Faktor Penghambat Perubahan

2. Faktor Penghambat Perubahan

Faktor-faktor penghambat perubahan itu antara lain keterisolasian ma- syarakat, ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap meng- agungkan tradisi, ketakutan kepada perubahan, prasangka buruk terhadap pengaruh luar, dan nilai-nilai sosial.

a. Keterisolasian Masyarakat Pada saat ini, hampir tidak ada masyarakat yang benar-benar terisolasi.

Namun, dalam ukuran tertentu suatu masyarakat dapat dianggap terisolasi. Keterisolasian dapat disebabkan oleh letaknya yang terpencil, sulitnya hubungan transportasi menuju daerah itu, karena daerah itu belum tersentuh pem-

Perubahan Sosial Perubahan Sosial

Sebuah desa kecil yang terpencil jauh di atas gunung atau di tengah hutan akan mengalami kelambanan perubahan. Penduduk sulit bepergian, karena sulitnya jalan yang harus ditempuh. Belum adanya kendaraan transportasi membuat orang luar tidak tertarik untuk datang. Tidak adanya media massa, membuat perubahan seolah tidak terjadi di desa itu. Oleh karena keadaan terisolasi selalu menjadi penghambat perubahan, maka pemerintah sering men- jadikan program pembangunan infrastruktur yang berupa jalan penghubung antardaerah, pelabuhan, jembatan, dan sarana telelomunikasi. Apabila semua sarana tersebut telah tersedia, maka kontak dengan masyarakat luar diharapkan merangsang potensi sosial ekonomi daerah itu. Sering pula pemerintah merang- sang penanaman modal di daerah terisolir dengan tujuan untuk menarik kaum pendatang, selain untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi setempat.

b. Ketertinggalan dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Faktor kedua ini, berhubungan dengan kondisi terisolasi dan kesadaran

dalam pendidikan yang masih rendah. Orang-orang yang berpendidikan pada mulanya lebih terbuka dalam menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin banyak warga masyarakat yang berpendidikan, maka semakin maju pula masyarakat tersebut. Cara berpikir kreatif memungkinkan mereka menemukan cara-cara baru, sehingga tidak sekedar mewarisi tradisi dari nenek moyang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai masyarakat pun akan mudah diserap. Semakin tinggi tingkat kemajuan ilmu pengetahuan yang dikuasai, maka semakin pesat pula perubahan yang terjadi.

c. Sikap Mengagungkan Tradisi Di antara warga masyarakat selalu

ada orang atau kelompok orang yang mengagung-agungkan tradisi yang mereka warisi dari nenek moyang. Segala sesuatu yang dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai tradisi akan mereka tolak. Padahal, banyak sekali hal-hal baru yang kelihatannya bertentangan dengan

tradisi kita sendiri sebenarnya membawa

Sumber: Insight Guides

Gambar 1.15 Masyarakat yang terlalu memegang

potensi kemajuan, misalnya pengambilan

teguh tradisi dan fatalistik akan memperlambat bahkan menghambat proses perubahan sosial.

keputusan dengan voting (pemungutan

28 Sosiologi SMA/MA Kelas XII 28 Sosiologi SMA/MA Kelas XII

d. Ketakutan pada Perubahan Orang-orang yang merasakan hidup nyaman pada umumnya memiliki ke-

takutan tersembunyi terhadap ide-ide perubahan. Ketika reformasi mulai bergulir di Indonesia, banyak orang yang hidupnya mapan berusaha melawan gelombang reformasi itu. Orang-orang seperti itu, menganggap perubahan sebagai ancaman terhadap kemapanan hidupnya. Bagi mereka perubahan memiliki kemungkinan buruk, yaitu hilangnya kenyamanan hidup yang selama ini telah dinikmatinya. Kekhawatiran seperti itu dapat dialami perseorangan maupun kelompok.

e. Prasangka Buruk terhadap Pengaruh Luar Prasangka buruk tidak pernah dapat dilepaskan dalam pergaulan antar-

masyarakat. Bangsa Barat yang pada umumnya nonmuslim memiliki prasangka buruk terhadap orang Arab yang pada umumnya muslim. Ketika masih ada Uni Soviet sebagai pusat ideologi komunis di dunia, terjadi pula prasangka buruk dengan dunia Barat yang kapitalis. Kendala ini lebih bersifat ideologis. Di Indonesia sendiri prasangka buruk antarkelompok sosial (suku, etnis, agama) masih sering terjadi. Apalagi hubungan di antara kedua kelompok masyarakat pernah diwarnai hal-hal yang mengecewakan. Akibatnya, setiap pengaruh dari masyarakat yang pernah merugikannya selalu dicurigai. Sikap seperti ini tidak menguntungkan bagi perubahan sosial, namun sulit dihindari.

f. Nilai-nilai Sosial Di dalam masyarakat selalu terdapat nilai-nilai sosial yang menjadi dasar

hubungan sosial warganya. Ada masyarakat yang memiliki nilai sosial mendukung perubahan, namun ada pula yang justru menghambat. Masyarakat yang me- mandang kehidupan sebagai sesuatu yang tidak berharga, pada mulanya tidak berusaha mengisi hidupnya dengan berbagai karya. Mereka tidak memiliki hasrat untuk memperoleh sesuatu yang lebih dalam hidupnya. Orang yang dianggap baik menurut nilai sosial adalah mereka yang tidak terlalu mengejar keberhasilan, tidak berambisi, tetapi merasa cukup dengan apa yang telah diperolehnya. Nilai-nilai sosial yang melahirkan sikap seperti itu sesungguhnya menghambat perubahan.

Perubahan Sosial