Kajian Pustaka PERSPEKTIF TEORITIK DAN KAJIAN PUSTAKA

empat sampai delapan kali sehari. Pada semua pasien, dan biasanya SMBG lebih sering diperlukan pada keadaan sakit

2.2 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka dijelaskan tentang penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang relevan. Penelitian terdahulu memberikan sumbangsih serta sumber refrensi yang membuat penelitian terdahulu penting untuk dikemukakan. Selain itu penelitian terdahulu dikemukakan agar memberikan gambaran yang jelas letak atau posisi penelitian ini sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau kekeliruan dengan penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah ”Pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien penderita DM tipe 2 di poliklinik khusus rumah sakit umum pusat RSUD Dr.Djamil Padang ” oleh Ade Ramadona 2011. Dari hasil penelitian tersebut, ada beberapa hal yang terkait antara ciri-ciri individual pasien DM tipe 2 terhadap kepatuhan dalam menjalanii pengobatan di poliklinik khusus rumah sakit Dr.Djamil. Ciri-ciri individual tersebut antara lain usia, kepribadian, serta lamanya individu menderita penyakit DM yang mempengaruhi kepatuhan penderita tersebut dalam melaksanakan pengobatan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin matang usia seseorang semakin baik tingkat kepatuhannya. Kematangan usia menjadikan kedewasaan penderita dalam memahami penyakitya. Perubahan baik kognisi maupun emosional mempengaruhi kematangan individu tersebut seiring berjalannya usia.. Ciri individual yang lainya meliputi motivasi diri serta kepribadian pasien, motivasi yang baik dari individu akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien begitupula dengan kepribadian yang dimiliki pasien tersebut. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa konseling obat dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien yang akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatanya. Konseling yang dilakukan tentunya dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan kesadaran diri orang untuk bersikap patuh. Penelitian lain selanjutnya adalah ”Dinamika Regulasi Diri Pada Penderita DM T ipe II” oleh Retno Prasetyo Ningrum dan Nida Ui Hasanat Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hasil dalam penelitian tersebut terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil terkait Regulasi diri penderita DM Tipe 2. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengelolaan DM memiliki proses yang panjang, menetap dan berlangsung lama. Penderita harus melakukan sistem regulasi diri secara teratur, menetap dan bertahap agar kesehatan tetap dirasakan penderita, dan hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari. Regulasi diri merupakan proses pengelolaan pengobatan yang panjang yang dilakukan secara terus menerus yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama, dan harus didasarkan pada kesadaran diri setiap individu. Kepatuhan termasuk sikap yang penting yang terdapat dalam regulasi tersebut. Hasil penelitian tersebut menununjukan bahwa niatan, kesadaran diri dan kepatuhan individu penderita DM mempengaruhi goal setting oriented dalam mengelola dan menjaga penyakit DM tersebut. Penelitian sejenis lainya yang terkait dengan penelitian ini adalah ” Hubungan antara Persepsi Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada penderita DM ” oleh Weny Ambarwati Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Hasil penelitian menjelaskan mengenai pengaruh faktor eksternal dalam hal ini yaitu dukungan sosial atau dukungan dari keluarga sebagai penurun tingkat kecemasan penderita DM. Pada penelitian tersebut menunjukkan hasil hubungan yang signifikan antara persepsi dan dukungan sosial denga tingkat kecemasan penderita DM. Hubungan tersebut merupakan korelasi negatif yang berarti semakin positif persepsi dan dukungan sosial semakin rendah tingkat kecemasan yang dirasakan penderita DM tersebut. Dukungan sosial terbukti memiliki hubungan yang sangat signifikan negatif dengan kecemasan. Semakin positif persepsi yang dimiliki penderita DM terhadap dukungan sosial maka semakin rendah tingkat kecemasanya. Sebaliknya semakin negatif persepsinya terhadap dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan. Significan others atau penunjang subjek antara lain istri, suami atau keluarga bahkan saudara menjadi penting untuk juga diteliti. Hal tersebut dilakukan agar kepatuhan penderita DM dapat diungkap berkaitan dengan dukungan sosial yang keluarga berikan, baik berupa motivasi maupun teguran yang membangun. Penderita DM merasa nyaman tentunya, jika teman, sahabat serta keluarga berada disampingnya untuk mendukung serta memotivasi dari belakang, Sehingga penyakit DM bagi penderita mampu dihadapi dengan baik. Kesimpulan dari penelitian di atas adalah dukungan sosial baik sahabat maupun keluarga serta tenaga kesehatan sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien dalam menghadapi penyakitnya. Terkait kesimpulan beberapa penelitian di atas, penderita DM memiliki sikap kepatuhan didasarkan atas berbagai macam faktor. Faktor tersebut bisa dipengaruhi faktor internal maupun eksternal, faktor internal meliputi kepribadian, kesadaran, pemahaman, serta kontrol diri. Faktor eksternal kepatuhan penderita DM bisa dipengaruhi dengan penyuluhan serta dukungan kesehatan yang baik dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan kerabat, bisa juga lingkungan yang mampu mempengaruhi kepatuhan dalam menjalani pengobatan serta pola kesehatan individu tersebut.

2.3 Kerangka Teoritik Kerangka berpikir kepatuhan penderita DM dalam menjalani terapi