D. Manajemen Stakeholders
Stakeholders atau para pemangku kepentingan memiliki kekuasaan yang riil dan dapat mendukung atau menghalangi perusahaan di dalam
mencapai tujuannya. Selain itu, di dalam mengejar tujuannya, perusahaan dapat membuat keputusan yang memiliki dampak bagi para pemangku
kepentingan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen pemangku kepentingan menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola hubungan
dengan para pemangku kepentinganya serta membuat berbagai keputusan yang dilandasi pertimbangan normatif sehingga dapat meminimalisasi
dampak buruk keputusan perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, di mana keputusan-keputusan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Berman, Wicks, Kotha, dan Jones dalam bukunya yang berjudul “The
Relationship Between Stakeholder Management Models and Firm Financial Performance”, mengidentifikasikan adanya dua model manajemen para
pemangku kepentingan, yang sekaligus juga menunjukkan orientasi manajemen perusahaan di dalam mengelola para pemangku kepentingan.
Kedua model tersebut adalah strategic stakeholder management model dan intrinsic stakeholder commitment model.
95
1. Strategic Stakeholder Management Model
Model ini didasari oleh suatu asumsi bahwa tujuan paling akhir dari suatu korporasi adalah keberhasilannya di pasar. Oleh sebab itu, perusahaan
95
Ismail Solihin, Op.cit. Hal 53.
Universitas Sumatera Utara
harus mengelola para pemangku kepentingan sebagai bagian dari lingkungan perusahaan untuk memastikan agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan
revenues dan laba sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga korporasi dapat memberikan pengembalian yang memadai bagi para
pemegang saham sebagai wujud economic responsibilities. Pemberian perhatian terhadap berbagai masalah yang dianggap penting
oleh para pemangku kepentingan akan membantu perusahaan menghindari berbagai penarikan keputusan yang dapat mengakibatkan para pemangku
kepentingan tersebut mengambil tindakan yang berseberangan dengan keputusan perusahaan sehingga akan menghambat perusahaan di dalam
mencapai tujuannya. Korporasi tetap merupakan unit ekonomi yang didirikan dengan tujuan
maksimalisasi laba, maka aktivitas manajemen pemangku kepentingan harus dipandang sebagai tujuan anatara untuk mencapai tujuan akhir yaitu
tercapainya laba maksimum. Berkaitan dengan hal tersebut, Berman dkk. memberi dua ilustrasi yaitu pertama, misalnya perusahaan yang mengadopsi
konsep total quality management TQM sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk. Melalui adopsi konsep
TQM, perusahaan juga akan meningkatkan hubungan yang signifikan dengan para pekerja dan pemasok dua kelompok yang termasuk ke dalam pemangku
kepentingan perusahaan. Akan tetapi, bila penerapan TQM tidak mampu meningkatkan volume penjualan produk, kendati produk yang dijual
perusahaan memiliki kualitas lebih baik, maka komitmen perusahana untuk meningkatkan hubungan yang signifikan dengan paara karyawan dan pemasok
Universitas Sumatera Utara
pun akan ikut runtuh. Kedua, misalnya perusahaan membuat kebijakan yang memungkinkan para karyawan memilki saham perusahaan yang dikenal
dengan program employee stock ownership plan ESOP. Program ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap
perusahaan sehingga diharapkan memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Akan tetapi bila penerapan ESOP
ternyata tidak bisa meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, besar kemungkingan perusahaan pun akan menghapus program ESOP tersebut.
96
Berman dkk. menanamkan model manajemen pemangku kepentingan yang pertama ini sebagai strategic stakeholder management model, karena
dimasukkannya pertimbangan mengenai kepntingan para pemangku kepentingan di dalam kegiatan manajemen strategis perusahaan hanya apabila
pertimbangan mengenai kepentingan para pemangku kepeentingan tersebut memiliki nilai strategis bagi perusahaan dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Selanjutnya Berman dkk. membagi variabel strategis yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
ke dalam dua kategori variabel, yaitu variabel strategi korporasi corporate strategy variables dan variabel hubungan pemangku kepentingan
stakeholder realtinship variables. Variabel strategi korporasi terdiri atas empat sub variable, yakni selling intensity, capital expenditures, efficiency,
dan capital intensity. Sedangakan variabel hubungan dengan para pemangku
96
Ibid, hal 54.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan mencakup lima sub variable, yakni employees, product safety quality, diversity, natural environtment, community.
97
Bagaimana variabel strategi perusahaan dan variabel hubungan pemangku kepentingan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan,
digambarkan oleh Berman dkk. dalam dua model sebagaimana dapat dilihat pada kedua gambar di bawah ini.
Gambar 3 : Ilustrasi Model Pengaruh Langsung
Gambar 4 : Ilustrasi Model Moderasi
Sumber : Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, Jakarta : Salemba Empat, 2009, hal 56.
97
Ibid, hal 55.
Hubungan dengan Para Stakeholder
Strategi Perusahaan
Kinerja Keuangan Perusahaan
Hubungan dengan Para Stakeholder
Strategi Perusahaan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis dalam Model Pengaruh Langsung Gambar 3 adalah bahwa terdapat pengaruh langsung dari masing-masing kategori variabel secara
terpisah terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan pada Model Moderasi Gambar 4, dihipotesiskan pengaruh strategi perusahaan terhadap
kineerja perusahaan dimoderasi oleh variabel hubungan pemangku kepentingan. Setelah dilakukan pengujian secara empiris terhadap kedua
model, diperoleh suatu kesimpulan bahwa kedua model tersebut sesuai dengan hipotesa yang dibuat. Hal yang menarik adalah bahwa seluruh variabel yang
berada dalam kategori variabel hubungan dengan para pemangku kepentingan, memiliki efek memoderasi hubungan antara strategi perusahaan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan variabel hubungan dengan para pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh langsung secara signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan hanya terjadi pada dua sub variabel, yaitu sub variable karyawan employee dan keamanan kualitas product
safety quality. Pengujian secara empiris dalam model yang ditujukan oleh Beman dkk., kembali menunjukkan pentingnya perusahaan memerhatikan
kepentingan para pemangku kepentingan terutama apabila terdapat pemangku kepentingan yang berpotensi menghambat perusahaan di dalam mencapai
tujuannya, karena variabel hubungan dengan para pemangku kepentingan dapat memoderasi hubungan antara strategi perusahaan dengan kinerja
keuangan perusahaan. 2.
Intrinsic Stakeholder Commitment Model Dalam model ini diasumsikan bahwa hubungan antara manajer
perusahaan dengan para pemangku kepentingan lebih didasarkan kepada
Universitas Sumatera Utara
komitmen moral dan bukan berdasarkan keinginan perusahaan untuk memanfaatkan para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan perusahaan
yakni maksimalisasi laba. Denagn kata lain, perusahaan menetapkan prinsip- prinsip moral tertentu yang bersifat sangat mendasar yang akan mengarahkan
perusahaan dalam membuat berbagai keputusan. Berman dkk., menggambarkan keterkaitan antara hubungan dengan para para pemangku
kepentingan stakeholder relationships, strategi perusahaan, dan kinerja keuangan perusahaan sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5 : Ilustrasi Model Komitmen Stakeholder Intrinsik
Sumber : Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, Jakarta : Salemba Empat, 2009, hal 57.
Model intrinsic stakeholder commitment didasari oleh suatu asumsi bahwa perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan pemangku
98
Model yang dikembangkan oleh Berman dkk., ini tidak dapat dilepaskan dari konsepsi hasil penelitian para ahli stakeholder theory teori
kepentingan karena adanya komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, komitmen moral ini akan mendorong
perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan yang memerhatikan kepentingan para pemangku kepentingan di mana strategi perusahaan ini akan
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan.
98
Ibid, hal 55-57.
Hubungan dengan Para Stakeholder
Strategi Perusahaan
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
para pemangku kepentingan sebelumnya, terutama Freeman serta Donalson dan Preston. Freman berpendapat bahwa mempertimbangkan isu pemangku
kepentingan dalam strategi perusahaan bukanlah tujuan utama antara, di mana yang menjadi tujuan akhirnya adalah kinerja keuangan perusahaan,
melainkan kepentingan para pemangku kepentingan harus diperlakukan sebagai tujuan tersendiri. Di sisi lain, Donaldson dan Preston menambahkan
bahwa kepentingan para pemangku kepentingan pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik dalam arti masing-masing kelompok pemangku kepentingan
selayaknya dipertimbangkan kepentingan masing-masing dan bukan semata- maata berdasarkan pertimbangan bahwa kelompok pemangku kepentinagn
tertentu akan menunjukkan kepentingan pihak lainnya. Selain adanya nilai intrinsik dalam kepentingan masing-masing
pemangku kepentingan, hal lain yang membedakan manajemen pemangku kepentingan pada model pertama dengan model kedua adalah adanya
perbedaan asumsi yang melandasi masing-masing model. Pada model pertama, diasumsikan bahwa kegiatan manajemen para pemangku
kepentingan lebih bersifat instrumental, yakni berbentuk hubungan hipotesis, misalnya “bila anda ingin mencapai hasil X, Y, atau Z lakukanlah atau jangan
melakukan langkah-langkah A, B, atau C”. sedangkan manajemen para pemangku kepentingan model kedua lebih dilandasi oleh pertimbangan moral
normative sehingga tindakan yang dilakukan perusahaan lebih mengarah kepada tindakan kategoris dibanding bahwa produk obat-obatan yang mereka
hasilkan di antaranya ternyata menimbulkan pengaruh negatif terhadap konsumen dalam jangka panajang, sehingga perusahaan memutuskan untuk
Universitas Sumatera Utara
menarik obat-obatan tersebut dari pasaran. Maka tindakan perusahaan tersebut merupakan tindakan etis yang bersifat kategoris, yakni “Lakukan tindakan
penarikan obat-obatan berbahaya dari pasaran karena tindakan tersebut adalah tindakan yang baik”. Dalam kasus ini, masing-masing pemangku kepentingan
memiliki kepentingan sendiri-sendiri konsumen menuntut produk yang mana dan pemegang saham menginginkan agar perusahaan tidak rugi sehingga
masing-masing pemangku kepentingan pada dasarnya memiliki kepentingan intrinsik.
99
E. Hubungan Perusahaan Dengan Stakeholders