Kasus Ketiga SO Analisis Data

4.6.2 Kasus Ketiga SO

SO sebagai pribadi sekaligus kepala rumah tangga, mempunyai karakter yang pendiam, penyabar, dan apa adanya. Pria berusia 49 tahun ini juga dikenal kerabatnya di RSUD Soeselo sebagai karakter yang pendiam, dan tingkah lakunya sangat dijaga, jarang dia berperilaku yang aneh atau sesuatu yang tidak biasa. Peneliti justru banyak menemukan informasi lebih dari istrinya. Sebagai istri SS paham betul tentang karakter SO. menurut istirinya sakit apapun SO tidak pernah mengeluh, atau melampiaskan ketidakuatanya terhadap keluarga dalam menghadapi DM yang sudah 12 tahun SO derita. Berbagai macam pengobatan sudah SO jalani. Awalnya memang SO tidak begitu memperhatikan kesehatannya. SO merasa penyakitnya bisa sembuh tanpa harus melakukan berbagai macam pengobatan, namun setelah SO memahami apa itu penyakit DM, ditambah dengan berbagai macam keluhan fisik seperti luka pada kakinya, akhirnya SO mulai menyadari akan pentingnya pengobatan dan berbagai macam yang harus dilakukan penderita DM. SO benar-benar tergerak untuk bisa hidup lebih baik, bebas, dan bisa menikmati kehidupan bersama keluarganya lebih lama. Setelah terkena DM banyak perubahan dalam hidup yang dialami oleh SO, dulu SO adalah perokok aktif, kini dia hentikan untuk merokok, dan mengubah perilakunya menjadi lebih baik demi kualitas kesehatannya. Dari karakteristik awal gejala-gejala yang SO yang dirasakan seperti sering kencing, lemas, penurunan berat badan, hal tersebut memicu SO berpikir tentang penyakit DM yang menakutkan, SO sering berpikir Jika pola hidupnya tidak dirubah, akan seperti apa nantinya. Akhirnya dari persepsi SO tentang penyakit DM yang berbahaya bagi kesehatan dan kehidupannya kedepan SO mulai mengubah gaya hidupnya. SO awal mula kurang mematuhi beberapa nasehat yang diberikan dokter, bahkan enggan melakukan penggobata, namun setelah adanya luka pada kaki yang mendera, sakit yang cukup serius, ditambah desakan dari keluarga, SO mau melakukan pengobatan secara rutin. Pengobatan yang SO lakukan lebih ditekankan pada pengaturan pola makan. konsumsi obat-obatan juga lebih banyak SO lakukan akhir-akhir ini setelah SO sempat diopname akibat luka pada kakinya. Anjuran dari dokter, keluarga mengharuskan SO untuk sering kontrol dan berobat, Karena tidak ada terapi atau pengobatan lain selain kontrol secara rutin. SO hanya menambah pengobatannya dengan mengkonsumsi ramuan herbal, sehingga praktis pengobatan yang dilakukan SO hanya dari dokter dan ramuan herbal. Untuk olahraga dirinya sudah tidak memungkinkankan, berjalan saja terkadang sendalnya lepas dengan sendirinya, sehingga SO hanya menekankan pada pola makan dan obat-obatan. SO awal mula tidak begitu menyadari akan pentingnya kesehatan dan bahayanya penyakit DM yang dideritanya. Dirinya hanya melakukan pengobatan dengan seadanya, seperti pengaturan pola makan, pengobatan herbal dan jamu. SO jarang berkonsultasi atau berobat kedokter, dirinya hanya akan kontrol dan periksa jika sudah ada keluhan yang dirasakan. Namun efek bahanya DM yang dirasakan benar-benar terjadi, kakinya terkena luka akibat tidak memakai alas kaki ketika berjalan, dirinya sempat di opname selama 10 hari. SO sempat menyadari dan takut akan ancaman penyakit DM yang serius, persepsi dan pemikiranya menuntun SO untuk lebih giat lagi mematuhi nasehat dokter untuk kontrol rutin dengan harapan agar penyakit DM yang dideritanya terjaga. SO kini mulai rutin kontrol, pengaturan pola makan yang lebih baik dan dirinya juga kini dibantu dengan suntikan insulin untuk menjaga kisaran kadar glukosa dalam darahnya. Kegiatan tersebut dilakukan SO dengan harapan agar DM yang dideritanya tidak bertambah parah dan menghindari terjadinya komplikasi. Dalam Smet 1994: 225 dijelaskan bahwa kepatuhan merupakan fungsi dari keyakinan-keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan dan pertimbangan kesehatan dan kerugian dari penyakit di masa yang akan datang, dan hal tersebut dilakukan SO. SO juga sama dengan HS sudah lama mengidap DM, sehingga sudah sejak lama berobat di RSU. Meskipun tidak rutin dirinya mengenal betul dokter-dokter ahli spesialis penyakit dalam seperti dr.Joko dan Edy, namun sekarang SO hanya cocok dengan dr.Imam setelah dr.Edy dan Joko pensiun, dikarenakan komunikasi dengan dr.Tetrani agak kurang terjalin, menurutnya dr.Tetrani dalam memberikan saran terlalu galak atau kurang halus, sehingga dia lebih cocok dengan dr.Imam setiap kontrol atau cek up ke dokter. Dokter dalam hal ini berperan penting dalam kesembuhan pasien, selain pemberian obat yang tepat, pemberian saran juga diperlukan guna meningkatkan kualitas penderita DM. Pengaruh dukungan sosial juga sangat berperan aktif terhadap kepatuhan penderita penyakit dalam, termasuk penyakit DM. Dukungan sosial dukungan sosial baik dari istri atau suami, keluarga, serta lingkungan. Dijelaskan beberapa dukungan sosial terkait pengaruhnya terhadap kepatuhan SO. Sebagai penderita DM, SO kurang mampu berhati-hati dalam menjaga penyakitnya, terbukti dirinya terkena luka pada kakinya. Luka kakinya cukup parah, beruntung SO miliki keluarga yang selalu mencoba mendorong bahkan memberikan support secara berlebih, keluarga SO sangat menyayangi SO. Sebagai istri, SS sangat memperhatikan serta menjaga pola hidup SO. Mungkin SO tidak akan begitu patuh tanpa adanya dukungan dari keluargaya. Dari dukungan nyata yang diberikan keluarga, SO mampu menjaga kesehatannya. Contoh nyata dukungan dari keluarganya adalah setiap hari SO disediakan makanan yang sesuai untuk penderita DM oleh istrinya. Selalu mengingatkan untuk minum obat, tidak membiarkan SO bekerja secara berat, serta mengingatkan jika SO lupa untuk pergi kontrol ke dokter. SS selalu mengingatkan SO untuk selalu kontrol dan berobat sesuai jadwal. Dukungan juga diberikan oleh anaknya yang kedua, dimana anaknya selalu merawat SO katika SO sakit, semua keluarganya menginginkan SO agar selalu menjaga penyakit DM yang dideritanya agar tidak menjadi komplikasi atau penyakit yang menakutkan. SO merasa dukungan dari keluarga membuat dirinya merasa nyaman. Tidak bisa dipungkiri hal yang paling membuat SO giat untuk melakukan kontrol adalah keluarga, bahkan tak jarang keluarga SO marah dan memaksa SO untuk berobat, semua demi kesembuhan SO. SO merasa nyaman dengan adanya dukungan keluarga hal ini tentunya membuat SO lebih giat dalam menjaga serta mengontrol penyakit DM yang dideritanya.

4.6.3 Kasus Keempat AI