Perumusan Permasalahan Infososio
1. Perumusan Permasalahan Infososio
Setiap penelitian selalu bermula dari ada- nya masalah atau tantangan. Dalam konteks
FUNGSI STUDI PUSTAKA
penelitian, masalah diartikan sebagai adanya
Penelaahan pustaka yang ber-
kesenjangan antara harapan dengan kenya-
hubungan dengan masalah yang
taan. Misalnya, Anda berharap sekolah Anda
diteliti berfungsi untuk (1) men-
memiliki prestasi lebih dibandingkan sekolah
dalami masalah yang diteliti, (2)
lain. Namun, kenyaataannya tidak demikian.
menyusun kerangka teori seba- gai landasan berpikir, (3) mem-
Itu berarti ada kesenjangan (perbedaan) antara
pertajam konsep sehingga me-
harapan Anda dengan kenyataan. Mengapa
mudahkan perumusan hipo-
itu terjadi, dan bagaimana cara meningkatkan
tesis, dan (4) untuk menghindari
prestasi, adalah dua masalah yang perlu dicari
pengulangan penelitian yang
jawabannya. Masalah juga dapat diartikan pernah dilakukan orang lain
terhadap masalah yang sama.
sebagai sesuatu yang membutuhkan penjelas-
(Mely. G. Tan, 1994).
an. Untuk memperoleh suatu penjelasan di- perlukan sebuah penelitian, karena dengan penelitian dapat diungkap (ditemukan) pengetahuan atau informasi yang sebelumnya tidak diketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan selalu berhadapan dengan berbagai masalah. Tidak ada kehidupan yang tanpa masalah. Setelah satu masalah terselesaikan, akan muncul masalah baru. Itulah kehidupan. Ketika Anda mem- baca buku, selain memperoleh pengetahuan baru juga memicu pikiran Anda untuk mengetahui lebih jauh pengetahuan itu. Jadi, membaca berbagai literatur dapat menjadi sumber masalah untuk diteliti. Ketika Anda bergaul, bercakap- cakap, atau berdiskusi muncul pula pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban. Hal itu juga sumber masalah. Apabila Anda mempelajari ilmu penge- tahuan, berbagai pertanyaan akan selalu muncul. Misalnya, ketika Anda mem- pelajari perubahan sosial. Dalam benak Anda pun mungkin muncul berbagai pertanyaan, benarkah masyarakat Anda selalu berubah, faktor-faktor apa saja yang mendorong perubahan tersebut? Apa saja akibat perubahan itu terhadap kehidupan warganya, dan sebagainya? Hal tersebut adalah bentuk-bentuk masalah yang dapat dijadikan pangkal tolak penelitian sosial.
Ada masalah yang kecil dan sederhana sehingga pemecahannya pun cukup dengan cara-cara sederhana, tidak harus melalui penelitian ilmiah yang rumit. Akan tetapi, ada juga masalah yang pemecahannya harus melalui penelitian ilmiah sehingga jawaban yang diperoleh dapat diterima secara ilmiah pula.
174 Sosiologi SMA/MA Kelas XII
Oleh karena itu, tidak semua masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari layak diangkat menjadi objek penelitian. Dengan kata lain, kita harus memilih dan mempelajarinya terlebih dahulu apakah masalah itu layak diangkat menjadi objek penelitian atau tidak, dan setelah itu dirumuskan lebih sistematis sebagai masalah dalam penelitian. Ketiga tahap inilah yang tercakup dalam langkah perumusan masalah dalam desain penelitian. Agar lebih jelas, berikut ini diuraikan satu per satu.
a. Pemilihan Masalah Berbagai masalah yang dapat diangkat menjadi objek penelitian, kita harus
memilih salah satu secara tepat. Ketepatan pemilihan didasarkan kepada tiga hal, yaitu masalah itu sesuai dengan minat kita, memungkinkan untuk dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut, faktor-faktor pendukungnya tersedia, dan bermanfaat.
Apabila masalah itu sesuai minat kita, maka masalah itu kita pahami dan kita hayati benar. Akan tetapi, apabila kita tidak berminat terhadap suatu masalah, pada umumnya kita juga kurang bergairah dalam melakukan penelitian. Namun adakalanya kita menemukan masalah yang menarik, namun sulit dilakukan penelitian. Hal-hal yang menyebabkan kita kesulitan melaksanakan penelitian antara lain faktor penguasaan teori dan metode, keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga dan biaya. Misalnya, Anda tertarik untuk meneliti masalah etos kerja masyarakat Jepang. Dalam kapasitas Anda sebagai peserta didik SMA saat ini, apakah Anda dapat melakukannya? Tentu sulit dan berat. Kita pun hendaknya tidak mengangkat persoalan yang tidak bermanfaat bagi perkembangan ilmu atau tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari, penelitian adalah pekerjaan yang rumit dan membutuhkan tenaga, pikiran, dan biaya. Oleh karena itu, penelitian harus mengangkat masalah yang bermanfaat.
b. Studi Pendahuluan Setelah kita menemukan satu
masalah yang tepat berdasarkan kriteria di atas, kita masih harus me- lakukan studi pendahuluan sebelum benar-benar menetapkan masalah tersebut sebagai objek penelitian. Studi pendahuluan bertujuan untuk memastikan apakah masalah ter- sebut benar-benar belum pernah diteliti orang lain, mengetahui de- ngan pasti apa yang akan diteliti, mengetahui di mana dan kepada siapa informasi dapat diperoleh,
Sumber: Haryana
mengetahui cara memperoleh data, Gambar 5.5 Studi pustaka merupakan bagian dari
kegiatan perencanaan penelitian.
Desain Penelitian Sosial
Studi pendahuluan pada dasarnya adalah pengumpulan informasi untuk mendukung pemilihan masalah. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, kita dapat mengkaji berbagai dokumen (buku, majalah, koran, laporan, dll), berkonsultasi dengan narasumber, atau mengunjungi lokasi atau benda-benda yang akan dijadikan lokasi penelitian. Seseorang bisa saja merasa yakin proyek penelitiannya layak dilaksanakan karena telah merasa memperoleh informasi yang cukup dari dokumen maupun narasumber. Namun, setelah mengunjungi calon lokasi penelitian niatnya menjadi urung karena lokasi yang sangat sulit dijangkau.
Pada tahap ini, sebaiknya Anda telah menentukan dua atau tiga masalah yang paling menarik dan paling memungkinkan untuk diteliti menurut pemikiran Anda sendiri. Ketiganya Anda ajukan kepada guru pembimbing untuk diperiksa lagi berdasarkan kriteria-kriteria di atas. Akhirnya guru akan menyarankan Anda untuk memilih salah satu masalah, dengan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu.
c. Merumuskan Masalah Setelah kita memilih satu masalah (dengan bantuan guru) dan merasa yakin
dapat melaksanakan penelitian terhadapnya, selanjutnya masalah tersebut kita rumuskan secara jelas dan tegas. Masalah yang telah dirumuskan secara jelas dan tegas tidak akan menimbulkan pemahaman yang berbeda, walaupun dibaca oleh orang-orang yang berbeda. Perumusan masalah pada dasarnya adalah perumusan judul penelitian. Rumusan judul yang baik mencakup lima hal, yaitu mencantumkan sifat dan jenis penelitian, objek yang diteliti, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu (tahun) dilaksanakannya penelitian.
Sifat dan jenis penelitian yang kita lakukan ditentukan oleh jenis dan sifat masalah yang diangkat. Ada tiga jenis masalah, yaitu masalah yang bersifat mendeskripsikan suatu gejala, masalah yang bersifat membandingkan beberapa gejala, dan masalah yang bersifat menghubungkan beberapa gejala. Ketiga jenis masalah tersebut akan menentukan desain penelitian yang kita buat.
Masalah yang bersifat mendeskripsikan suatu gejala akan membuat penelitian kita bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk men- jelaskan keberadaan (status) suatu gejala yang sedang atau pernah berlangsung. Misalnya Anda ingin mengetahui penyebab terjadinya aksi demonstrasi atau maraknya kejahatan di Jakarta. Artinya, Anda akan berusaha mendeskripsikan penyebab peristiwa-peristiwa itu. Dalam desain penelitian Anda, masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat judul penelitian yang berbunyi, Studi Deskriptif Mengenai Faktor Penyebab Demonstrasi di Ibu kota pada Tahun 2006, atau Kajian Deskriptif Mengenai Tanggapan Masyarakat Joyobayan Mengenai Maraknya Kejahatan di Masyarakat Joyobayan pada Tahun 2006.
176 Sosiologi SMA/MA Kelas XII
Apabila dirinci, judul tersebut terdiri dari unsur-unsur:
1) sifat atau jenis penelitian, yaitu studi deskriptif dan kajian deskriptif.
2) objek yang diteliti, yaitu faktor penyebab demonstrasi dan tanggapan masyarakat.
3) subjek yang diteliti, yaitu masyarakat Ibu Kota dan masyarakat Joyobayan.
4) lokasi penelitian, yaitu ibu kota dan kota Joyobayan.
5) waktu pelaksanaan, yaitu tahun 2006. Apabila peneliti ingin melakukan penelitian yang membandingkan dua gejala
atau lebih, maka masalah yang diangkat bersifat studi komparatif (kajian perbandingan). Misalnya, Anda ingin membandingkan sifat kebersamaan masyarakat desa dengan masyarakat kota. Di satu sisi Anda akan meneliti masya- rakat desa, dan di sisi lain Anda juga meneliti masyarakat kota. Hasil penelitian kedua gejala tersebut diperbandingkan. Oleh karena itu, rumusan judul tertulis Studi Perbandingan Mengenai Sifat Kebersamaan Masyarakat Kota dengan Masyarakat Desa Tahun 2006, atau Penelitian Perbandingan antara Sifat Kebersamaan Masyarakat Kota dengan Masyarakat Desa Tahun 2006. Cobalah Anda uraikan lima unsur yang terdapat dalam kedua rumusan judul di atas!
Masalah yang bersifat mencari hubungan antara dua gejala sosial disebut masalah korelatif (mencari hubungan). Korelasi antara dua gejala atau lebih dapat bersifat korelasi sejajar, atau korelasi sebab-akibat. Korelasi sejajar berusaha mencari hubungan antara dua gejala yang tidak tidak memiliki hubungan sebab akibat. Misalnya, Anda meneliti prestasi belajar Antropologi dengan prestasi belajar Sosiologi sebuah kelas. Dua mata pelajaran tersebut tidak memiliki hubungan sebab akibat, namun Anda dapat mengungkap kemung- kinan adanya hubungan tertentu di antara keduanya. Ada kemungkinan bahwa kelas yang berprestasi bagus dalam Antropologi ternyata juga berpretasi bagus dalam Sosiologi. Ada pula kemungkinan, bahwa kelas yang berprestasi bagus dalam Antropologi ternyata tidak berprestasi bagus dalam Sosiologi.
Apabila penelitian mengenai korelasi sejajar tersebut dirumuskan dalam bentuk judul maka menjadi Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Antropologi Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Peserta Didik SMA Negeri 1 Baker Kabupaten Joyobayan Jawa Tengah Tahun 2006, atau Hubungan antara Prestasi Belajar Antropologi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Peserta Didik Kelas XII SMUN Saroja Ambon Joyobayan Tengah Tahun 2006. Cobalah Anda uraikan lima unsur yang terdapat dalam kedua rumusan judul di atas!
Korelasi sebab-akibat adalah masalah yang menyangkut hubungan sebab akibat antara dua gejala sosial yang berbeda, misalnya Anda telah mempelajari bahwa nilai-nilai agama menyebabkan tumbuhnya etos kerja masyarakat. Kemudian, Anda tertarik untuk meneliti nilai-nilai apa saja yang dimiliki agama tertentu yang menyebabkan etos kerja pemeluknya tinggi atau rendah. Hubungan sebab akibat seperti itu kalau dirumuskan dalam judul penelitian akan menjadi Pengaruh Nilai-nilai Agama Islam terhadap Etos Kerja Masyarakat Suka Pindah
Desain Penelitian Sosial
Tahun 2006, atau Hubungan Sebab Akibat antara Nilai-nilai Agama Kristen terhadap Tingginya Etos Kerja Masyarakat Joyobayan Tahun 2006. Cobalah Anda uraikan lima unsur yang terdapat dalam kedua rumusan judul di atas!
Dalam penelitian ilmiah, masalah selalu tertulis secara eksplisit dalam rumusan judul. Hal ini tidak sama dengan tulisan-tulisan nonilmiah. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan penelitian harus ditulis secara leng- kap. Oleh karena itu, perumusan masalahan (judul) seperti di atas masih harus dilengkapi dengan beberapa hal yaitu:
1) penegasan judul,
2) alasan pemilihan judul,
3) pembatasan masalah,
4) tujuan penelitian, dan
5) manfaat penelitian. Kelima hal tersebut harus ditulis secara lengkap dan jelas agar orang lain
dapat memahami dan melaksanakan peneltian yang kita buat. Dengan kata lain, tanpa kehadiran pembuat desain penelitian pun orang lain dapat melaksana- kannya.
Penegasan judul bentuknya berupa penjelasan konsep-konsep (pengertian) yang tercantum dalam judul, sebab setiap orang kadang-kadang memiliki pemahaman yang berbeda terhadap sebuah konsep yang diwakili suatu istilah. Misalnya judul yang tertulis Sikap Peserta Didik SMA terhadap Pornografi dan Pornoaksi Tahun 2006. Dalam judul tersebut ada beberapa konsep (istilah) yang perlu ditegaskan dengan penjelasan agar tidak memberikan peluang bagi orang lain untuk menafsirkannya secara berbeda. Istilah-istilah itu antara lain sikap, pornografi, dan pornoaksi.
Mengapa seseorang memilih suatu judul tentu ada alasannya. Alasan itu juga harus dicantumkan dalam desain penelitian. Pada umumnya, alasan pemilihan judul mencakup tiga hal, yaitu pentingnya suatu masalah (judul) diteliti, menariknya masalah (judul) untuk diteliti, dan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa sepanjang pengetahuan peneliti belum ada orang yang menelitinya.
Suatu masalah juga harus dibatasi ruang lingkupnya agar penelitian terfokus, tidak melebar atau menyempit mengikuti kemauan hati peneliti. Segala sesuatu yang akan diteliti harus dibatasi secara pasti. Misalnya judul di atas, Sikap Peserta Didik SMA terhadap Pornografi dan Pornoaksi Tahun 2006, dapat dibatasi permasalahannya menjadi:
1) bagaimana tanggapan peserta didik SMA terhadap tulisan porno yang beredar di masyarakat?
2) bagaimana tanggapan peserta didik SMA terhadap gambar-gambar porno yang beredar di masyarakat?
3) bagaimana tanggapan peserta didik SMA terhadap video porno yang beredar di masyarakat?
178 Sosiologi SMA/MA Kelas XII
4) bagaimana tanggapan peserta didik SMA terhadap cara berpakaian dengan menonjolkan aurat yang beredar di masyarakat?
5) bagaimana tanggapan peserta didik SMA terhadap tarian porno yang beredar di masyarakat?
Kelima pertanyaan itulah yang nantinya harus ditemukan jawabannya melalui penelitian. Peneliti tidak boleh keluar dari kedua pokok pertanyaan tersebut. Agar proses penelitian tidak keluar dari wilayah pembicaraan kelima hal tersebut, maka perlu ditentukan batas-batasnya.
Berikutnya, desain penelitian kita perlu mencantumkan tujuan penelitian secara eksplisit. Intinya sama dengan isi kalimat pertanyaan untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Perbedaannya terletak pada rumusan kalimatnya. Apabila pembatasan masalah dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, sebaliknya tujuan diuraikan dalam bentuk kalimat pernyataan. Oleh karena itu, kelima kalimat pertanyaan di atas dapat diubah menjadi tujuan penelitian sebagai berikut:
1) untuk mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap tulisan porno yang beredar di masyarakat,
2) untuk mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap gambar-gambar porno yang beredar di masyarakat,
3) untuk mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap video porno yang beredar di masyarakat,
4) untuk mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap cara berpakaian dengan menonjolkan aurat yang beredar di masyarakat.
5) untuk mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap tarian porno yang beredar di masyarakat.
Akhirnya, rumusan masalah yang baik perlu disertai dengan penjelasan secara eksplisit mengenai manfaat hasil penelitian. Sebenarnya ini tidak harus ada karena suatu penelitian yang akan dilakukan harus memiliki manfaat. Namun, karena segala sesuatunya harus tertulis, maka sebaiknya disertakan.
Penjelasan mengenai manfaat penelitian merupakan kelanjutan dari pen- jelasan tujuan penelitian. Setelah tujuan tercapai, peneliti harus dapat men- jelaskan apa manfaat hasil dari pencapaian tujuan tersebut. Misalnya, setelah mengetahui tanggapan peserta didik SMA terhadap pornografi dan pornoaksi, apa manfaat yang dapat diperoleh dari pengetahuan terhadap tanggapan itu? Mungkin kita bisa menjelaskan, bahwa ketidaksukaan peserta didik SMA terhadap pornografi dan pornoaksi akan mendukung pelaksanaan budaya sekolah yang didasarkan kepada nilai-nilai pendidikan agama atau terbukti bahwa peserta didik sekolah tersebut tidak menyukai berbagai pornografi dan pornoaksi, maka sekolah tersebut dapat menerapkan larangan segala bentuk pornografi dan pornoaksi di lingkungan sekolah.
Desain Penelitian Sosial