Lembaga Keluarga dan Fungsinya
2. Lembaga Keluarga dan Fungsinya
Keluarga merupakan unsur masyarakat yang sangat penting. Setiap interaksi sosial sesungguhnya dipengaruhi keluarga, sebab seseorang senantiasa mengembangkan kepribadiannya berdasarkan sosialisasi awal dari keluarga. Setiap masyarakat pun telah melembanggakan norma-norma pembentukan keluarga dengan berbagai ragam bentuk dan struktur. Berikut ini akan kita bicarakan hakikat keluarga dan fungsinya di masyarakat.
a. Hakikat Lembaga Keluarga Kebutuhan untuk bergaul dengan
lawan jenis adalah kubutuhan yang men- dasar dan tidak dapat diingkari. Oleh karena itu, perlu adanya tata cara supaya pemenuhannya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Anda bisa membayangkan, bagaimana seandainya tidak ada norma keluarga yang mengatur hak dan kewajiban pria dan wanita dalam hal pergaulan tersebut.
Keluarga juga merupakan lembaga sosial yang pertama kali terbentuk.
Sumber: Budi Wahyono
Dalam masyarakat suku primitif yang
Gambar 4.6 Upacara pernikahan hanya sekedar aca-
mempunyai jumlah penduduk relatif
ra simbolik yang menandakan proses terbentuknya sebuah keluarga.
sedikit, satu-satunya lembaga yang ada adalah keluarga. Semua pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat diatur oleh keluarga. Ketika jumlah anggota suku bertambah, para kepala keluarga bergabung dan terbentuklah lembaga perwakilan, semacam badan musyawarah desa atau rembug desa, yang pertama.
128 Sosiologi SMA/MA Kelas XII
Adanya badan seperti itu berarti telah lahir sebuah organisasi yang kemudian memunculkan birokrasi. Demikianlah keluarga menjadi lembaga sosial yang sangat mendasar.
Sebuah keluarga terbentuk melalui perkawinan terlebih dahulu. Perkawinan sering diartikan secara sempit sebagai sebuah upacara atau pesta pernikahan. Hal tersebut hanya merupakan suatu cara mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah menikah. Pengumuman seperti ini memang penting. Lembaga perkawinan atau keluarga dalam arti luas meliputi norma-norma yang mengatur hal-hal sebagai berikut; cara memperoleh pasangan hidup, melahirkan dan merawat anak, memenuhi kebutuhan ekonomi, memelihara anggota yang sakit atau jompo, serta pengaturan hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan masyarakat luas.
Sebelum sepasang pengantin mengikat diri dalam sebuah keluarga, ada beberapa tahapan yang mereka lalui sebagai bagian dari proses yang telah melembaga untuk membentuk keluarga, yaitu kencan, peminangan, pertunang- an, dan perkawinan.
Namun perlu diingat, bahwa tahapan seperti di atas tidak terjadi secara universal. Setiap masyarakat memiliki cara-cara yang berbeda dalam mengikat pasangan untuk berkeluarga. Ada masyarakat yang menjodohkan anak-anak mereka di bawah usia sepuluh tahun, ada yang memberikan kebebasasan kepada anak-anak untuk menentukan jodohnya sendiri. Pada umumnya, dalam masya- rakat pedesaan di Jawa, perjodohan sangat ditentukan oleh orang tua. Namun, semakin modern pola pikiran, hal tersebut kian luntur. Sementara itu, di masyarakat Barat (Amerika dan Eropa), orang tua tidak mengatur anak-anaknya dalam menentukan jodoh.
Dalam memilih calon pasangan, ada masyarakat yang mendorong warganya untuk mengambil pasangan dari luar masyarakatnya sendiri (eksogami). Namun ada pula yang menekankan agar seseorang mengambil jodoh dari dalam kelompok sendiri (endogami). Dalam hal jumlah pasangan, ada masyarakat yang menyetujui pasangan lebih dari satu (poligami). Bentuk poligami bisa berupa poliandri atau poligini. Poliandri adalah seorang wanita yang memiliki lebih dari satu suami, sedangkan poligini adalah seorang pria mengawini lebih dari satu wanita. Pada masyarakat kita, bentuk yang paling diterima adalah pasangan satu pria dengan satu wanita (monogami).
Menurut Horton dan Hunt (1991), berdasarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada di seluruh dunia, struktur keluarga ada lima macam. Kelima bentuk itu adalah:
1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama,
2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan,
3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak,
4) pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak, dan
5) satu orang dengan beberapa anak.
Bentuk-bentuk Lembaga Sosial dan Fungsinya
Keluarga yang terdiri dari suami, isteri yang diikat perkawinan resmi dan anak-anak mereka disebut keluarga batih atau keluarga inti (nuclear family). Bila keluarga batih memasukkan sanak-saudara untuk hidup bersama, maka disebut keluarga konjugal (conjugal family) atau keluarga luas (extended family). Ada pula keluarga yang tidak didasarkan pada hubungan perkawinan, tetapi lebih kepada pertalian darah (consanguine family). Komposisi keluarga hubungan darah lebih luas karena menyangkut saudara-saudara sedarah beserta anak- anak mereka.
Setelah keluarga terbentuk, ada masyarakat yang mengatur agar anak yang baru berkeluarga tinggal terpisah dengan orang tua atau mertuanya. Ini disebut perkawinan neolokal (neolocal marriage). Namun, ada pula masyarakat yang menghendaki agar anak yang baru berkeluarga tinggal bersama keluarga suami (patrilocal marriage) atau sebaliknya tinggal bersama keluarga pihak isteri (matrilocal marriage).
Adat kebiasaan masyarakat pun mengatur posisi dan peran suami-isteri dalam keluarga. Apabila pihak laki-laki lebih dominan maka disebut keluarga patriarkat, dan apabila pihak wanita yang dominan disebut matriarkat. Ikatan keluarga juga dibedakan menurut garis keturunan. Keluarga patrilineal menganut garis keturunan bapak (laki-laki) sehingga yang dianggap anggota keluarga adalah semua keluarga laki-laki dari pihak ayah. Sebaliknya, keluarga matrilineal menganut garis keturunan ibu, sehingga yang dianggap anggota keluarga adalah semua saudara perempuan dari pihak ibu. Garis keturunan ini menyangkut pewarisan harta dan tanggung jawab terhadap anak-anak.
Semua tata cara itu telah melembaga karena telah ditetapkan sebagai pola yang paling cocok bagi masing-masing masyarakat.Akan tetapi, apabila dilihat dari sudut pandang kerangka kebudayaan masyarakat lain tentu akan menimbulkan penilaian berbeda. Hal seperti ini karena budaya bersifat relatif, artinya sesuatu yang cocok untuk satu masyarakat belum tentu cocok bagi masyarakat yang lain. Hal yang penting bukan pada perbedaan bagaimana tata cara tersebut dilembagakan, melainkan tujuan dan fungsinya bagi masyarakat bersangkutan.
b. Fungsi Keluarga Secara umum, pembentukan keluarga memiliki tiga fungsi utama, yaitu
untuk mengatur hubungan antarjenis kelamin, untuk menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus, dan untuk mengatur tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pendidikan anak dan perlindungan terhadap semua anggota keluarga. Ketiga fungsi umum tersebut dijabarkan menjadi tujuh fungsi khusus berikut ini:
1) Pengaturan Hubungan Seks Setiap pria dan wanita yang normal memiliki dorongan biologis untuk
berhubungan intim. Hal ini tidak bisa dipungkiri siapa pun dan dengan dalih ukuran moral apa pun. Namun, akan sangat berbahaya apabila tidak ada norma
130 Sosiologi SMA/MA Kelas XII 130 Sosiologi SMA/MA Kelas XII
2) Reproduksi Fungsi ini berkaitan dengan upaya
melahirkan keturunan (anak) sebagai ge- nerasi penerus. Semua orang berkeinginan memiliki penerus kehidupannya di dunia. Untuk itu, mereka membutuhkan lawan jenis untuk mewujudkannya. Cara yang pa- ling baik dan aman adalah dengan per- nikahan resmi. Beberapa cara lain juga me- mungkinkan tetapi tidak praktis, berisiko, dan bertentangan dengan norma yang lazim.
3) Sosialisasi
Sumber: Ayahbunda, 8 Juni 2005
Seorang bayi yang baru lahir mem- Gambar 4.7 Salah satu tujuan perkawinan butuhkan kasih sayang langsung dari orang adalah untuk memperoleh keturunan yang jelas
tuanya. Semakin dewasa, anak tersebut asal-usul dan statusnya. akan mengenal lingkungan sekitarnya. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dalam keluarga akan membentuk kepribadiannya yang paling mendasar. Orang tua dan anggota keluarga yang lain juga menjadi contoh untuk ditiru tingkah lakunya. Pendidikan dan pengenalan berbagai norma sosial pada tahap pertama diperoleh anak dari keluarga. Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak diserap dari sosialisasi dalam keluarga. Oleh karena itu, fungsi keluarga sebagai media sosialisasi sangat dominan dan penting.
4) Afeksi Perasaan dicintai dan disayangi orang
tua sangat berpengaruh terhadap kepri- badian seorang anak. Anak yang tidak memperoleh kasih sayang cukup dari ke- luarganya cenderung bermasalah. Misal- nya anak-anak dari keluarga yang terpecah (broken home) sering berperilaku nakal dan cenderung gagal dalam pendidikan. Oleh karena itu, orang tua sebagai sumber kasih sayang sangat penting bagi perkembangan emosi anak. Hal tersebut hanya bisa Sumber: Manual Book SONY Gambar 4.8 diperoleh dalam keluarga. Anak kecil disosialisasikan untuk
mengenal nilai, norma, status, dan peran sosial dalam keluarga.
Bentuk-bentuk Lembaga Sosial dan Fungsinya
5) Perlindungan
Tidak ada lembaga yang memberikan per- lindungan sebaik keluarga kepada anggotanya. Keluarga memberikan perlindungan dari berbagai ancaman pihak luar, ancaman ekonomi, dan ancaman yang bersifat psikologis. Selagi anggota keluarga masih memiliki makanan, maka anggota yang lain tak akan takut kelaparan. Hinaan yang dialami seorang anggota keluarga akan ditang- gung bersama. Apalagi jika ada ancaman fisik (penganiayaan), maka seluruh anggota keluarga akan bersama-sama memberikan perlindungan.
Sumber: Ayahbunda, 8 Juni 2005
Gambar 4.9 Di dalam keluargalah kita
6 ) Fungsi Ekonomi
memperoleh perlindungan yang paling tulus.
Fungsi ini lebih banyak terjadi pada masya- rakat tradisional yang menempatkan keluarga sebagai unit ekonomi (produksi). Di masyarakat pedesaan, seluruh anggota keluarga yang telah dewasa terlibat langsung dalam proses penggarapan lahan pertanian mereka. Mereka bekerja bersama-sama dan menikmati hasilnya bersama-sama pula. Kebutuhan ekonomis sehari-hari diupayakan bersama-sama.
7 ) Fungsi Penentuan Status Di masyarakat dikenal dua macam status,
yaitu status yang diwariskan (ascribed status) dan status yang diupayakan (assign status). Status yang diwariskan biasanya berupa kebangsawanan dan dan kasta. Pada masyarakat tradisional fungsi ini masih dinilai penting, terutama di kalangan aristokrasi. Pewarisan tahta kerajaan didasarkan kepada status keturunan. Dalam dunia modern pun, orang masih memandang arti penting status sosial, sehingga dalam mencari pasangan hidup, asal-usul keturunan diperhatikan. Di kalangan masyarakat Jawa dikenal tiga kriteria dalam memilih jodoh (suami atau isteri), yaitu bibit, bebet, dan bobot. Ketiga kriteria itu mengacu
kepada pemilihan jodoh berdasarkan kesetaraan
Sumber: Haryana
status sosial dan ekonomi. Dalam kasus seperti
Gambar 4.10 Bagaimana status anak
yang lahir tanpa orang tua jelas?