Kasus Kedua R Analisis Data

Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan subjek ataupun individu yang menderita suatu penyakit. Pada kehidupan HS, istri HS yaitu MH adalah orang yang sangat berperan terhadap terciptanya kepatuhan HS. Dukunagan dari istri HS, antara lain seperti menyediakan makanan untuk HS, mengingatkan dan menyiapkan HS untuk minum obat, serta ikut merawat HS dari awal HS menderita DM hingga saat ini.

4.6.1 Kasus Kedua R

Pada subjek R ciri yang mempengaruhi dirinya untuk bersikap patuh adalah faktor kepribadian dan kematangan usia. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi informan untuk bersikap patuh. Usia R menginjak 53 tahun. Bisa dikatakan R sudah mempunyi usia yang cukup matang. Kontrol dan pengendalian diri subjek R juga sudah terbentuk, hal tersebut dibuktikan dengan menjaga kesehatannya antara lain program diet, olahraga dan kontrol secara rutin. Sebelum terkena DM, gaya hidup serta pola makan R tidak terkontrol, kemudian tahun 2005 subjek R divonis menderita penyakit DM. Dalam kurun waktu 7 tahun tersebut, gaya hidup serta pola makan kini subjek R rubah. Kebiasaan - kebiasaan yang memicu terjadinya penyakit DM kini subjek R tinggalkan. Selain kepribadian dan usia yang sudah cukup matang, ciri individu pada R yang menyebabkan dirinya bersikap patuh adalah berpikir positif. Menurutnya dengan berpikir positif akan membuat dirinya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan sebaliknya, jika pikirannya negatif maka, hal tersebut justru bisa berdampak pada kesehatannya. Penyakit DM yang R derita juga tidak begitu R jadikan beban, dia tetap menjalankan kehidupannya dengan apa adanya. R sudah tahu jika dirinya terkena DM, maka yang harus dilakukan dirinya adalah bagaimana menjaga penyakit DM yang dideritanya tidak menjadi semakin parah, yaitu dengan kegiatan melakukan terapi olahraga, pengaturan diet dan juga cek up rutin ke dokter secara rutin. Setelah R mengetahui dirinya terkena DM tipe 2 pada tahun 2005, akhirnya R memperbaiki pola makanya, dia perketat dan mengabaikan segala kenikmatan makanan-makanan enak yang mengandung kalori berlebih. Persepsi dan rasa takut terhadap penyakit yang dialami oleh ayahnya mengubah mindset atau pola pikir R untuk merubah kehidupannya dan lebih menaga kesehatannya. Kini pola hidup sehat sudah dilakukan R. Sehingga kestabilan gula dalam darahnya terjaga. Tidak jauh berbeda dengan HS, terapi paling utama dilakukan R adalah pengaturan pola makan, namun olahraga dengan pola makan sama ketatnya sebulan bisa empat kali R berolahraga. Jika penekanan pada informan HS olahraga hanya dilakukan diwaktu-waktu senggang, namun tidak dengan R yang selalu melakukan kegiatan olahraganya sebagai kegiatan yang wajib yang harus dilaksanakan, jika pengaturan olahraga kurang, biasanya badan R merasa kurang fit. cara makan R juga lebih memastikan berapa takaran yang harus dikonsumsi, berbeda dengan HS yang hanya mengira-ngira batas takaran yang akan dimakannya.. Smet 1994: 255 menjelaskan bahwa kepatuhan pasien sebagai fungsi dari keyakinan-keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan dan persepsi tentang kerugian yang akan didapat dimasa depan. Persepsi R akan ancaman dan bahanya DM yang dideritanya mempengaruhi kepatuhannya dalam menjaga kesehatan. Sejak menderita DM, efek rasa sakit langsung dirasakan R. Seperti kesemutan, pegal-pegal dan sebagainya. Ancaman sakit yang dirasakan langsung membuat R sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Dengan pengaturan pola makan yang ketat, olahraga secara rutin setiap minggu, hal tersebut merupakan usaha R dengan harapan terhindar dari ancaman bahaya penyakit DM yang dideritanya. Teori ini masuk dalam teori pengaturan diri Leventhal yang menyatakan bahwa pasien atau subjek merupakan orang yang berwenang terhadap pengobatan dan program kesembuhan terhadap dirinya. Komunikasi R dengan dokter berjalan lancar. yang menjadi dokter langganan R adalah dr.Imam dan Tetrani, namun lebih banyak R berobat dan konsultasi ke dr.Tetrani, karena memang dalam persatuan PERSADI dokter yang membimbing adalah dr.Tetrani. Menurut R dr.Tetrani lebih rewel daripada dr.Imam, namun dokter Tetranii sebetulnya memberikan informasi yang baik, agar pasienya mau menjaga kesehatannya. Dokter Tetrani menurutnya sama-sama perempuan sehingga secara psikologis proses untuk saling memahami antara R dengan dokter Tetrani lebih mudah cepat terjalin. Dukungan sosial, terutama dari keluarga bahkan dari pasangan sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien. Dukungan suami AH menjadi salah satu faktor yang mendorong R untuk patuh. Salah satu dukungan nyata yang diberikan suami R adalah mengambil alih semua tugas atau pekerjaan rumah agar R tidak terlalu lelah dalam bekerja.

4.6.2 Kasus Ketiga SO