Frekuensi Peminjaman Persentase Tunggakan

anggota Gapoktan masing-masing guna menambah modal usaha baik tanaman pertanian pangan, peternakan maupun pengadaan sarana produksi pertanian. Tentunya pihak pengurus Gapoktan akan merealisasikan dana pinjaman kepada anggota petani sesuai dengan jenis usaha yang benar-benar diminati dan telah berpengalaman. Hal ini dilakukan dengan harapan petani tersebut mampu mengembalikan kredit sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Berikut tabel realisasi penerima PUAP di Gapoktan Namora, Desa Kota Datar. Tabel 11. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Namora, Desa Kota Datar Priode Waktu Bulan Anggota Penerima PUAP Jumlah On Farm Off Farm I Januari - Mei 2010 2010 52 11 63 II November - Januari 2010 2010 9 9 18 III Agustus 2011 11 3 14 Total 95 Sumber : Data Gapoktan Namora 2010-2011, diolah Dari Tabel 11 di atas dapat diinformasikan bahwa jumlah jangkauan penyaluran di Gapoktan Namora masih relatif sedikit, dengan total penerima atau peminjam dana PUAP dari tiga priode sebanyak 95 anggota, hal ini masih kecil dibandingkan dengan banyaknya jumlah anggota di Gapoktan Namora. Oleh karena itu penyaluran BLM PUAP dari segi jangkauan realiasi pinjaman dinyatakan belum efektif.

5.2.1.3. Frekuensi Peminjaman

Keberhasilan penyaluran pinjaman oleh Gapoktan kepada anggotanya dapat dilihat dari frekuensi atau banyaknya transaksi pinjaman. Penyaluran pinjaman BLM-PUAP di Desa Kota Datar selama tahun 2010-2011 dilakukan Universitas Sumatera Utara sampai tiga priode, artinya ada frekuensi pinjaman. Pinjaman disalurkan yakni ketika usulan RUK Rencana Usaha Kerja disetujui. Frekuensi yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam tempo 1 tahun 8 bulan 20 bulan tentunya dapat dikatakan cukup efektif, karena dengan adanya 3 kali priode penyaluran dana BLM PUAP ke anggota Gapoktan, membuat perputaran dana BLM PUAP menjadi cepat, karena adanya pengembalian ditambah dengan jasa yang dibayarkan. Oleh karena itu diharapkan untuk perencanaan Gapoktan ke depan dapat berjalan lancar.

5.2.1.4. Persentase Tunggakan

Tunggakan pengembalian pinjaman merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan efektivitas penyaluran pinjaman. Apabila tingkat realisasi pinjaman tercapai, frekuensi peminjam meningkat dan jangkauan kredit meluas, namun persentase tunggakan meningkat maka akan mempengaruhi keberhasilan dari program simpan pinjam tersebut. Penyaluran BLM-PUAP melalui Gapoktan di masing-masing desa akan memudahkan penyalurannya sampai ke tangan para anggotanya. Proses pelunasan pinjaman oleh petani sebagai anggota Gapoktan penerima PUAP dilakukan dengan cara pengangsuran secara bulanan sesuai dengan tempo yang diberikan, dengan sistem penetapan bunga tetap. Besarnya bunga yang ditetapkan oleh pengurus Gapoktan telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga ADRT masing-masing Gapoktan. Dalam hal ini, Gapoktan Namora telah menetapkan bunga sebesar 3 dengan jatuh tempo 4 bulan dari peminjaman, sesuai dengan kesepakatan bersama antar anggota Gapoktan. Berikut Tabel 12 Universitas Sumatera Utara mengenai rincian persentase tunggakan Dana PUAP sampai dengan Bulan Agustus 2011, di Gapoktan Namora. Tabel 12. Persentase Tunggakan Dana PUAP, di Gapoktan Namora Periode Dana awal Rp Pengembalian Rp Tunggakan Rp Jasa Rp Periode I 100.000.000 93.170.000 6.830.000 16.152.000 Periode II 71.000.000 24.500.000 46.500.000 7.380.000 Total 171.000.000 117.670.000 53.330.000 23.532.000 Sumber : Data Gapoktan Namora 2010-2011, diolah Pada Tabel 12, dapat dijelaskan bahwa total tunggakan sampai dengan priode II sebesar Rp 53.330.000,- dari total dana awal sebesar Rp 171.000.000,- atau sebesar 31,19 . Adanya penunggakan tersebut, dapat membuat kurang lancarnya penyaluran dana PUAP ke anggota-anggota Gapoktan lainnya yang masih membutuhkan bantuan dana PUAP di Gapoktan Namora. Dalam hal ini, persentase penunggakan dana pinjaman PUAP dalam priode III tidak dibahas, hal ini dikarenakan pinjaman tersebut belum jatuh tempo. Namun, agar pengembalian pinjaman dapat berjalan lancar, pengurus dan PPL Penyuluh Pertanian Lapangan harus lebih sering melakukan suatu fungsi kontrol. Selain kontrol sebelum peminjaman meliputi persyaratan pinjaman, juga dilakukan kontrol pada waktu proses pengembalian pinjaman tersebut. Pengontrolan pada saat pengembalian pinjaman oleh petani dilakukan dengan mengadakan pertemuan akhir bulan guna membahas beragam dinamika masalah pertanian di lapangan serta sekaligus mengumpulkan dana angsuran pinjaman oleh petani yang meminjam. Adanya tunggakan dari pengembalian angsuran pinjaman dana BLM- PUAP di Gapoktan Namora menunjukkan bahwa penyaluran dana BLM-PUAP dari segi persentase tunggakan dapat dikatakan belum efektif. Universitas Sumatera Utara

5.2.1.5. Pembentukan LKM-A Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis