Kasus Pertama HS Analisis Data

dengan keluarga serta lingkungan sekitar. Untuk mendapatkan itu semua, AI harus merubah gaya hidupnya menuju lebih sehat, namun AI belum melaksanakan sepenuhnya, dengan demikian AI harus lebih giat untuk merubah pola hidupnya. Niat yang baik sudah dimiliki AI, tinggal dilaksanakan secara nyata dalam kehidupan sehari-sehari.

4.6 Analisis Data

Hasil penelitian menunjukan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan narasumber, faktor-faktor tersebut dijelaskan dan dibahas dalam kasus tiap narasumber.

4.6.1 Kasus Pertama HS

Informan HS kini berusia 48 tahun, tentunya usia yang sudah cukup matang dalam mengambil keputusan-keputusan di dalam kehidupannya. Selain sudah melewati pahit manis kehidupan, HS juga sudah menderita DM puluhan tahun. Sudah 12 tahun lebih HS terkena penyakit yang bernama DM. Dari rentan 12 tahun tersebut tentunya informan memahami apa yang harus dilakukan guna menjaga kesetabilan gula dalam darahnya. Pengaturan pola makan yang baik, pengobatan medis secara teratur, olahraga dan istirahat secara seimbang, semuanya dilakukan HS dan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Usia yang matang, pengalaman yang panjang membuat HS mengerti bagaimana mempertahankan kesehatannya. HS memiliki kepribadian tangguh, tidak mudah putus asa, terbuka, serta mau menerima segala sesuatu ujian dengan lapang dada. HS tidak mengeluh atau malu dengan penyakit yang dideritanya, justru HS merasa bahwa ini adalah ujian dari Alah SWT yang harus dijalani. HS melakukan serangkain pola kehidupan sehat semata-mata demi menjaga kestabilan gula dalam darahnya, sehingga kesehatan tetap HS nikmati dan demi tetap bisa merasakan menikmati hidup bersama orang-orang terdekatnya. Terkait dengan ciri penyakit yang dirasakan awal mula HS merasa lemas, sering buang air kecil setiap beberapa menit sekali. HS merasa tidak bergairah, dan karakteristik yang khas yang dialami HS adalah penurunan berat badan, HS mempunyai perawakan yang agak gemuk sebelum terkena DM, namun sekarang HS menjadi sangat kurus. Selain penurunan berat badan, HS juga sering merasa lemas dan sering merasa kesemutan pada tubuh. Semenjak saat itu HS langsung mulai membatasi diri pada pola-pola hidup yang tidak sehat. Pengaturan diri pada HS dipengaruhi oleh asumsi dan persepsi HS yang menganggap bahwa DM adalah penyakit yang berbahanya jika tidak ditangani dengan baik, oleh karena persepsi dan pemikiran yang disimpulkan HS akhirnya HS mulai membatasi diri, mengontrol gaya hidupnya dan menanamkan pola hidup sehat. Pengaruh rasa sakit, kepribadian HS dan cara melakukan pengobatan menjadi faktor terciptanya kepatuhan pada HS. Pengobatan yang HS lakukan adalah pengaturan pola makan dan olahraga. Faktor yang mempengaruhi HS dalam menjalani terapi diet dan olahraga adalah ketakutan dirinya apabila dia terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan hal itu bisa berpengaruh pada ginjalnya, sehingga penekanan yang dilakukan HS adalah pengaturan pola makan dan olahraga. Pengaturan olahraga yang dilakukan HS seperti berjalan kaki dan bersepeda atau sekedar melakukan bersih-bersih di rumahnya. Ancaman yang dirasakan, pertimbangan mengenai kerugian dan bahanya DM dikemudian hari, menjadi prioritas utama HS dalam menjaga kesehatannya. HS secara sadar mau menjaga kesehatannya dengan harapan terciptanya kesehatan yang baik, terhindar dari penyakit yang berbahanya dan terciptanya kualitas kehidupan yang lebih baik. Persepsi dan harapan HS terkait dengan teori HBM health believe model dan teori pengaturan diri dalam Smet 1994: 226 orang menciptakan representasi ancaman kesehatan mereka sendiri dan merencanakan serta bertindak dalam hubunganya dengan representasi. Model model dengan pemikiran sehat tentang kesakitan pasien ini bisa mempengaruhi ketaatan terhadap rekomendasi dokter dan bahayanya penyakit. Selama masa periode terkena DM, HS sudah cek up dengan 3 dokter berbeda di RSUD Dr.Soeselo Slawi yaitu dr.Joko, Edy dan Imam. awal mula HS diketahui terkena penyakit DM ketika masih ditangani dr Joko. Setelah dr.Joko pensiun, HS berganti dokter bersama dengan dr Edy. Menurut HS komunikasi secara umum para dokter RSU.Soeselo dengan pasien lancar. Komunikasi dengan dokter juga merupakan faktor terciptanya kepatuhan pada pasien, dengan komunikasi dengan dokter yang lancar, HS mampu memahami penyakit DM yang dideritanya, selain dengan dokter, HS juga berkonsultasi dengan ahli gizi dalam menjalani terapi diet. Smet 1994: 254 menjelaskan bahwa aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi intensitas kepatuhan pasien dalam menjalankan aturan yang diberikan dokter. Aspek komunikasi tersebut berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan pasien yang diberikan oleh dokter dalam menjaga kesehatannya. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan subjek ataupun individu yang menderita suatu penyakit. Pada kehidupan HS, istri HS yaitu MH adalah orang yang sangat berperan terhadap terciptanya kepatuhan HS. Dukunagan dari istri HS, antara lain seperti menyediakan makanan untuk HS, mengingatkan dan menyiapkan HS untuk minum obat, serta ikut merawat HS dari awal HS menderita DM hingga saat ini.

4.6.1 Kasus Kedua R