E. Beberapa Produk Hukum yang Mengatur Mengenai Pelaksanaan CSR
1. Tinjauan dalam UUPT
Menurut Pasal 74 ayat 1 UUPT ditegaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
59
Menurut Pasal 74 ayat 4 UUPT ditegaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Perseroan sebagai suatu badan hukum atau legal entity
merupakan subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban dan salah satu kewajiban bagi perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan CSR.
60
59
UUPT Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 1.
60
UUPT Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 4.
Peraturan Pemerintah yang akan mengatur lebih lanjut mengenai CSR tidak menafsirkan ketentuan
dalam UUPT secara lebih pasti, sehingga membatasi ruang gerak pelaku bisnis. CSR perlu dipahami sebagai komitmen bisnis untuk
melakukan kegiatannya secara beretika dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
pemangku kepentingan. Artinya, harus ada kesempatan bersama dalam mengimplementasikan CSR tersebut, jika hanya sebatas tanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab lingkungan itu sudah diatur lebih lengkap di dalam undang- undang lain, yaitu UU Nomor 23 Tahun 1997 yaitu UU tentang
Lingkungan Hidup UULH yang diatur di dalam Pasal 5 ayat 1 yang menyatakan dengan tegas bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam kenyataannya, meskipun hak atas lingkungan hidup
sudah dituangkan dalam suatu peraturan dan adanya kebijaksanaan pemerintah mengenai pembangunan berwawasan lingkungan belum
merupakan jaminan bahwa hak tersebut sudah benar-benar terlindungi. Terbukti dengan masih banyaknya kasus-kasus pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup akibat proses pembangunan yang merupakan kerugian bagi lapisan masyarakat terutama masyarakat
yang rentan kadang-kadang memang kurang memahami bahwa hak mereka atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dilindungi oleh
hukum.
61
2. Tinjauan dalam Undang-undang Penanaman Modal
Menurut Pasal 15 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ditegaskan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban :
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal.
61
Hendrik Budi Untung, Op.cit. Hal 18.
Universitas Sumatera Utara
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
62
Dari ketentuan di atas, tampak bahwa basis CSR adalah Corporate Code of Conduct, maka menjadi suatu kebutuhan
diperlukannya rambu-rambu etika bisnis, agar tercipta praktik bisnis yang beretika. Karena etika bisnis merupakan seperangkat kesepakatan
umum yang mengatur relasi antarpelaku bisnis dan antara pelaku bisnis dengan masyarakat, agar hubungan tersebut terjalin dengan baik
dan adil.
Etika bisnis yang kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, lahirlah kebijakan yang berupa undang-undang, keppres, peraturan
pemerintah, dan sebagainya, yang mengatur bagaimana melakukan bisnis yang benar dan sah secara hukum. Bertolak dari perspektif itu di
mana sistem-sistem di Indonesia masing belum kondusif maka pembicaraan mengenai etika bisnis di Indonesia sesungguhnya tidak
terlalu relevan.
63
62
UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15.
63
Hendrik Budi Untung, Op.cit, hal 23.
Dari segi makro ekonomi, praktik bisnis yang tidak beretika menimbulkan distorsi sistem
dan mekanisme pasar yang
mengakibatkan alokasi sumber-sumber secara tidak efisien. Dari segi mikro, perusahaan yang tidak beretika akan kehilangan kepercayaan
masyarakat, dan dengan demikian akan kehilangan komsumen
sehingga kelama-lamaan akan mati dengan sendirinya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka mempraktikkan kaidah-kaidah GCG,
perusahaan-perusahaan dianjurkan untuk membuat suatu Corporate Code of Conduct CCC yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika
bisnis, sebagai basis menuju praktik CSR. Conduct harus singkat dan jelas, tetapi cukup rinci guna memberikan arahan perilaku pelaku etika
bisnis. Contohnya, perilaku yang adil terhadap pemegang saham minoritas fairness, penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat
waktu transparency serta fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris dan direksi accountability. Dalam prinisp responsibility atau
tanggung jawab, perusahaan harus menciptakan niai tambah value added dari produk barang dan jasa bagi stakeholders, yang lebih
mencerminkan stakeholders-driven concept.
64
Dalam CSR, perusahaan tidak diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
Perbedaan jenis usaha akan menjadikan perusahaan memiliki prioritas stakeholders yang berbeda. Sebagai contoh, masyarakat dan
lingkungan sekitar adalah stakeholders dalam skala prioritas pertama bagi perusahaaan pertambangan. Sementara itu, konsumen adalah
stakeholders utama bagi perusahaan produk konsumen. Dalam usaha menciptakan nilai tambah pada produk dan jasa bagi stakeholders
perusahaan itu, prinsip responsibility GCG menelusurkan gagasan CSR.
64
Payaman Simanjuntak, Peranan Etika dalam Bisnis, Informasi Hukum, Depnakertrans, Tahun VII 2005, Vol. 3.
Universitas Sumatera Utara
corporate value yang direflesikan dalam kondisi keuangannya saja. Tangung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines,
selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan sustainable, tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi
masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup.
65
3. Tinjauan dalam Undang-undang Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara BUMN berbentuk perseroan, memiliki karateristik berbeda dengan perusahaan korporasi yang
dimiliki sepenuhnya oleh swasta private company. Pada perusahaan BUMN berbentuk perseroan, selain melekat tujuan perusahaan untuk
memperoleh optimalisasi laba, perusahaan juga dituntut untuk memberikan pelayanan kepada publik.
Peran BUMN dalam memberikan pelayanan publik dapat dilihat dalam Pasal 2 jo Pasal 66 ayat 1 UU Nomor 19 Tahun 2003
66
65
Ibid, hal 24-25.
66
Lihat Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 2 ayat 1 butir e : “Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.” Dan lebih lanjut dalam Pasal 66 ayat 1 : “Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan
umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN.”
telah mengatur penerapan CSR. Bahkan untuk pengaturan pelaksanaannya telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor Per-05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Universitas Sumatera Utara
membina Usaha Kecil dan Koperasi atau yang saat ini diubah menjadi Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL.
67
67
Lihat juga dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05MBU2007 Pasal 1 ayat 6 yang menyebutkan : “Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya
disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri dalam pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN” serta Pasal 1 ayat
7 menyebutkan : “Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN.”
BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat sekaligus
memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu penerimaan negara. Adapun bentuk penerapan
tanggung jawab sosial perusahaan BUMN seperti yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut adalah dalam
bentuk PKBL bersumber dari penyisihan laba setelah pajak makismal sebesar 2 dua persen. Besaran dana tersebut ditetapkan oleh
Menteri untuk Perum dan RUPS unutuk Persero dan dalam kondisi tertentu dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri RUPS.
Dana program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja, pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan
dana pelaksanaan kegiatan usaha bina mitraan, beban pembinaan untuk membiayai pendidikan, latihan, pemasaran, promosi dan lain-lain yang
menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan. Sedangkan ruang lingkup bantuan program bina lingkungan BUMN antara lain berupa
bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan atau pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan
atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam
Universitas Sumatera Utara
serta tata cara mekanisme penyaluran, kriteria untuk menjadi mitra BUMN dan pelaporan telah diatur dalam peraturan ini.
68
Pelaksanaan CSR oleh BUMN yang sumber pendapatannya berasal dari penyisihan laba perusahaan, memiliki kelemahan yang
sangat fundamental yakni ketentuan ini memberikan celah bagi BUMN untuk berkelit dari kewajiban melaksanakan CSR dengan alasan
perusahaan belum mendapatkan laba. Oleh sebab itu, alangkah baiknya bila perusahaan baik BUMN diwajibkan utuk melaksanakan CSR yang
sumber pendanaanya diperlakukan sebagai biaya dan bukan berasal dari penyisihan laba perusahaan.
Peran BUMN dalam melakukan PKBL memiliki arti tersendiri untuk kondisi Indonesia saat ini, karena negara Indonesia saat ini
tengah mengalami ledakan pengangguran. PKBL yang dilaksanakan oleh BUMN akan turut menciptakan lapangan kerja sehingga dapat
menyerap angkatan kerja yang selama ini belum diserap oleh sektor formal.
69
68
Makalah Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholder Perusahaan, disampaikan pada “Pelatihan Mengelola Stakeholders”, yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III Persero
tanggal 17 Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hal 26-27.
69
Ismail Solihin, Op.cit. Hal 168.
Universitas Sumatera Utara
BAB III STAKEHOLDERS DALAM PERUSAHAAN
A. Eksistensi, Arti, dan Tujuan Perusahaan