Lembaga Agama dan Fungsinya

3. Lembaga Agama dan Fungsinya

Agama memiliki peran penting dalam masyarakat. Bahkan para pakar ilmu sosial

Infososio dari kalangan sekuler sekalipun mengakui hal

itu. Mereka mengakui nilai-nilai agama senan-

DEFINISI AGAMA

tiasa memengaruhi berbagi aspek lain dalam

1. Lembaga agama merupakan

masyarakat. Untuk memahami suatu masya-

sistem keyakinan dan praktik

rakat, kita tidak bisa terlepas dari mempelajari keagamaan yang penting

dari masyarakat yang telah

agama yang dianut dalam masyarakat ter-

dibakukan dan dirumuskan

sebut. Oleh karena itu, hakikat agama dan

serta yang dianut secara luas

fungsinya di masyarakat akan kita bicarakan

dan dipandang sebagai perlu

berikut ini.

dan benar (Horton dan Hunt, 1991)

2. Agama adalah sebuah sistem

a. Hakikat Lembaga Agama

keyakinan dan praktik sebagai

Apabila Anda membaca berbagai buku

sarana bagi sekelompok

Sosiologi yang membicarakan agama, tentu

orang untuk menafsirkan dan

banyak definisi yang mencoba menjelaskan menanggapi apa yang mere-

ka rasakan sebagai pengada

tentang hakikat agama. Secara umum mereka

adikodrati (supranatural) dan

menjelaskan dari sudut sosiologi yang nadanya

kudus (Johnstone, 1975)

juga cenderung sekuler. Itu berbeda dengan

3. Agama adalah sebuah sistem

definisi teologis (ilmu ketuhanan) yang men- kepercayaan dan tingkah

laku yang berhubungan de-

jelaskan hakikat agama dari segi kebenaran

ngan hal-hal yang dianggap

isi ajarannya.

sakral, yaitu hal-hal yang

Secara sosiologis, agama merupakan sa-

dipisahkan dan dilarang. Aga-

lah satu subsistem sosial, atau hanya sekedar ma juga merupakan perilaku

dan kepercayaan yang mem-

salah satu unsur yang ada dalam masyarakat.

persatukan semua penganut-

Namun demikian, para pakar ilmu sosial juga

nya menjadi satu komunitas

menempatkan agama sebagai faktor yang

moral, yaitu berdasarkan ni-

sangat penting. Tanpa mempersoalkan per- lai-nilai bersama yang disebut

umat (Emile Durkheim).

bedaan keyakinannya, setiap agama ternyata

4. Agama adalah seperangkat

memengaruhi semua aspek dalam masyarakat

aturan dan peraturan yang

(ekonomi, politik, kebudayaan, keluarga, dan

mengatur hubungan manusia

pemerintahan). Oleh karena itu, dalam ilmu

dengan dunia gaib, khusus-

sosial ada cabang khusus yang disebut Sosio- nya dengan Tuhannya, me-

ngatur hubungan manusia

logi Agama, yaitu cabang sosiologi yang mem-

dengan manusia lainnya, dan

pelajari pengaruh ajaran agama terhadap

mengatur hubungan manusia

perilaku pemeluknya dalam kehidupan sehari-

dengan lingkungannya

hari. Pengaruh itu dapat diketahui dari pene- (Mustain Mashud, 2004) rapan nilai-nilai dan norma-norna agama

dalam interaksi sosial.

Bentuk-bentuk Lembaga Sosial dan Fungsinya

Setiap agama mengajak pemeluknya untuk hidup bermoral. Moral merupa- kan ukuran baik atau buruknya perilaku seseorang. Setiap agama mengajarkan moral yang baik, dan bahkan lebih dari sekedar moral. Agama mampu mem- berikan jawaban atas berbagai hal yang misterius. Artinya, banyak hal yang tidak mampu dijelaskan oleh ilmu pengetahuan namun agama mampu men- jawabnya. Dan jawaban itu memuaskan bagi orang-orang yang meyakininya. Salah satu ajaran moral agama adalah mendorong manusia untuk tidak hidup sekadar mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga harus mempedulikan kepentingan orang lain. Semua agama pada dasarnya mengajarkan moral seperti itu.

Ajaran itulah yang tersosialisasi dan terinternalisasi dalam jiwa pemeluknya. Sejak kecil dalam keluarga, kita sudah diajari dan dibiasakan hidup menurut ajaran agama atau kepercayaan orang tua kita. Nilai-nilai agama tertanam dan membentuk kepribadian kita. Selanjutnya, corak kepribadian itu memengaruhi perilaku kita sehari-hari. Apabila perilaku kita dikendalikan oleh nilai-nilai agama, tentu saja interaksi kita dengan orang lain akan dipengaruhi nilai-nilai agama. Padahal semua aspek dalam masyarakat pada umumnya adalah hasil interaksi manusia. Interaksi itu menghasilkan kelompok-kelompok sosial, lembaga- lembaga sosial, norma-norma sosial, dan kebudayaan secara umum. Oleh karena itu, agama merupakan kenyataan yang sangat penting dalam masyarakat.

Agama sebagai suatu lembaga sosial telah berkembang sejak masyarakat primitif hingga

Infososio masyarakat modern. Secara umum, agama

bermula dari kepercayaan yang disebut ani-

MAGI ATAU

misme, dinamisme, totemisme, dan magi.

SANTET

Kemudian, berkembang menjadi politeisme

Seseorang menyantet seseorang

dan akhirnya mencapai bentuk agama ter-

yang lain dengan cara-cara

tinggi yang disebut monoteisme.

tertentu. Misalnya dengan mela- falkan mantra-mantra, sambil

Agar lebih jelas, berikut ini dijelaskan

menggunakan benda-benda ter-

pendapat beberapa pakar yang mencoba

tentu yang dianggap bertuah.

menjelaskan proses evolusi agama.

Orang yang menjadi sasaran lalu

1) Animisme menurut Edward Taylor (1871) jatuh sakit setelah mengetahui

dirinya disantet. Padahal penye-

adalah kepercayaan terhadap arwah-

bab sakit orang itu mungkin kare-

arwah leluhur dan makhluk halus.

na takut atau sebab lain. Jadi,

2) Dinamisme menurut Robert Marret

tidak masuk akal. Kalau magi

(1899) adalah kepercayaan terhadap ke-

memang benar, seharusnya dulu

kuatan gaib yang tak terwujud. Kekuatan Belanda yang menjajah disantet

saja satu per satu. Mengapa me-

itu menghuni benda mati atau manusia,

nunggu dijajah selama 350 ta-

namun bukan roh dan makhluk halus. Ke-

hun?

kuatan itu disebut mana (kesaktian atau karomah).

3) Totemisme menurut Mac Lennan (1827-1881) adalah suatu kepercayan dan sistem ritual yang mengaitkan suatu kelompok masyarakat dengan

134 Sosiologi SMA/MA Kelas XII 134 Sosiologi SMA/MA Kelas XII

4) Magi menurut Frazer, adalah bentuk kepercayaan dan praktik peribadatan primitif berdasarkan proses pemikiran rasional yang salah. Dikatakan rasional karena mencoba mengaitkan suatu hal dengan hal lainnya (seolah- olah seperti hukum sebab akibat atau kausalitas). Magi tidak mengaitkan kepercayaan dengan hal-hal gaib atau makhluk halus. Magi di tanah air kita antara lain santet, tenung atau guna-guna, dan sebagainya.

5) Politeisme adalah bentuk kepercayaan terhadap banyak dewa. Politeisme dapat kita jumpai pada kehidupan bangsa Yunani kuno. Bangsa Yunani kuno percaya bahwa dunia ini dikendalikan oleh dewa-dewi. Dewa-dewi yang menjadi kepercayaan mereka misalnya Zeus, Hera, dan sebagainya.

6 ) Monoteisme adalah bentuk kepercayaan terhadap satu dewa atau satu

Tuhan. Masyarakat modern pada umumnya menganut monoteisme Baik kepercayaan primitif, politeisme, maupun agama monoteis, terdiri

dari unsur keyakinan, praktik, simbol, dan penganut (umat). Keyakinan mengacu kepada adanya suatu sumber kebaikan dan kebenaran yang suci. Setiap agama memiliki simbol dan praktik peribadatan atau upacara tertentu yang di dalamnya terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap penting oleh masyarakat pemeluknya. Masyarakat pemeluk disebut umat, yaitu sekelompok orang yang mempercayai ajaran suatu agama dan mempraktikkan tata cara peribadatannya.

Agama sebagai sebuah lembaga sosial tidak bisa dilepaskan dari keberadaan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebab, pada dasarnya setiap lembaga sosial saling berkaitan dan saling memengaruhi. Corak semua lembaga sosial dalam suatu masyarakat selalu diwarnai oleh keyakinan atau agama yang dianut warga masyarakatnya. Sistem perkawinan (keluarga) dalam masyarakat Bali tidak akan sama dengan sistem perkawinan masyarakat Aceh, karena mereka menganut agama yang berbeda. Demikian juga, kebudayaan, sistem pemerintah- an, pendidikan, hukum, dan lembaga-lembaga lainnya.

Secara umum agama mengatur hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Ajaran moral dan kaidah yang ada di masyarakat bersumber dari agama. Nilai-nilai agama yang dianggap suci (sakral) menjadi dasar pembentukan sistem hukum dan norma sosial. Dengan demikian, corak setiap masyarakat akan senantiasa diwarnai nilai-nilai dan norma-norma yang berasal dari agama.

b. Fungsi Agama dalam Masyarakat Agama mengandung nilai dan norma-norma sosial yang telah melembaga.

Sebagaimana lembaga sosial lain, agama memiliki banyak fungsi baik manifes maupun laten. Fungsi manifes agama adalah mengajak manusia melaksanakan ajarannya yang dilandasi oleh keyakinan dan nilai-nilai moral tertentu, sedangkan

Bentuk-bentuk Lembaga Sosial dan Fungsinya

Selain fungsi-fungsi tersebut agama juga memiliki fungsi-fungsi lain sebagai berikut.

1) Alat Pemersatu Setiap agama memiliki umat yang

dipersatukan oleh kesamaan iman. Iman adalah kepercayaan dalam hati yang menjiwai amal perbuatan. Dengan demi- kian, agama mampu mempersatukan umat dengan langsung mengendalikan- nya dari dalam jiwa setiap manusia. Misalnya, dalam agama Islam ada ajaran yang menganggap bahwa setiap orang Islam adalah bersaudara, tanpa meman- dang golongan dan suku bangsanya. Ini merupakan fungsi yang diharapkan.

Sumber: Gatra, 8 April 2006

Agama lain juga memiliki keyakinan

Gambar 4.11 Agama mempersatukan berbagai bang- sa ke dalam satu kesatuan yang disebut umat.

tersendiri dalam menyatukan umatnya. Keyakinan ini difungsikan secara khusus

secara internal dalam suatu umat agama, sehingga sangat mungkin keyakinan ini berbeda dengan keyakinan umat agama lainnya. Apabila tidak ada rasa saling menghormati, bertoleransi, dan menghargai antarumat beragama muncul gesekan dalam bentuk konflik bernuansa agama seperti yang terjadi di Poso dan Ambon. Konflik seperti ini merupakan fungsi laten yang tidak diharapkan.

2) Benteng Moral Agama mengajarkan nilai-nilai dan moral-moral yang baik kepada

pemeluknya. Orang yang benar-benar mengahayati nilai-nilai moral keagamaan akan selalu mampu mengendalikan perilakunya sendiri. Dia akan selalu ingat bahwa segala tindakannya harus sesuai dengan ukuran moral agama yang dipeluknya. Oleh karena itu, seorang pemeluk agama yang baik seharusnya tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama seperti korupsi, mencuri, membunuh, dan sebagainya.

3) Sumber Tatanan Masyarakat Agama pada dasarnya berisi norma-norma kehidupan yang sangat luas.

Hidup manusia secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat terikat oleh norma-norma tersebut. Masyarakat yang menjiwai ajaran agama dan menerima norma agama tersebut tidak akan membuat tatatan sosial yang menyimpang. Misalnya, masyarakat yang mayoritas beragama Hindu seperti di Bali tentu tidak akan membuat tatanan yang menyalahi norma-norma agama Hindu.

136 Sosiologi SMA/MA Kelas XII

4) Pembentuk Kehidupan yang Beradab Kehidupan yang beradab ditandai dengan sistem pergaulan yang penuh

solidaritas dan saling menghargai, sehingga setiap orang dapat mengembangkan kreativitasnya tanpa mengganggu dan diganggu orang lain. Untuk tercipta kondisi seperti itu diperlukan nilai dan norma sosial yang melembaga, salah satunya dalam bentuk agama. Selama agama tidak dijadikan bibit permusuhan dan sumber perbedaan antarkelompok dapat mengatur kehidupan yang aman, tenteram, dan damai. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk me- rusak pihak lain, namun pergesekan sering terjadi apabila keseimbangan dan keadilan sosial tidak terjaga. Agama dengan keragaman nilai dan norma serta sensitifitasnya dalam masyarakat dianggap paling potensial bagi kelompok yang tidak menginginkan ketenteraman sosial untuk dijadikan sumber pemicu pecahnya konflik. Para provokator cukup menggunakan isu agama untuk memecah solidaritas sosial yang sudah terbangun di suatu wilayah.

5) Media Sosialisasi

Sumber: Haryana dan Robert

Gambar 4.12 Proses sosialisasi terjadi pada saat umat beribadah bersama.

Agama dapat menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma keagaman. Melalui kotbah-kotbah, pengajian, dan kegiatan peribadatan, sebenarnya umat beragama sedang mengalami proses sosialisasi nilai-nilai. Lewat kotbah dan pengajian, umat beragama menerima banyak pengetahuan dan ajaran penting sebagai pedoman hidup, sedangkan melalui peribadatan, umat selalu diingatkan akan kehadiran Sang Pencipta dalam hidupnya. Selain itu, forum-forum keagamaan yang diadakan oleh kelompok- kelompok agama menempatkan seseorang dalam lingkungan sosial yang harus saling berinteraksi. Forum seperti ini menjadi media efektif untuk saling bertukar pikiran, pengalaman, dan memunculkan gagasan-gagasan baru.

6 ) Identitas Kebangsaan dan Kedaerahan Fungsi ini jelas sekali apabila kita mengaitkan suatu bangsa atau daerah

tertentu dengan agama yang dipeluk oleh mayoritas warga masyarakatnya. Kita sering mengindentifikasi negara-negara Arab sebagai negara muslim,

Bentuk-bentuk Lembaga Sosial dan Fungsinya