136
Linus Van Pelt 18 onomatope
Sigh
4.1.3.4.1 Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran di dalam Seri 4 oleh Informan 1
Hasil Wawancara dengan Informan 1 tentang Seri 4
Peneliti : “OK. Beranjak ke strip komik yang keempat, adalah tentang ...”
Informan : “Halloween ...” Peneliti
: “Kalau di Indonesia sepengetahuan ibu Halloween dirayakan dengan apa ? Apakah dengan Trick or Treat ?”
Informan : “O, nggak. Kalo di Indonesia Halloween nggak sebegitu populer di Amerika ya. Toh karena, karena sebenernya history-nya itu gimana, e, e
real-nya itu seperti apa, saya nggak tau, gitu. Cuman ada sebagian, gitu, di tempat-tempat tertentu yang, katakanlah, misalnya itu institusi atau
suatu lembaga e lembaga kursus bahasa Inggris ya, katakanlah, yang, yang mostly, ya nggak mostly ya, fifty percent, katakanlah, native speakers gitu itu
kadang-kadang nggak, nggak once, once a year itu mengadakan yang seperti ini ya. Halloween Party itu.”
Peneliti : “Halloween Party-nya tapi lebih ke kostum ?”
Informan : “Tapi mereka nggak, nggak menurut saya nggak, nggak e apa ya, sampe detil gitu mengetahui sebenernya history-nya sebenernya tu
kenapa sih kok ada Halloween Party gitu. Boro-boro Trick and Treat, nggak sih. Sebenernya cuman, cuman pesta kostum aja.”
Peneliti : “Kadang kostumnya juga ...”
Informan : “Kadang yang aneh gitu yang menang.” Peneliti : “Kadang kostumnya juga kostum Indonesia. Setan-setan Indonesia
meskipun judulnya Halloween ? Tapi kalau misalnya, misalnya Ibu tidak liat tanggalnya gitu ya. Nggal liat tanggal 31 Oktober gitu ya.”
Informan : “He’em.” Peneliti :
“Tau Halloween nya karena dari apa Bu ?”
Informan : “Pumpkin.” Peneliti :
“Pumpkin-nya ya meskipun ini nggak berwarna lho Bu ?” Informan : “Dari
pumpkin. Itu kan biasanya e simbol dari, dari, dari, e Halloween, gitu kan. Pumpkin itu kan, itu kan di, di di carving, gitu kan.”
“Dibikin seperti, kayak setan gitu e, e mulutnya, matanya dan sebagainya.” Peneliti
: “Dikasih lampu ?” Informan : “Bukan lampu. Kayak lilin gitu.”
“Lilin itu dikasikan, apa, di dalam labu itu. Jadi nyala, menyala, gitu.”
137
Peneliti : “OK. Kalau misalnya e kita liat dari gambar di dalam strip komik ini.”
“E si Lucy itu mau protes, dalam artian, protes ya. Kalau menurut Ibu bawa papan seperti ini bentuk protes atau bagaimana ?”
Informan : “’The Great Pumpkin is a male ...’” “chauvinist.”
Peneliti : “Nah
istilah chauvinist sendiri ibu mengerti artinya ?”
Informan : “Baru kali ini.” Peneliti :
“Eh, hm,
OK. Apakah itu ? Bisa dijelaskan kepada saya ?” Informan : “Chauvinist ? Baru kali ini. Jadi mungkin bisa dibantu ?”
Peneliti : “Bisa-bisa.
Jadi kalau
chauvinism seperti e kalau untuk bukan untuk bukan gender ya ...”
Informan : “He’em.” Peneliti
: “Jadi dia sebuah paham yang menganggap orang lain derajadnya lebih, orang lain itu derajadnya lebih rendah dari dia.”
Informan : “O, iya,
He’em.” Peneliti : “Jadi ketika si Lucy menyebutkan bahwa dia a male chauvinist,
The Great Pumpkin, maka The Great Pumpkin lebih memihak kaum pria ... Informan : “Male, gitu ya.”
Peneliti : “daripada
kaum wanita.
It’s not fair.” Informan : “He’e, gitu ya. Jadi seperti ini yang saya bilang dari awal bahwa ada term,
satu dua gitu, yang saya nggak tau karena itu ada kaitannya dengan budaya mereka, gitu kan.”
Peneliti : “Nah,
kalau misalnya
Lucy begini,
berarti dia
protes kepada
The Great Pumpkin ?” Informan : “He’em.”
Peneliti : “Ya. Berarti dia protes kepada The Great Pumpkin atas e hak istimewa
atau priviledge yang diberikan kepada si laki-laki ini, adiknya ?” Informan : “He’em.”
Peneliti : “Kalau ibu, karena ibu tidak mengetahui history-nya ...”
“bisa saya ceritakan bahwa menurut sejarah, pada malam Halloween, The Great Pumpkin, itu kan sebenernya tidak exist ya, sama seperti
Santa Claus ...” Informan : “He’em. Betul.”
Peneliti : “itu akan terbang melintasi ladang labu ...”
Peneliti : “dia membawa sekarung mainan.”
“Siapapun yang duduk setia menunggui labunya, seperti yang dilakukan oleh Linus ini, akan mendapatkan hadiah.”
“Nah, ini kan, kalau melihat waktu, kira-kira Linus sudah berapa lama menunggu ni Bu ? Keliatannya ?”
Informan : “Kayaknya dari, dari, dari siang sampai malem kayaknya ya ?” Peneliti :
“Dilihat dari
...”
138
Informan : “Dari awannya
ini.” Peneliti :
“Oya, jadi
...” Informan : “Jadi sampe malem. Berjam-jam ...”
Peneliti : “Meskipun nggak gelap ya Bu ya.”
Informan : “He’e.”
Peneliti : “Tapi karena awan jadi Ibu tau bahwa waktunya berlangsung cukup lama ?
Rentang waktunya ?” Informan : “He’e.”
Peneliti : “Nah, biasanya yang sampe yang diijinkan berada di luar rumah sampe
malem kan anak laki-laki.” Informan : “He’em.
Betul.” Peneliti
: “Jadi yang dapet hadiah adalah ...” Informan : “Anak
laki-laki.” Peneliti
: “anak laki-laki. Proteslah si Lucy.” Informan : “Iya. karena anak perempuan biasanya kan nggak, nggak diperbolehkan
sampe ...” Peneliti :
“Malem ?”
Informan : “Ha’a. Sampe
malem.”
Lampiran V, Halaman 7--8 Analisis Peneliti atas Hasil Pengungkapan Implikatur Percakapan dari
Ujaran 17 – 18 oleh Informan 1
17 The Great Pumpkin is a male chauvinist
Selain menganalisis unsur verbal berupa ujaran tulisan di dalam papan protes yang dibawa Lucy van Pelt, informan 1 juga menganalisis
unsur visual berupa gambar buah labu pumpkin sebagai simbol perayaan Helloween dan gambar awan sebagai penanda waktu yang
menunjukkan rentang waktu selama Linus van Pelt menunggu kehadiran The Great Pumpkin.
Dalam menganalisis ujaran 17, informan 1 meminta bantuan peneliti untuk menceritakan peristiwa budaya Amerika berupa
Halloween dan tokoh The Great Pumpkin serta menjelaskan makna istilah ‘male chauvinist’ yang digunakan oleh Lucy van Pelt.
139
Menurut informan 1, implikatur percakapan dari ujaran 17 adalah Lucy van Pelt memprotes keberpihakan The Great Pumpkin kepada
kaum pria Linus van Pelt, adiknya di dalam perayaan Helloween. Implikatur percakapan tersebut diperoleh informan 1 berdasarkan
pengetahuannya tentang peristiwa budaya Amerika berupa Helloween dan tokoh The Great Pumpkin yang dijelaskan oleh peneliti, di mana
pada malam Halloween The Great Pumpkin terbang melintasi kebun labu dengan membawa sekarung mainan yang akan dihadiahkannya kepada
anak yang setia menunggui buah labunya. Karena pada umumnya hanya anak laki-laki yang diijinkan berada di luar rumah hingga
larut malam, maka mereka lah yang akan mendapatkan mainan dari The Great Pumpkin sebagai hadiah atas kesetiaan mereka menunggui
buah labunya. Hal tersebut juga diperoleh informan 1 berdasarkan makna
istilah male chauvinist yang dijelaskan oleh peneliti, di mana The Great Pumpkin lebih memihak kaum pria daripada kaum wanita.
Ujaran 17 relevan dengan situasi percakapan di dalam seri tersebut karena dikemukakan oleh Lucy van Pelt untuk
menghujat ketidaksetaraan gender di dalam perayaan Helloween. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut.
Peneliti : “Nah, kalau misalnya Lucy begini, berarti dia protes kepada The Great Pumpkin ?”
Informan : “He’em.”
Peneliti : “Ya.
Berarti dia protes kepada The Great Pumpkin atas e hak istimewa
atau priviledge yang diberikan kepada si laki-laki ini, adiknya ?” Informan : “He’em.”
18 onomatope Sigh
140
Informan 1 tidak mengungkapkan implikatur percakapan dari ujaran 17 karena tidak memandang onomatope 18 sebagai ujaran
yang seharusnya dianalisis. Hal tersebut sepenuhnya merupakan kesalahan peneliti yang tidak segera mengajukan pertanyaan arahan
yang berkaitan dengan onomatope tersebut.
4.1.3.4.2 Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran di dalam Seri 4 oleh Informan 2