Lokasi Penelitian Analisis data

c. Penderita DM yang bersedia dan mampu untuk berkomunikasi dengan peneliti. Karena kesediaan dari subjek akan sangat membantu dalam penelitian untuk memperlancar proses penelitian. Pemilihan narasumber utama tentunya akan dibantu oleh pihak yang berwenang, yaitu dari pihak RSUD Dr.Soeselo Slawi yang membantu peneliti untuk menentukan narasumber utama yang sesuai dengan kriteria yang diajukan oleh peneliti. Kemudian diperoleh 4 narasumber yang akan diteliti mereka adalah HS 48 th, R 53 th, SO 49 th dan AI 47 th.

3.3.2 Narasumber Sekunder

Nara sumber sekunder dari penelitian ini adalah keluarga dari penderita DM serta dokter dan tenaga kesehatan atau medis yang menangani penderita DM. Mereka adalah sumber penting kedua setelah narasumber utama. Data-data juga dapat diperoleh secara mendalam dari narasumber sekunder untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani terapi olahraga dan diet yang disarankan oleh dokter.

3.4 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang subjek ambil adalah RSUD Dr.Soeselo Slawi. Beralamat di Jl. Dr. Soetomo no. 63 Slawi Kab.Tegal. Dari rumah sakit tersebut peneliti memperoleh informasi, penggalian data, serta arahan dalam melakukan penelitian lapangan baik dari segi tenaga kesehatan maupun informasi narasumber. Dari tempat RSUD.Soeselo Slawi, lokasi penelitian kemudian mengerucut pada tempat tinggal masing-masing narasumber. Proses wawancara berlangsung di tempat narasumber, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan narasumber yang bekerja di RSUD Dr.Soeselo Slawi Slawi. Peneliti hanya melakukan observasi di tempat kerja tersebut dan terkadang mengobservasi kegiatan narasumber di rumah dengan sesekali melihat narasumber saat waktu senggang. Sedangkan bagi narasumber yang bukan pegawai RSUD Soeselo Slawi, peneliti menfokuskan observasi dan wawancara sekaligus di lokasi tempat tinggal narasumber.

3.4 Metode dan alat pengumpul data

Alat pengumpul data dalam penelitian kualitatif dapat disesuaikan dengan masalah tujuan penelitian dan sifat objek yang diteliti. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode observasi, wawancara. Kedua metode tersebut saling melengkapi untuk menggali serta meneliti tentang kepatuhan penderita DM dalam menjalani terapi olahraga dan diet.

3.4.1 Observasi

Rahayu dan Ardani 2004: 1 mendefinisikan pengertian observasi yaitu pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumya. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong 2007: 174 menyatakan bahwa observasi adalah : teknik pengamatan yang memungkinkankan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi dalam keadaan sebenarnya. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re- checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Alat observasi yang akan digunakan adalah catatan berkala, dimana peneliti mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya, setelah itu menghentikan penyelidikan dan mengadakan penyidikan lagi dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, dimana kehadiran observer diketahui oleh narasumber. Metode observasi digunakan untuk melihat bagaimana perilaku narasumber dalam menjalankan terapi olahraga dan diet dan pengobatan yang diberikan dokter, dengan demikian dapat diperoleh data yang sebenarnya tentang perilaku kepatuhan informan. Guba dan Lincoln dalam Moleong 2007: 174 menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan penggunaan observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut : a. Observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung b. Observasi memungkinkankan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. c. Memungkinkankan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yan langsung diperoleh dari data. d. Pelengkap wawancara, karena terkadang terjadi keraguan atau kekeliruan sehingga observasi dapat digunakan untuk mengecek hal tersebut. e. Memungkinkankan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit f. Dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu yang tidak dapat menggunakan metode lain. Kemudian selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teknik observasi ini adalah : a. Kondisi fisik dari subjek penelitian. b. Motivasi serta dukungan keluarga dan teman terdekat terhadap subjek. c. Kondisi Rumah sakit tempat subjek menjalani pengobatan. Penelitian diatas memang paling cocok menggunakan metode observasi. Dengan melakukan observasi, maka data yang diperoleh pun cukup banyak. Oleh sebab itu, observasi dijadikan sebagai alat pengumpul data yang penting dalam penelitian kualitatif ini. Tabel 3.3 Pedoman Observasi No. Pedoman Observasi 1 Kondisi umum informan a. Kondisi fisik: warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk wajah, perawakan tubuh b. Kondisi tempat tinggal c. Lokasi kegiatan 2 Aktivitas informan meliputi : pekerjaan, kegiatan sehari-hari subjek 3 Penampilan dan tingkah laku informan utama: cara berpakaian, bahasa tubuh, sikap yang ditampilkan informan pada saat wawancara. 4 Interaksi sosial Informan a. Hubungan dengan keluarga b. Hubungan dengan sahabat dan teman sejawat c. Hubungan dengan lingkungan sekitar 5 Kondisi rumah sakit tempat informan menjalani pengobatan atau terapi medis. Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas, kegiatan sehari-hari narasumber, sehingga peneliti memahami hal-hal yang dilakukan narasumber, serta mengtahui lingkungan yang narasumber tempati sebagai dasar dalam proses penelitian ini. Observasi dalam penelitian ini berkembang secara fleksibel dan sesuai dengan kondisi dan keadaan narasumber penelitian.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Hadi dalam Rahayu dan Ardani, 2004: 63. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan pedoman umum dimana dalam proses wawancara peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa menggunakan pertanyaan eksplisit melainkan hanya sebagai pengingat. Dengan melakukan wawancara dengan narasumber penelitian juga dapat meningkatkan interaksi antara peneliti dengan informan, sehingga diharapkan adanya keterbukaan dari informan. Dalam melakukan wawancara, percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti yang mewawancari atau yang mengajukan pertayaan interviewer serta informan penelitian sebagai orang yang diwawancarai atau menjawab pertayaan dari intervieweer yaitu disebut dengan interviewee. Dalam wawancara, peneliti tidak hanya percaya dengan apa yan dikatakan oleh informan pertama, akan tetapi juga perlu mengecek dengan kenyataan yang telah dilakukan dengan observasi. Selain itu juga perlu adanya informasi dari informan lain agar informasi dapat dipercaya. Dalam wawancara terdapat beberapa macam wawancara, tetapi dalam penelitian ini, peneiliti menggunakan wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur ini, peneliti diharuskan untuk membuat kerangka atau garis besar mengenai pertayaan yang akan diajukan. Kerangka atau garis besar dalam wawancara hanyalah berisi petunjuk tentang proses serta isi dari wawancara, dan diharapkan dengan adanya kerangka ini peneliti tidak keluar dari permasalahan yang hendaknya ditanyakan dan untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Pedoman wawancara juga dalam pelaksanaanya fleksibel, pertanyaan disesuaikan dengan kondisi informan. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bebrapa alat seperti HP recorder untuk merekam semua kegiatan wawancara kemudian buku catatan berfungsi untuk mencatat terkait hal-hal penting pada proses penelitian. Berikut pedoman wawancara kepatuhan penderita DM tipe 2 dalam menjalani terapi olahraga dan diet. Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Unit-Unit Kepatuhan Wawancara  Gambaran kepatuhan penderita DM  Pengaturan olahraga terapi olahraga  Pengaturan diet gizi dan nutrisi makanan berat, jenis dan jumlah takaran makanan  Jadwal minum obat  Cek atau control ke dokter  Istirahat cukup.  Status kesehatan  Dinamika psikologis dan perubahan gaya hidup narasumber.  Penyebab terkena DM  Keputusan yang diambil  Perubahan gaya hidup .  Kontrol diri narasumber Primer informan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan atau ketidakpatuhan narasumber .  Gejala awal yang dirasakan  Kapan subjek di vonis menderita DM.  Bagaimana pengaruh penyakit tersebut terhadap kehidupan informan.  Apa yang dilakukan pasien setelah tervonis penyakit DM.  Bagaimana persepsi dan harapan pasien setelah melakukan serangkaian terapi baik diet dan pengobatan.  Harapan serta tanggung jawab subjek terhadap penyakitnya.  Bagaimana metode petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan pengobatan kepada pasien tentang penyakitnya.  Bagaimana kerjasama pasien dan petugas kesehatan dalam melaksanakan tindak medis. terapi  Usaha-usaha pasien dalam menjalani pengobatan  Bagaimana komunikasi yang terjalin 2 arah antara pasien dengan dokter.  Dukungan apa saja yang sudah keluarga berikan pada pasien.  Sejauh mana teman, sahabat memberikan motivasi pada pasien, sehingga pasien ada keinginnan untuk sembuh.  Sejauh mana motivasi serta usaha pelayanan dari dokter dan tenaga medis terhadap pasien, Hal-hal penting yang terdapat dalam pedoman wawancara tersebut, nantinya akan berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam melakukan wawancara dengan narasumber penelitian dan tentunya pertanyaan yang berpedoman pada pedoman wawancara diatas akan disesuaikan dengan saat kondisi wawancara berlangsung.

3.6 Analisis data

Setelah data diperoleh tahap selanjutnya adalah analisis data. Bogdan dan Biklen dalam Moleong 2007: 248 mendefinisikan analisis data penelitian kualitatif sebagai : Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesikanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisa data menurut Patton dalam Moleong 2007: 249 adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola. Kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah mengumpulkan data. Data yang didapat dari latar penelitian merupakan data mentah yang harus diolah supaya didapatkan suatu data yang siap disajikan menjadi hasil dari suatu penelitian. Langkah selanjutnya adalah pemilihan, pereduksian dan pengolaborasian yang kemudian di analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Proses penelitian dapat dilakukan dengan cara memisahkan data-data yang digunkan dan data-data yang tidak sesuai, kemudian direduksi atau dikelompokan sesuai dengan karakter atau poin-poin yang diteliti. Untuk mempermudah pengambilan kesimpulan yang kemudian dikolaborasikan dengan cara membuat teori dari temuan baru hasil penelitian. Hasil reduksi dan pemilihan data yang dilakukan disederhanakan dan dituangkan menjadi kesimpulan-kesimpulan singkat yang bermakna.

3.7 Keabsahan data