan limbah,
polusi atau bahkan kemungkinan terjadinya musibah industri seperti meledak bocornya tangki gas berbahaya, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya apa yang terjadi? Umumnya penduduk lebih berani perkasa ketimbang perusahaan. Karena perusahaan biasanya memiliki prinsip
bahwa yang penting bukanlah mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan mencari solusi terbaik agar harmoni dapat dicapai dan bisnis dapat
berjalan dalam jangka panjang. Solusi yang bisa dilakukan adalah memunculkan kondisi yang saling
memberikan mutual benefit di antara kedua belah pihak. Hubungan timbal balik inilah yang akan menumbuhkan rasa memiliki bagi warga di sekitarnya.
Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh dukungan minimal licence to operate dari warga. Hubungan timbal balik itulah yang menjadi bidang
garap dalam program CSR. Ada beberapa hal yang biasanya diharap oleh komunitas yang
sebaiknya dipahami oleh perusahaan yang beroperasi di wilayah sekitarnya, di antaranya adalah :
1. Income atau pendapatan
Komunitas mengharapkan adanya perputaran uang melalui gaji atau upah sebagai karyawan, atau melalui pembelian kebutuhan perusahaan atau
kebutuhan karyawan pada komunitas di sekitarnya. 2.
Kontribusi perusahaan Kontribusi yang dapat diberikan oleh perusahaan dapat berupa berbagai
bentuk bantuan seperti pembangunan fasum atau sarana atau prasarana umum seperti rumah ibadah, sarana olah raga dan lainnya, memberikan
Universitas Sumatera Utara
beasiswa, sumbangan atau bantuan atau hadiah pada berbagai kegiatan, dan bentuk pemberdayaan kepada komunitas.
3. Kebanggaan
Banyak tempat yang diasosiasikan dengan keberadaan suatu perusahaan, misalnya ketika menyebut Kota Kediri orang akan mengingat perusahaan
rokok, menyebut Kota Gresik imajinasi akan mengantarkan kita pada perusahaan semen, pupuk, dan sebagainya.
Namun sebaliknya, perusahaan juga mengharapkan ada kontribusi positif dari warga sekitar, misalnya suasana yang kondusif, terhindar dari
tindak kekerasan, perusakan dan sikap anarkis lainnya.
104
104
Ibid, hal 118-120.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV RISIKO HUKUM DAN BISNIS PERUSAHAAN TANPA CSR
A. Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR