Status Usahatani Petani Responden Usia Petani Responden Tingkat Pendidikan

6 Membayar simpanan pokok sebesar Rp 10.000,- 7 Membayar simpanan wajib sebesar Rp 1.000,- per bulan, dan 8 Membawa pas photo 3x4 sebanyak dua lembar.

4.3. Karakteristik Petani Responden

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

4.3.1. Status Usahatani Petani Responden

Berdasarkan hasil survey secara langsung di daerah penelitian, diperoleh data bahwa dari 30 petani responden penerima BLM-PUAP, menggunakan dana BLM-PUAP tersebut untuk usahanya yaitu sebagai pekerjaan utama seperti petanipeternakpekebun. Selain dari pekerjaan utama, petani responden juga memiliki pekerjaan sampingan, seperti buruh, berkebun, berternak, dan sabagainya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Petani Responden Jumlah Responden Orang Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Tanaman Pangan 16 Hortikultura 12 Perkebunan 1 Peternakan 1 Total 30 Sumber : Data Primer 2011 Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Usia Petani Responden

Berdasarkan kriteria usia petani responden penerima BLM-PUAP yang berusahatani dibagi menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 0 sampai 25 tahun, kemudian dari umur 26 tahun sampai 50 tahun dan dari 51 tahun sampai umur 75 tahun. Sebaran petani responden penerima BLM-PUAP dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur Golongan Umur Tahun Jumlah Orang Persentase 0-25 26-50 25 83,3 51-75 5 16,7 Total 30 100 Sumber : Data Primer 2011, diolah Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa para responden yang melakukan kegiatan usahatani sebanyak 83,3 atau sebanyak 25 petani responden berada pada usia yang produktif yaitu pada rentang umur 26 tahun sampai 50 tahun. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari adanya 5 petani responden atau sebesar 16,7 yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif yaitu usia 51 sampai 75 tahun, tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.

4.3.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani pada umumnya. Tingkat sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh petani responden. Gambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Sebaran Responden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Orang Persentase Tidak sekolah SD 8 26,7 SLTP 12 40 SLTA 10 33,3 Perguruan Tinggi Total 30 100 Sumber : Data Primer 2011, diolah Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah namun tingkat pendidikan para responden sebagian besar hanya sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP. Hal ini dibuktikan dengan persentase yang sekolah sampai tingkat SLTP sebesar 40 atau sebanyak 12 petani responden. Kemudian responden yang sekolah sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebesar 33,3 atau sebanyak 10 petani responden. Sisanya sebesar 26,7 atau sebanyak 8 petani responden sekolah hanya sampai tingkat Sekolah Dasar SD. Tidak ada responden yang pernah mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya karena responden berasal dari keluarga yang ekonominya lemah atau miskin. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan para responden tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan sehingga mereka memilih untuk meneruskan warisan orang tuanya yakni menjadi petani. Melakukan kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan keterampilan yang diperoleh langsung dari orang tua merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh para responden berpendidikan rendah. Universitas Sumatera Utara

4.3.4. Pengalaman Berusahatani Petani Responden