Kendala Penelitian Koding HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Kendala Penelitian

Penelitian dilakukan secara kontinu dari bulan April sampai Agustus, lima bulan tersebut peneliti mengalami serangkaian kendala baik secara teknis maupun non teknis, namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah peneliti untuk tetap melakukan proses penelitian. Kendala pertama dijumpai peneliti dalam serangkaian proses penelitian adalah lamanya pembuatan surat ijin dari Rumah Sakit untuk disetujui oleh direktur RSUD Dr.Soeselo Slawi, sekalipun surat ijin dari BAPPEDA serta KESBANGPOL sudah disertakan sebagai ijin awal dari pemerintahan Kabupaten Tegal, namun hampir satu bulan surat tersebut baru keluar atau diijinkan oleh Dirut RSUD Dr.Soeselo Slawi. Awal bulan Mei peneliti baru bisa melakukan serangkaian proses penelitian mulai dari observasi dan mewawancarai informan. Setelah informasi diperoleh, peneliti tinggal mengolah data dari apa yang sudah dilakukan dalam proses penelitian lapangan. Namun hal tersebut harus dilakukan peneliti dengan baik, peneliti dituntut untuk dapat menerjemahkan apa yang sudah didapat pada proses observasi dan wawancara dalam penelitian untuk dihasilkan suatu kesimpulan tentang penelitian ”Kepatuhan penderita DM tipe 2 dalam menjalani terapi olahraga dan diet”.

4.4 Koding

Tahap selanjutnya dalam proses sebuah penelitian adalah pengelolaan data dan analisis data. Sebelum memasuki tahap analisis data, tentunya peneliti harus melakukan pengelolaan data terlebih dahulu serta melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Tahap selanjutnya yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan yang ada dalam data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian melakukan penafsiran data yaitu berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola-pola hubungan serta membuat temuan-temuan umum. Pernyataan narasumber sebagai penguat data diketik dengan satu spasi dan menjorok sebanyak enam spasi. Setiap kutipan wawancara yang menggunakan bahasa Jawa ditulis lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalimat terjemahan tersebut diletakkan di samping kutipan asli dengan diawali tanda kurung buka dan diakhiri tanda kurung tutup serta diikuti kode wawancara. Adapun kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.1 Koding Inisial kode Keterangan HS Narasumber informan 1 R Narasumber informan 2 SO Narasumber informan 3 AI Narasumber informan 4 MH Penunjang informan 1 AH Penunjang informan 2 SS Penunjang informan 3 AG Ahli Gizi Dietisien D Dokter Ahli Medis Kode W Percakapan pertayaan Contoh : HS.W22 Kode tersebut menunjukan wawancara dengan subjek informan pertama pada wawancara atau percakapan 22. Jika tertera dalam sebuah contoh : R.W22.060612 maka kode tersebut menunjukan wawancara dengan subjek R dalam wawancara ke 22 pada tanggal enam juni 2012. Kode-kode diatas dibentuk sesuai dengan konsep peneliti yang bertujuan untuk memudahkan dalam proses wawancara serta memudahkan pembaca atau penulis untuk membedakan narasumber satu dengan yang lain serta wawancara yang satu dengan wawancara yang lain.

4.5 Temuan Penelitian